Episode 5

1712 Kata
Alan baru saja mengantarkan Amanda ke Mansion milik papanya. Tadi pria itu mengajak Amanda untuk makan siang dan masih dengan pendekatan yang dia lakukan agar Amanda luluh. Alan tahu jika Amanda memang sedikit sulit untuk di taklukkan, tapi dengan pesona Alan yang luar biasa akhirnya wanita itu bisa masuk ke perangkap Alan dengan mudah Ya, Amanda sekarang bisa sedikit menerima setiap sentuhan dan perhatian yang di berikan Alan kepadanya. Setelah berhasil membuah hati Amanda bisa menerima Alan, wanita itu meminta Alan untuk mengantarkannya pulang ke Mansion karena merasa tidak enak badan. Setelah sampai di depan Mansion, kemudian Amanda mengucapkan terima kasih. "Jangan lupa minum vitamin dan istirahat, aku tidak ingin calon istri ku ini sakit, nanti aku tidak akan bisa tidur." Ucap Alan. Amanda hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah itu Alan melajukan mobilnya menuju ke perusahaan. Di perjalanan menuju kantor Alan sedari tadi senyum-senyum sendiri, memikirkan tentang ekspresi wajah Amanda yang sepertinya terlihat kesal, karena tanpa sepengetahuannya, Alan memang telah mengatakan pada Jhonatan bahwa dia ingin menikahi putrinya itu. Kenapa aku menyukai reaksinya saat terlihat kesal seperti tadi? Alan langsung menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran hatinya yang malah memikirkan ekspresi wanita itu. Ternyata bibirnya sangat manis! "Ya Tuhan, kenapa aku malah memikirkan Amanda, aku menyukai segala sisi dari wanita itu!! Agrkk ini tidak boleh, ingat misimu Alan." Gerutu pria itu sambil mencengkram erat setir mobilnya. Beberapa saat kemudian, Alan telah sampai di perusahaan miliknya dan segera mamarkirkan di tempat parkir khusus. Saat baru saja keluar dari dalam mobil tiba-tiba ada seorang wanita datang ke arahnya dan langsung memeluk mesra pria itu. "Sayang, kenapa seminggu ini kamu tidak ada kabar sama sekali sih? akukan kangen," ucap seorang wanita yang tidak lain adalah Sabrina. Alan sedikit terkejut dengan kemunculan wanita yang masih menjadi kekasihnya itu. "Maaf Sabrina, aku sibuk," jawab Alan melepaskan pelukannya. "Iya iya,, aku tahu kamu memang orang sibuk, bagaimana kalau nanti malam kita keluar untuk makan malam, sudah lama sekali kamu tidak mengajakku keluar, sayang," ucap Sabrina bergelanyut manja di lengan Alan. Sebaiknya aku segera memutuskan Sabrina untuk melancarkan balas dendam ku, Amanda bukan wanita seperti pada umumnya, kalau dia tahu aku masih mempunyai kekasih yang jadi dia tidak akan pernah mau menerimaku. Batin Alan. Alan memang hanya menyayangi Sabrina karena wanita itu selalu ada untuknya, tetapi kalau cinta, sepertinya cinta Alan hanya untuk Sofia seorang, meskipun Alan juga selalu menikmati tubuh Sabrina dan selalu bermesraan dengannya di manapun berada. Tetapi sampai kapan pun Alan tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Sofia dengan wanita manapun di hati Alan, termasuk Sabrina. Jadi mudah saja bila dia harus memutuskan Sabrina dan memilih Amanda sebagai target balas dendamnya. "Baiklah Sabrina, nanti malam aku akan menjemputmu dan kita makan di restoran biasa, tapi sekarang aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu," ucap Alan datar. Sabrina merasa sikap Alan sedikit berbeda, tapi wanita itu tidak mau mempermasalahkan, yang terpenting saat ini dia sudah menjadi kekasih dari Alan Abraham Smith itu saja sudah cukup. "Ehmm baiklah sayang, aku juga ada pemotretan satu jam lagi," jawab Sabrina. "Oke, sampai jumpa." Sabrina mencium pipi Alan sekilas. Kemudian Alan langsung berjalan masuk ke dalam kantor, sedangkan Sabrina pergi ke galeri untuk melakukan pemotretan, wanita itu belum lama ini bekerja sebagai model. Alan berjalan dengan angkuhnya, para karyawan langsung menunduk saat melihat CEO mereka yang tidak pernah menunjukkan senyumnya itu. Alan masuk ke dalam ruangannya membanting pintu kasar, pria itu begitu kesal terhadap dirinya sendiri karena sedari tadi pikiran nya tidak lepas dari wanita bernama Amanda. Alan menarik dasinya agar sedikit longgar, pria itu menggulung lengan kemejanya hingga siku. "Ada apa denganku? kenapa aku malah memikirkan wanita busuk itu!! Amanda Alfredo, pesonamu memang luar biasa tapi aku harus ingat akan tujuanku untuk membalas dendam dan menyiksamu nanti," gumam Alan menyugar rambutnya ke belakang. Di sisi lain Amanda masuk ke dalam kamarnya yang bernuansa pink dan putih itu dengan perasaan tidak menentu, sambil memegang dadanya yang masih berdebar, wanita itu mengingat kejadian saat tadi di dalam mobil Alan sewaktu pria itu mengantarnya pulang. Flashback on. Alan dan Amanda sudah berada di dalam mobil setelah makan siang di restoran tadi. Mereka sudah tidak canggung lagi karena Alan berusaha mencairkan suasana dengan menceritakan tentang kehidupannya yang dia karang itu. "Kenapa kamu begitu percaya diri kalau aku akan menerimamu, Alan," tanya Amanda. Alan menoleh ke arah Amanda dan langsung mengambil tangan wanita itu menggenggamnya lembut. Amanda sudah tidak terkejut lagi dengan sikap Alan yang begitu manis menurutnya. Tapi tentu saja Amanda masih belum bisa memikirkan tentang rencana Alan, yang dia bilang akan menikahinya itu, Amanda masih belum terlalu menganggap serius perkataan Alan. "Tentu saja aku percaya diri karena aku adalah Alan Abraham Smith, aku pastikan kamu akan jatuh cinta padaku Amanda," jawab Alan dengan wajah serius. Amanda hanya tersenyum mendengar ucapan pria yang memang sangat tampan ini. Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di depan Mansion Papa Amanda, Alan memberhentikan mobilnya. "Terima kasih, Alan," ucap Amanda tersenyum. "Tentu saja calon istri, mulai besok aku akan terus mengajak mu makan siang bersama." "Kalau begitu aku masuk dulu," "Jangan lupa minum vitamin dan istirahat, aku tidak ingin calon istri ku ini sakit, nanti aku tidak akan bisa tidur." Ucap Alan. Amanda tersenyum dan mengangguk. Entah kenapa hatinya meras bahagia bisa mendapatkan perhatian dari Alan. Tiba-tiba pria itu mendekatkan tubuhnya, Amanda sedikit terkejut saat melihat wajah Alan yang begitu dekat itu, Amanda sedikit memundurkan tubuhnya karena Alan terus memajukan wajahnya hingga hembusan napas Alan bisa Amanda rasakan. Cup. Alan tiba-tiba mengecup bibi seksi Amanda sekilas, masih menempel dan tangan Alan tergerak menyentuh pipi wanita itu. Amanda masih speechless dengan keadaan ini, jantungnya berdetak dua kali lipat saat merasakan hangatnya bibir pria itu. Alan tersenyum lembut dan menjauhkan wajahnya, pria itu juga merasakan debaran tidak menentu di hatinya, entah kenapa tiba-tiba Alan ingin merasakan bibir merah milik wanita yang sangat di bencinya ini. Tapi yang pasti itu juga di jadikan pria itu untuk sedikit mengambil hati Amanda. Flashback off. "Ya Tuhan, ini benar-benar gila, kenapa aku begitu menyukai sentuhannya, bahkan aku ingin merasakan ciuman itu lagi, jangan sampai aku jatuh ke dalam pesona pria itu, aku masih belum begitu yakin kalau dia mencintai ku!" gumam Amanda. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan segera menyelimuti seluruh tubuhnya yang terasa panas dingin. Alan masih berada di kantor dan akan segera pulang, tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. Sabrina mengirimkan pesan agar Alan tidak lupa akan janjinya nanti malam. Dan juga dia mengirim sebuah foto dirinya. Alan tersenyum saat melihat foto yang di kirim wanita itu. Sabrina berpose sangat seksi dan hanya mamakai bikini saja. Sepertinya niat untuk memutuskan Sabrina bisa-bisa tidak terlaksana karena Alan masih saja tergoda dengan tubuh Sabrina. Alan langsung menelepon Sabrina saat melihat foto wanita itu yang langsung membangunkan gairahnya. "Jangan menggodaku Sabrina, kenapa kamu mengirim foto seperti itu, hemm?" ucap Alan saat Sabrina mengangkat teleponnya. "Aku memang berniat menggodamu sayang, sudah lama sekali kamu tidak menyentuhku, aku rindu belaian mu Alan," Tidak, Alan tidak boleh tergoda saat ini, kalau sampai dia dan Sabrina tetap berhubungan, rencananya balas dendamnya akan gagal. "Aku akan pulang dulu, nanti setelah ini akan ku jemput," ucap Alan mengakhiri panggilan teleponnya. Sepertinya pria itu harus segera pulang dan mandi air dingin untuk menetralkan sesuatu yang sudah menegang saat melihat tubuh seksi Sabrina. Di sisi lain Sabrina tersenyum bahagia, dia benar-benar mencintai Alan dan ingin segera menikah dengan pria itu. Bukan hanya mendapatkan tubuhnya, tapi juga hatinya dan semua milik Alan. Pria hebat yang tidak diragukan lagi kemampuannya di dunia bisnis yang penuh dengan persaingan itu "Alan, aku akan membuatmu menyentuhku kembali dan akan ku pastikan aku akan mengandung anakmu agar aku bisa mengikat mu," gumam Sabrina tersenyum. Ting. Ada sebuah notifikasi pesan di ponselnya. Sabrina langsung membuka pesan itu dan matanya terlihat berbinar. "Amanda? dia sudah berada di London? ya Tuhan aku sangat merindukan gadis itu, sebaiknya aku harus ke Mansion paman Jhonatan," gumam wanita itu. Amanda mengirim pesan kepada saudara sepupunya yaitu Sabrina, kedua wanita itu sudah sangat dekat sejak kecil, Amanda dan Sabrina saling menyayangi satu sama lain. Bahkan setiap salah satu di antara mereka ada yang kesusahan pasti salah satunya langsung membantu. Di Mansion Papa Jhonatan. "Sayang, putriku Amanda, Papa sudah mengenal keluarga Abraham Smith, mereka keluar besar dan perusahaannya nomer satu di London, Papa juga sudah menyetujui lamaran Alan nak," ucap Papa Jhonatan. "Tapi Pa, aku belum siap untuk menikah saat ini, kenapa Papa tidak memberitahu Amanda terlebih dahulu?" Amanda merasa kesal terhadap sang Papa karena tidak memberitahu tentang masalah lamaran Alan. "Aku yakin kamu pasti lama-lama akan jatuh cinta pada Alan, dia memang terkenal Arogan dan tegas tapi sepertinya dia mempunyai sisi yang hangat dan bertanggung jawab, jadi kamu harus menurut pada Papa, Amanda," jawab Papa Jhonatan memberi penjelasan tentang Alan. Amanda menghembuskan nafas perlahan. Sepertinya Papanya dan Alan memang sudah sepakat dengan pernikahan mereka. "Amanda!!" seru Sabrina dari arah ruang tamu. "Sabrina!" Amanda berlari ke arah sepupunya itu dan langsung memeluknya erat. "Jahat banget sih, kenapa gak bilang-bilang kalau kamu pulang ke Inggris?" tanya Sabrina manyun. "Iya maaf deh, soalnya aku tahu kalau kamu pasti sibuk," jawab Amanda. "Iya sih aku sekarang memang sedang sibuk pemotretan," ucap Sabrina. "Tuh kan, lagian sekarang kita sudah sama-sama sibuk, sebenarnya aku sudah hampir dua bulan di London." Ucap Amanda yang langsung mendapatkan cubitan di pipinya. "Selama itu kamu tidak mengabariku, jahat banget." Sabrina manyun. "Jangan gitu donk bibirnya,, oh ya katanya sekarang kamu sudah punya kekasih? kapan kamu memperkenalkan kekasihmu itu sama aku," tanya Amanda. Ya, Sabrina memang sering menceritakan tentang kekasihanya sewaktu Amanda di Indonesia. "Besok pasti aku kenalin, dia itu orang yang sangat sibuk, nanti malam aku baru bisa jalan sama dia, padahal udah seminggu lebih kita gak bertemu," jawab Sabrina. "Yang sabar donk," ucap Amanda mencubit hidung Sabrina. "Pasti aku akan tetap bersabar untuk bisa bersama dia, oh ya bagaimana denganmu Amanda? sampai saat ini aku belum dengar kamu punya kekasih?" tanya Sabrina. "Amanda sebentar lagi akan menikah, dia sudah di lamar oleh seseorang," ucap Papa Jhonatan yang sedari tadi hanya menyimak percakapan kedua wanita itu. "Benarkah Paman? Lalu siapa yang akan menjadi suami Amanda?" tanya Sabrina penasaran. "Putra dari Tuan Bryan Abraham Smith," jawab Pamannya itu. Deg, deg, deg. Sabrina merasa ada yang salah dengan pendengarannya, putra dari Tuan Bryan Abraham Smith?? bukankah putra dari Bryan hanya satu yaitu Alan Abraham Smith. Batin Sabrina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN