Episode 4

1600 Kata
Amanda masih terus mengamati kedua pria di depannya itu sedang berbincang, sepertinya mereka sedang melakukan kerja sama. "Amanda, sepertinya kamu harus ikut dalam kerja sama ini, aku tahu kamu pasti bisa lebih handal." Amanda tersentak ketika Papanya mengatakan hal itu. "Aku? tapi bagaimana perusahaan yang ada di Indonesia?" Tanya Amanda. "Nanti aku yang akan mengurusnya dari sini, sepertinya mulai saat ini kamu memegang kendali perusahaan JH Grup di London." Jawab Jhonatan. Alan hanya diam menyimak, sebenarnya ide agar Amanda tidak kembali ke Indonesia dan tetap menetap di London adalah ide dari Alan. Tentunya Alan tidak mau kalau Amanda kembali ke Indonesia lagi, bisa-bisa rencananya untuk membuat Amanda hancur berantakan. "Tapi Pa, Manda sudah merasa sangat nyaman di perusahaan cabang Indonesia Amanda juga lebih suka kerja di sana daripada di sini." Alan melirik Amanda. Tidak suka dengan penolakan wanita itu. "Nona Amanda, saya percaya kalau anda pasti bisa karena menurut Tuan Jhonatan putri cantiknya ini sangat handal dan cekatan, semua yang di pegang pasti selalu berhasil." Amanda melotot mendengar ucapan dari pria yang baru di kenalnya ini. "Tapi, Pa?" Jhonatan mengangkat tangannya mencoba untuk menghentikan protes yang akan diajukan oleh putrinya itu. "Kalau kamu tidak mau, tidak perlu bekerja sekalian, mending di mansion saja untuk menemani nenek." Amanda mendengus kesal, bisa-bisanya Papanya ini mengatur Amanda dengan kuasanya. "Terserah, aku pergi dulu." Amanda berdiri kemudian melangkah pergi dari ruangan Papanya itu. "Maafkan tingkah putri saya, Alan.. dia memang terlalu manja." Ucap Jhonatan. "Tidak apa-apa tuan Jhonatan, saya bisa mengerti. Terima kasih karena telah mengikuti saran saya untuk memindahkan Amanda kembali ke JH Corporation, jujur sebenarnya saya sudah lama menyukai putri Anda, tetapi sepertinya nona Amanda begitu sulit ya?" Ucap Alan basa basi. "Hahaha, aku sangat bahagia mendengar mu mengatakan bahwa kamu menyukai putriku, sebenarnya aku sedikit khawatir padanya karena selama ini belum pernah memiliki kekasih, Amanda selalu sibuk belajar dan bekerja, ingin menjadi wanita karir yang sukses, aku takut dia tidak berniat untuk menikah, aku hanya mempunyai satu putri, kalau dia tidak menikah bagaimana aku bisa menggendong cucu." Ucap Jhonatan terkekeh. Alan hanya tersenyum menanggapi, tetapi kemudian dia berkata. "Saya mohon restu dari anda tuan Jhonatan, aku ingin bisa mengambil hati Amanda agar dia bisa mencintai saya dan menikah dengannya, aku sudah lama menyimpan rasa cinta ini." Ucap Alan. "Tentu Alan, aku sangat merestui kalian, buatlah dia menjadi tidak dingin terhadap pria, aku pasti akan sangat bangga bisa memiliki menantu hebat seperti anda." Ucap Jhonatan. Sedangkan Amanda yang masih kesal melajukan mobilnya ke suatu tempat. Padahal Amanda lebih nyaman memimpin perusahaan yang berada di Indonesia. Sudah setahun dia memimpin perusahaan yang ada di Jakarta itu. Tapi sepertinya dia harus beradaptasi lagi untuk perusahaan Papanya di kota London. Sebulan kemudian. Alan dan Amanda sedang mengadakan meeting dadakan, karena perusahaan mereka memang harus secepatnya melaunching produk terbaru yang sekarang sudah di kembangkan oleh Smith Corp. Sejak mereka memutuskan untuk saling bekerja sama, Alan dan Amanda menjadi lebih sering bertemu. Alan juga semakin terlihat lebih perhatian, dari hal-hal yang paling kecil seperti saat ini, mereka baru saja makan siang setelah meeting selesai. "Bagaimana? apakah kamu masih berminat dengan tawaranku, Amanda?" Tanya Alan menatap wajah cantik itu. "Ehmm, tawaran yang mana?" Amanda pura-pura