Sarah melototkan kedua matanya mendengar perkataan Kris,ia bangkit dari duduknya dan dengan berkacak pinggang ia berkata, “Dengar ya boss!!!, bos itu sudah datang tidak di jemput, main embat makanan saya, sekarang seenaknya aja ngata-ngatain saya mau menggoda bos!.”
“Saya juga tidak bakalan naksir sama bos gak ada akhlak seperti bos, orang kaya yang sombongnya selangit. Bos itu bukan tipe saya,” Sarah mengacungkan jempolnya ke arah bawah.
“Bos itu lewat!, biar ganteng dan pria terakhir di planet ini saya gak bakalan milih bos sebagai pasangan saya. Lebih baik saya menjadi jomblo seumur hidup!.” Kata Sarah dengan berapi-api kepada Kris.
Kris pun bangkit dari duduknya, ditatapnya dengan tajam Sarah. Sebagai lelaki dengan ego yang sangat tinggi harga dirinya terasa dilecehkan.
“Dengar ya!, pesona saya ini selangit, saya hanya memperingatkan kamu, biar kamu tidak patah hati, dan nantinya bunuh diri, karena kamu saya tolak!,” kata Kris dengan kesombongan tingkat Dewanya.
Sarah menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia sadar berhadapan dengan bosnya yang satu ini,mereka tidak akan pernah berhenti berdebat. Mereka bukan layaknya sekretaris dan bos yang seharusnya akur, tetapi mereka lebih mirip dengan Tom and Jerry, yang setiap bertemu selalu berkelahi.
“Jangan khawatir bos, saya tidak akan patah hati, apalagi sampai bunuh diri. Saya akan mencari pacar, biar bos tidak kegeeran mengira saya naksir sama bos. Siapa tahu nanti, rekan bisnis bos malah benaran tergoda dan menjadi kekasih saya.”
“Bog tidak boleh marah dan cemburu, kalau saya nanti jadian sama rekan bisnis bos.”
“Hah, kamu menjadi kekasih rekan bisnis saya, kalau kamu berhasil membuat rekan bisnis saya menandatangani perjanjian kerjasama dan dia juga menjadi kekasihmu, saya akan menghadiahi kamu mobil.”
“Oh ya, Terimakasih!, makanannya enak, jangan lupa besok pagi dijemput sopir saya. Jangan pake pakaian seperti ini ke luar rumah, bahaya banyak buaya,” kata Kris sambil berjalan keluar meninggalkan apartemen Sarah.
Sarah mendengus, “Banyak buaya,gak nyadar apa sendirinya buaya,” gumam Sarah dengan suara lirih.
Tepat pukul 19.00, Kris tiba di kediaman kedua orangtuanya. Setibanya di dalam rumah, tampak kedua orangtuanya duduk di ruang tamu , siap menyambut kedatangan tamu mereka, rombongan keluarga Santoso.
Tak lama setelah kedatangan Kris, terdengar suara mobil memasuki halaman rumah. Pintu rumah diketuk, Bi Sari, maid di kediaman keluarga Herlambang segera membukakan pintu. Rombongan keluarga Santoso pun memasuki ruang tamu keluarga Herlambang.
Mariana, ibu Kris segera bangkit dari duduknya dan menyambut kedatangan tamu mereka.
"Jeng Dina!, senang sekali, akhirnya kita bisa makan malam bersama." Kata Mariana kepada Dina. Mereka kemudian saling cipika cipiki.
Mariana kemudian beralih menyambut Gladys, "Hello sayang, senangnya tante, kamu bisa datang ke rumah tante. Kamu harus sering-sering datang berkunjung kemari."
"Iya tante, insya Allah Gladys akan sering-sering berkunjung ke sini." Sahut Gladys dengan manis, “Gue harus cari perhatian camer nih!, gila apa itu anaknya yang bakalan dijodohin sama gue, gantengnya!!!.”
"Oh iya, kenalkan ini anak tante, Kris. Kris, ini Gladys yang ibu ceritakan lulusan dari luar negeri lo!," ucap Mariana kepada putranya sambil menyenggol Kris, yang tidak menyambut uluran tangan Gladys.
Kris tersadar dari lamunannya, ia sedang membayangkan makan malam romantis dengan Sarah. Namun, ibunya malah memutuskan khayalannya.
Kris segera menyambut uluran tangan Gladys, ia lalu menyebutkan namanya dengan nada datar dan dingin.
