Sebelum subuh, aku segera kembali ke kediaman Felix. Setelah melakukan perbincangan panas dengan Evan, hatiku terombang-ambing. Gelombang kenyataan membuatku semakin terhempas ke karang yang tajam. Sungguh hatiku luka. Namun aku tetap berusaha bertahan. Ada Allah, ada Allah... Selalu kurapalkan dalam hati untuk menguatkan pondasi pertahananku yang mulai goyah. Kutatap wajah Aurel yang masih terlelap. Sungguh aku semakin tak kuasa menahan kehancuran hatiku saat membayangkan bahwa Aurel memiliki seorang anak bersama pria lain. Terlebih lagi dia adalah pria yang dicintainya. Sedangkan aku, jangankan dicintai, menyentuhnya saja belum pernah. Sayup-sayup kudengar kumandang adzan dari masjid di belakang kediaman Felix. Aku segera membersihkan diri lalu mengambil koko dan beranjak ke masjid. H