lupa. Padahal dia hanya ingin mengetes apakah Alan benar-benar serius. Beberapa hari yang lalu Alan mengajak Amanda untuk berkencan. Tetapi Amanda belum memberikan jawaban apapun. Rasanya Amanda sangat malu karena belum pernah pergi berkencan sama sekali Meskipun banyak pria-pria di luar sana yang dengan terang-terangan mengajaknya berkencan tapi Amanda selalu menolak. Namun pada saat Alan mengajaknya waktu itu wanita itu tidak langsung memberi jawaban, entah mungkin mengulur waktu atau bagaimana. Karena Amanda sendiri merasa sedikit nyaman saat bersama Akan, pria itu tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat Amanda risih bahkan selalu memperlihatkan perhatiannya. Tidak tahu saja bahwa sebenarnya semu itu hanyalah akting Alan agar bisa membuat Amanda jatuh cinta padanya. Alan benar-benar akan membalas kan dendam atas kematian Sofia, wanita yang paling di cintai nya. "Oh ayolah, apakah aku harus mengatakan padamu lagi?" Amanda menggangguk. "Itu harus, karena aku sudah lupa tawaran mu yang mana? karena banyak sekali tawaran yang masuk tapi semuanya aku tolak," ucap Amanda memasukan potongan steak ke mulutnya. Alan tersenyum melihat tingkah Amanda kali ini, tidak seserius pada waktu bekerja , bahkan tingkahnya sangat menggemaskan. Ingin rasanya Alan mencubit pipinya yang merona itu, Amanda berkali-kali lipat lebih cantik saat bersikap biasa saja. Manja dan menggemaskan. Astaga, apa yang aku pikirkan, jangan sampai kamu tergoda dengan kecantikan semu wanita ini, Alan. "Malam Minggu besok aku ingin mengajakmu berkencan ke sebuah tempat yang indah, apakah kamu mau, Amanda?" Ucap Alan menatap bola mata hazel milik Amanda. "Ehmm, baiklah,, aku mau." Alan terlihat senang mendengar jawaban wanita itu. Jujur saja, menaklukkan Amanda sangat sulit, wanita itu sangat berbeda dengan wanita lainnya, di mana semua wanita pasti akan langsung luluh ketika Alan hanya memberikan tatapan saja. Tetapi tidak dengan Amanda. Alan sampai berakting seperti selebritis terkenal agar Amanda tidak curiga dan semuanya bisa berjalan dengan lancar. Bahkan sampai tidak ada orang yang tahu bahwa sebenarnya Alan hanya berpura-pura, dia melakukan semua itu seperti nyata dari dalam hatinya. "Terima kasih, Amanda." Ucap Alan masih menatap mata bening itu. ### Beberapa hari kemudian. Alan menatap Amanda dengan tatapan menggoda, sepertinya pria itu akan mulai melakukan aksinya untuk mengambil hati wanita cantik di depannya ini. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran berbintang yang di pilih Alan untuk kencannya. Amanda merasa tidak enak karena di pandang terus oleh Alan. "Mau pesan apa Amanda?" tanya Alan. Amanda tidak menjawab, wanita cantik itu merasa ada hal janggal dengan pria di hadapannya saat ini. "Apa tujuan mu tuan Alan? kenapa tiba-tiba kamu mengatakan bahwa kamu adalah calon suamiku?" tanya Amanda to the poin. Alan sudah menduga Amanda akan bertanya seperti itu. Tadi pada saat di dalam mobil menuju ke restoran berbintang itu Alan memberitahu bahwa dia sudah melamar Amanda mengatakan pada Papanya, tuan Jhonatan. Dan sang Papa sangat menyetujui hal itu. "Amanda, sebenarnya aku sudah lama mengenal baik Papamu, dan tujuan ku ingin menikahi mu karena aku mencintaimu," jawab Alan masih menatap intens wajah Amanda. Tekad pria itu sudah bulat, dia tidak akan bertele-tele untuk bisa mendapatkan hati Amanda, mungkin dengan mengatakan kata 'cinta' wanita cantik itu bisa langsung tergerak hatinya. Amanda hanya diam tidak menjawab, masih dengan tatapan tajam dan penuh curiga. "Hahaha, aku sudah lama tertarik padamu dan aku juga jatuh cinta padamu Amanda," jawab Alan berbohong. Alan mencoba