Gladys terpesona dengan ketampanan Kris, "Aje gila, ganteng banget nih cowok, opa-opa asal negeri Korea mah lewat. Udah ganteng gagah banget lagi, aku tuh meleleh," gumam Gladys dalam hatinya.
"Ayo, kita semua pergi ke meja makan, jangan berdiri saja," ajak Sudarko, bapaknya Kris.
Mereka semua kemudian menuju meja makan. Gladys menarik tangan Kris, agar menggandeng tangannya menuju ke ruang makan.
Kris menarik tangannya dengan kesal. Mariana yang melihat ulah Kris, memelototkan matanya ke arah Kris. Kris malah nyengir lebar melihat pelototan mata ibunya.
"Apa bu, Gladys sudah besar dia bisa jalan sendiri menuju ke ruang makan yidak perlu digandeng, seperti orang jompo saja." Ucap Kris kasar.
Ditinggalkannya Gladys, ia berlalu begitu saja dengan enteng menuju ke ruang makan.
Gladys merasa dipermalukan dan kesal dengan ulah Kris, yang menolak menggandeng tangannya.
Mariana yang merasa tidak enak dengan ulah Kris, meminta maaf kepada Gladys. Ia lalu menggandeng tangan Gladys dan membawanya keruang tamu.
Kris merasa kesal, ia mendengus. Ibunya mengatur posisi duduk Gladys dan dirinya saling berdekatan.
Makan malam itu diselingi dengan percakapan di antara kedua keluarga, kecuali Kris, yang pikirannya dipenuhi dengan bayangan untuk mengerjai Sarah, sekretaris abal-abalnya.
Kris, Gladys nanti bisa ya, menjadi asistenmu di kantor. Biar kalian saling mengenal lebih dekat. Nanti kalian 'kan" akan bertunangan, nih. Dengan Gladys menjadi asistenmu kalian bisa terus bersama-sama dan akhirnya kalian saling mencintai,” kata Mariana kepada Kris.
Kris yang sedang minum, langsung tersedak mendengar ucapan ibunya. Ia terbelalak kaget. “Apa-apaan nih, si ibu, gercep amat, main jodok-jodohin aja,” dumel Kris dalam hatinya.
Sudarko, ayah Krispun menambahkan, dengan kalian menikah nanti, bisnis diantara keluarga kita akan semakin berkembang. Bapak setuju dengan ibumu, Gladys dapat menjadi asistenmu, kalian akan saling mengenal lebih dekat.”
Gladys merasa senang dalam hatinya ia bersorak bahagia, “Iyes, bapak dan ibunya Kris mendukungku menjadi calon istri Kris.”
Dina ibu Gladys menambahkan, Gladys ini lulus kumlaud lho, dari salah satu Universitas terbaik di Singapura, itu lho, aduh ...apa namanya universitas anak kita pak,” tanya Dina kepada suaminya.
“National University of Singapore (NUS),” kata Syarif, ayah Gladys. “Gladys mengambil jurusan bisnis,” sebenarnya saya mau menjadikan Gladys sebagai asisten kakaknya di perusahaan keluarga, tetapi saya juga tidak keberatan Gladys menjadi asisten Kris, biar hubungan mereka menjadi lebih dekat,” tambah Syarif.
Kris yang merasa kesal, karena mereka berbicara mengenai masa depannya, seolah-olah ia tidak ada di depan mereka, “Helooo, saya ini CEO, saya bukan remaja ingusan yang masih harus diatur-atur. Masa seorang Ceo dengan kekayaan jutaan dollar, kalah sama emak-emak,” omel kris dalam hati. Namun, ia tidak berani mengatakannya secara lantang, karena ini daerah kekuasaan ibunya, dan ibunya mempunyai pendukung setia, bucin ibunya. Bapaknya yang akan selalu menurut dengan kata-kata ibunya. Kalau berani membangkang disini, bisa-bisa ia langsung diusir ke daerah pedalaman, mengurus perkebunan mereka di sana.
Meskipun ia secara pribadi memiliki kekayaan jutaan dollar, tetapi ayahya lebih berkuasa, karena ayahnya masih pemilik saham terbesar. Untuk membangkang mereka, ia harus fikir-fikir dahulu.
“Ekhem, Kris berdehem dengan suara yang nyaring, untuk menjadi asistenku, saya tidak keberatan. Namun, saya akan memberikan masa uji coba selama 3 bulan, sama seperti pegawai lainnya,” kata kris, “Saya tidak akan memberikan perlakuan yang istimewa dan berbeda.” “Jangan-jangan, nanti ia malah seperti sekretaris abal-abalku, lulusan terbaik dengan predikat kumlaud, malah membuatku rugi jutaan dollar,” tambah Kris dalam hatinya.
Selesai makan malam, ibu Kris memintanya untuk mengajak Gladys jalan-jalan di taman rumah mereka.
Dengan berat hati Kris memenuhi permintaan ibunya, dengan langkah panjang Kris menuju ke taman yang ada di halaman depan rumahnya.
Ia duduk di sebuah bangku yang terletak di depan kolam ikan yang dihiasi dengan air mancur kecil. Tak lama setelahnya, Gladys berhasil menyusul Kris dan duduk di sampingnya.
“Lihat Kris, bulan bersinar terang sekali, bintang-bintang bertaburan di langit, sepertinnya alam merestui hubungan kita,”kata Gladys kepada Kris, sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Kris.
“Hah!, apa katamu, alam semesta merestui hubungan kita, dengar ya!, nano Halo!, saya itu tidak suka dan tidak mau dijodoh-jodohkan. Jadi kamu jangan macam-macam dan berharap saya mau menerima anda,” bentak Kris kasar.
“Saya yakin, saya akan berhasil membuat kamu menyukai saya, lihat saja nanti,” kata Gladys dengan percaya diri, “Lagipula kedua orangtuamu mendukung hubungan kita. Saya juga tahu saat ini kamu tidak mempunyai sekarang kekasih.”
“Percaya diri sekali, anda. Asal anda tahu, saya tidak perduli anda direstui kedua orang tua saya atau tidak, yang pasti saya tidak mau dan tidak bersedia menjadi kekasih anda.”
“Beritahu saya alasan kamu tidak mau menerima saya, secara saya ini cantik, pintar, banyak teman, ramah, rajin menabung dan tidak sombong. Saya ini juga punya banyak penggemar, cowok-cowok banyak yang naksir saya.”
Hahahaha, Kris tertawa garing, “Apa katamu tadi tidak sombong, lah barusan bukannya anda menyombongkan diri anda. Kalau anda merasa banyak penggemar dan banyak laki-laki yang mengejar anda, mengapa anda tidak menikah dengan mereka, malah memaksa saya, saya tidak menyukai sifat anda yang agresif.”
“Saya bukannya sombong, itu namanya kenyataan. Saya gak mau sama mereka, tapi saya tuh maunya sama kamu aja. Kamu itu ganteng banget, apabila kalau kamu tersenyum...aduch..senyum kamu tuch bikin jantung saya deg-degan, hatiku meleleh lihat senyum kamu yang manis banget kaya gula.”
Kris terperangah melihat ke arah Gladys,”Gawat, kayanya nih cewek salah satu pasien Rumah Sakit Jiwa, bisa-bisanya ibu menjodohkan diriku yang normal dan ganteng ini dengan cewek up normal,” Gumam Kris dalam hatinya, ia bergidik ngeri.
Kris kemudian kepikiran Sarah, “Sedang apa ya, gadis itu, daripada mendengarkan ocehan cewek up normal ini, lebih baik diriku menelpon Sarah.”
“Permisi, saya tiba-tiba saja teringat kalau saya harus menghubungi rekan bisnis saya,” ucap Kris. Tanpa menunggu sahutan dari Gladsy, Kris bangkit dari duduknya.
Ia berjalan ke sisi lain dari taman, diambilnya gawai dari dalam saku celananya,iapun segera menghubungi Sarah. Tak berapa lama sambungan pun terhubung.
Sarah yang sedang duduk santai di depan televisi, melihat gawainya berdering. Dilihatnya id caller penelpon adalah “bos germonya,” itu adalah julukan baru Sarah untuk bosnya. Sarah menggumam sebal. “Ngapain juga, nih si “bos g***o” nelpon malam-malam.”
Meski dengan hati yang kesal, Sarah pun mengangkat telpon dari bosnya, “Hallo, selamat malam Pak Bos g***o,”salam Sarah kepada Kris.
Kris menggeram marah, “Sarahhhh!!!,” bentak Kris. Namun, kemudian Kris teringat sesuatu... “Hmm, sepertinya sekretaris abal-abal itu sengaja membuatku marah, agar aku memecatnya dan dia bebas dari tuntutan mengganti uang kerugian perusahaan jutaan dollar,” Kris pun tersenyum, dalam hatinya berucap, “Dia menggunakan strategi yang bagus untuk membuatku emosi, dan memecatnya.”
“Hei, kamu sekretaris abal-abal, dengarkan saya, saya tahu kamu sengaja bukan membuat saya marah, agar saya memecat kamu, karena saya pernah mengatakan kalau saya akan membebaskan kamu dari tuntutan ganti rugi, apabila saya memecat kamu. Sayangnya, saya ini bos kamu yang ganteng dan pintar dan kaya raya,” kata Kris dengan sombong.
Sarah bergidik ngeri, “Nih si bos makin aneh aja, iyakan aja deh biar gak panjang, mana nih mata udah berat,”omel Sarah dalam hatinya.
“Iya, bos Q yang ganteng, pintar dan kaya raya, ada yang dapat hamba bantu?.”
“Mengapa kamu belum tidur, ini sudah jam 10 lewat, tadi saya sudah perintahkan kamu tidur cepat, biar badan kamu segar, dan kamu dapat memulai latihan belajar merayu dan menggoda saya dengan baik,” kata Kris panjang lebar.
“Tadi saya sudah mau tidur Bos Q, tapi karena anda menelpon saya, saya tidak jadi tidur,” kata Sarah, “Sebagai sekretaris yang baik, saya akan menuruti saran bos untuk tidur, saya akan menutup telpon ini, selamat malam, bos Q,” tambah Sarah.
“Kamu dengar ya, kamu itu sekretaris saya, kamu harus hormat sama saya, secara saya yang menggaji kamu. Sekarang kamu saya persilahkan untuk tidur, jangan lupa bayangkan wajah saya yang ganteng ini, biar tidurmu nyenyak dan bermimpi yang indah tentang saya.” Tut...sambungan telpon diputus secara sepihak oleh Kris. Dia tersenyum sendiri mengingat kata-katanya, yang meminta Sarah untuk membayangkan wajahnya dan memimpikan dirinya.
Sementara di apartemennya Sarah terperangah mendengar ucapan bosnya, “Apa kata si Bos tadi, aku disuruh membayangkan wajahnya dan memimpikan dirinya, biar tidur nyenyak, yang ada bisa-bisa malah mimpi buruk diriku,” gumam Sarah kesal.
Kris membalikkan badannya, alangkah terkejutnya dirinya, ternyata Gladys berdiri di belakangnya.
“Apa yang kamu lakukan, jangan bilang kalau kamu mematai-matai saya,” gertak Kris kepada Gladys.
Gladys yang tidak memiliki rasa takut dan urat malunya yang sudah putus saat berhadapan dengan Kris, menjawab santai gertakkan Kris, “Menunggumu menelpon, saya mau kamu juga menyimpan nomor telpon saya, biar kalau kamu kangen kita bisa videocallan.”
“Aku juga mau kok tidurnya mimpiin kamu, kamu juga mimpiin aku yang cantik ini ya,” kata Gladys, tak lupa kedua matanya dikedip-kedipkan dengan genit.
Kris melongo, “Ajib, nih cewek,” sudah ditolak masih aja ngeyel. Kris berlalu pergi, ia masuk ke dalam rumah. Gladys ditinggalkannya begitu saja.
Gladys berteriak marah,”Kris honey, tungguin Ayang beib dung... jangan tinggalin sendiri, nanti aku diculik orang loh, kamu pasti menyesal.”
Kris menoleh ke belakang ke arah Gladys, “Saya malah bersyukur kalau ada orang yang nyulik kamu. Malahan, saya bakalan kasih imbalan tuh orang,” kata Kris kepada Sarah. Iapun melanjutkan langkah kakinya memasuki rumah kedua orangtuanya.
Setibanya di dalam rumah, Kris segera berpamitan kepada ibu dan bapaknya, “Bu, pak, Kris pulang dulu,kapan-kapan Kris akan datang menjenguk kalian lagi.”
“Kamu itu, kenapa tidak menginap disini saja, ini juga masih rumahmu, lagian di apartemen kamu sendirian juga, 'kan.” Kata Mariana ibu, Kris.
“Bu, aku merasa bebas dan nyaman di apartemenku,” sahut Kris.
“Iya, kamu merasa bebas dan nyaman dengan wanita-wanita night standmu itu bukan?, sindir Mariana.
Kris hanya nyengir labar mendengar sindiran ibunya, diraihnya tangan ibunya, lalu diciumnya, iapun melakukan hal yang sama kepada bapaknya. Setelahnya ia berlalu pergi meninggalkan kediaman kedua orangtuanya.
~Bersambung~