meraih tangan Amanda yang berada di atas meja dan menggenggamnya lembut. Tatapan mata Alan bagai mengunci mata Amanda. Ingin menghipnotis wanita cantik itu dengan tatapan mautnya. Amanda masih diam. Misalkan itu wanita lain sudah bisa di pastikan meleleh saat di tatap seperti itu oleh Alan yang memang tampan dan mempesona. "Tapi aku juga tidak ingin terlalu terburu-buru, aku ingin membuamu jatuh cinta padaku dan mau menerimaku," ucap Alan kemudian. Entah sihir apa yang Alan gunakan, Amanda hanya diam saja saat Alan menggenggam tanganya itu. Jujur pesona Alan memang sangat luar biasa, pria tampan dengan sejuta pesona bagai makhluk Tuhan yang paling sempurna itu memang di akui oleh wanita itu. "Kita belum lama saling mengenal, dan aku belum memikirkan tentang pernikahan tuan Alan, sebaiknya kita berteman seperti ini dulu," jawab Amanda. Alan tersenyum lembut dan mengecup punggung tangan Amanda. Wanita itu sedikit terkejut dengan perlakuan pria di hadapannya ini. Tapi lagi-lagi Amanda hanya diam saja tanpa ada penolakan. Wanita mana yang bisa menolak saat pria tampan dan terkenal seperti Alan tiba-tiba mengatakan mencintaimu dan akan menikahimu, apalagi pria itu adalah CEO dari perusahaan nomer satu di London. Alan menyipitkan kedua matanya saat melihat Amanda yang tidak menolaknya sama sekali itu. Sepertinya rencanaku akan berjalan dengan mulus. Batin Alan. "Aku akan siap menunggu mu sampai kapan pun asalkan kamu menerima lamaran ku, Amanda," ucap Alan. Tiba-tiba ponsel Amanda berdering, wanita itu langsung menarik tangannya dari genggaman Alan dan mengambil ponselnya di dalam tas. "Aaron," gumam Amanda. Seketika wanita cantik itu langsung menggeser layar ponselnya. "Halo My Princess, kamu di mana sekarang, aku sudah ada di luar rumahmu, tapi kamu tidak ada." Ucap Aaron di seberang telepon. "Halo, Aaron aku sedang makan malam di luar." "Oh, padahal tadi aku ingin mengajakmu makan malam." "Maaf Aaron, aku tidak tahu kalau kamu mau mengajak-ku pergi." "Tidak apa-apa Amanda, aku bisa mengerti kok, kamu pasti sibuk sebagai CEO baru kan?" jawab Aaron terkekeh, berusaha mencairkan suasana canggung. Amanda juga ikut tertawa kecil. Alan mendengus tidak suka mendengar Amanda yang malah asyik menerima telepon itu. Baru kali ini ada wanita yang mengabaikanku. Batin Alan tidak suka. Eghem!! Pria itu berdehem untuk mencari perhatian Amanda kembali. Amanda yang sedang asyik mengobrol itu langsung tersadar kalau sedang ada pria di hadapannya saat ini. "Aaron, nanti di sambung lagi ya, sampai jumpa," ucap Amanda mengakhiri panggilannya. Amanda memasukan ponselnya ke dalam tas kembali. "Apakah kamu selalu mengabaikan seseorang saat menerima telepon seperti itu Amanda, aku tidak suka di abaikan," ucap Alan datar. Amanda terkekeh melihat Alan yang berbicara seakan-akan dia merasa cemburu. "Maaf Alan, tadi sahabatku menelepon, dia berada di rumahku sekarang untuk mengajak ku makan malam, jadi aku merasa bersalah saja," jawab Amanda. Alan menggenggam tangan Amanda kembali. "Aku tidak suka kamu berbicara mesra seperti itu dengan pria lain, Amanda, aku ini calon suamimu," ucap Alan. Entah kenapa dia menjadi posesif seperti itu, bukan sebuah akting atau kepura-puraan tapi Alan memang merasa kesal saat Amanda mengabaikannya seperti itu. Amanda sedikit terkejut dengan sikap Alan, apa benar pria itu mencintainya? tapi mereka berdua baru saja bertemu, Amanda sulit membaca raut wajah Alan. "Maaf Alan, tapi kita hanya bertemankan? ah sudahlah lebih baik kita segera memesan makanan, aku sudah sangat lapar," jawab Amanda memanggil salah seorang pelayan. ???
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN