Episode 11

1404 Kata
Setelah beberapa hari pernikahan mereka, sikap Alan semakin hari menjadi semakin dingin, Amanda tidak tahu kenapa tiba-tiba suaminya menjadi seperti itu. Mungkin karena Amanda masih datang bulan, sehingga membuat Alan kecewa. Hanya itu yang Amanda pikirkan. Dia berjanji akan memberikan hak sepenuhnya, seluruh jiwa dan raganya kepada Alan ketika dia sudah selesai tamu bulanan nya. Pagi ini seperti biasa, Alan hanya diam saja tanpa memberikan morning kiss seperti kemarin-kemarin pada waktu awal mereka menikah, padahal waktu itu Alan sendiri yang mengatakan akan selalu memberikan morning kiss agar terlihat semakin romantis. Tapi nyatanya beberapa hari terakhir ini sikap Alan berbeda. Tidak ada pelukan hangat atau sekedar sapaan romantis. Amanda hanya bisa menafsirkan mungkin karena keinginannya Alan untuk malam pertama belum terpenuhi. "Honey, apa gak sarapan dulu?" Tanya Amanda pada saat Alan sudah bersiap pergi ke kantor. "Tidak, aku malas makan di rumah, lebih baik makan di kantor," jawab Alan dingin. Amanda merasa kecewa dengan jawaban suaminya itu, entah kenapa melihat tingkah Alan yang semakin hari semakin acuh membuatnya merasa sakit hati. Kamu harus kuat Amanda, mungkin suamimu lagi banyak pekerjaan di kantor, atau mungkin sikapnya karena kecapean kerja. Aku harus berpikir positif Batin Amanda. Sedangkan di kantor. Alan tersenyum puas pada James, pernikahan mereka baru genap seminggu tapi Aland sudah mulai menjalankan misinya. "Ternyata membuatnya menderita memang sangat menyenangkan, aku sangat bahagia James, aku bahagia!" Alan tergelak. James hanya bisa diam dan menunduk, seharusnya bosnya itu tidak perlu sekejam ini pada wanita, tapi kalau memang benar Amanda yang telah menabrak Sofia hingga meninggal, sepertinya wanita itu memang pantas mendapatkannya. Sebuah suara ketukan di pintu terdengar cukup keras. James langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Ada perlu apa?" Tanya James pada sekretaris Alan. "Ada Nona Sabrina, tuan James." Jawab sekretaris yang bertag-name Abel itu. "Biarkan, aku masuk,, aku ingin bertemu dengan Alan!" Sabrina memaksa masuk dan mendorong tubuh James kuat. "Alan! aku ingin bicara padamu!" Seru Sabrina tepat di hadapan Alan. "Ada apa lagi Sabrina?" Tanya Alan malas. Pria itu menyibukkan dirinya sendiri membuka laptop. Sabrina benar-benar tidak bisa melupakan Alan meskipun dia sudah berusaha. Wanita itu harus mendapatkan perhatian Alan kembali dan merebut cinta pria itu. Alan terkejut saat tiba-tiba Sabrina memeluknya dari belakang. "Alan, ku mohon, jangan bersikap seperti ini padaku, aku sangat mencintaimu, apa salahku hingga kami memutuskan ku begitu saja, apa kekurangan ku? apa aku tidak terlalu cukup membuatmu puas? katakan apa yang harus ku perbaiki agar aku bisa bersamamu kembali!" Ucap Sabrina menangis. Hatinya merasa sangat rapuh tanpa Alan di sisinya. Alan menatap James kemudian mengeluarkan smirknya. "Sabrina, tenanglah dulu." Alan berdiri dan menghadap wanita itu. "Alan, ku mohon, kembalilah padaku!" "Tapi aku sudah menikah, Sabrina,,, dan istriku adalah sepupumu sendiri." Ucap Alan memandang wajah Sabrina yang memerah dengan mata yang bengkak Itu. Sepertinya Sabrina keseringan menangis hingga membuat pinggiran matanya seperti membengkak. "Aku tidak masalah, meskipun kamu sudah menikah aku mau menjadi yang kedua, aku siap menjadi wanita yang bisa menghibur mu di kala kamu bosan dengan istrimu, aku akan menjadi simpanan mu asalkan aku bisa bersamamu." Ucap Sabrina. James yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya tidak percaya. Sedangkan Alan sepertinya mempunyai pemikiran lain, dia pun tersenyum dan memegang pipi Sabrina untuk menghapus air matanya. "Baiklah, Sabrina,, kita bisa kembali seperti dulu, menjalin hubungan sebagai kekasih, kalau kamu mau menerimaku apa adanya." Sabrina membulatkan matanya seketika. "Benarkah, Alan? kamu mau kita kembali seperti dulu?" Alan mengangguk. Sabrina langsung memeluk Alan erat. Sungguh tidak pernah dia bayangkan ternyata mendapat kan pria seperti Alan sangatlah mudah, benar-benar tidak bisa di percaya. "Baiklah, mulai saat ini kamu telah resmi menjadi milikku lagi, karena sesungguhnya kamu memang di ciptakan hanya untukku." Ucap Sabrina. Amanda menelepon suaminya berkali-kali tetapi tidak di angkat. Ini sudah jam 8 malam, tapi Alan belum pulang dan tidak memberi kabar sama sekali. Puluhan pesan yang dia kirim hanya di baca tanpa di balas sama sekali. "Ya Tuhan, sebenarnya ada apa dengan suamiku!" Gumam Amanda menggigit bibir bawahnya menahan air mata. Sesak sekali rasanya saat di perlakukan seperti ini oleh orang yang kita cintai. Amanda masih berpikir positif, dia hanya khawatir kalau terjadi apa-apa dengan Alan. "Mudah-mudahan saja suamiku tidak kenapa-kenapa." "Apa aku telepon asisten pribadi nya saja ya? tapi aku tidak tahu nomernya." Amanda mondar mandir di depan pintu utama apartemen. Hingga satu jam kemudian dia lelah dan tertidur di sofa. Keesokan harinya. "Bangun sayang, kenapa tidur di sini?" Amanda mengerjapkan matanya. Dia pun melihat wajah Alan dan langsung duduk seketika. "Alan, kamu gak apa-apa kan? kenapa tadi malam tidak pulang? aku sangat khawatir!" Amanda memeluk suaminya erat, seakan mengatakan bahwa dia sangat khawatir. Alan sebenarnya tidak tega melakukan ini, melihat Amanda yang menunggunya semalaman membuatnya merasa kasian, tapi dia harus tetap membuat wanita cantik yang sudah menjadi istrinya ini menderita. Alan tidak boleh lemah hanya karena kasian. "Maaf, tadi malam aku bermalam di kantor, banyak pekerjaan soalnya, ini nanti aku juga hanya mandi dan pergi meeting." Alan berjalan masuk ke dalam kamar. Amanda langsung pergi ke dapur mempersiapkan sarapan untuk Aland. Wanita itu masuk ke dalam kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur untuk cuci muka dan sikat gigi. Entah kenapa sekarang dia merasa asing dengan suaminya sendiri. Apakah ada sesuatu yang Alan sembunyikan. ### Malam harinya. "Honey, aku buatkan kopi ya?" Tanya Amanda ketika melihat Alan baru saja pulang dari kantor. "Tidak perlu, setelah ini aku akan pergi, kamu tidak usah menunggu ku pulang," jawab Alan dingin. Amanda merasa sikap suaminya itu benar-benar berubah, tapi apa mungkin karena Alan sampai sekarang belum mendapatkan haknya. Bagaimana Amanda bisa memberikan hak nya kalau Alan saja sangat jarang di rumah. Meskipun sekarang tamu bulanannya sudah pergi tapi Amanda tidak bisa memberitahu suaminya karena pria itu seakan menghindar. "Tapi ini sudah malam, kamu mau pergi kemana?" tanya Amanda. "Aku ada urusan," jawab Alan yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Kenapa Alan berubah dingin seperti ini, semakin hari sikapnya benar-benar semakin berubah, apa ada sesuatu? aku harus menyelidiki nya. Batin Amanda. Setelah mandi Alan langsung pergi begitu saja dari apartemen dan mengabaikan Amanda. "Honey, tunggu dulu!" seru Amanda tapi tidak di hiraukan oleh Alan. Amanda memegang dadanya yang terasa sesak, sikap Alan benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat, padahal mereka menikah belum ada sebulan. Bahkan saat tidur Alan tidak mau berdekatan dengan nya. Mungkin masih efek kecewa, Amanda tidak tahu. "Aku harus mencari tahu kemana dia pergi!" gumam wanita itu. Amanda mengambil kunci mobilnya dan langsung keluar menysul Alan. Wanita itu harus tahu dengan siapa suaminya bertemu. Mobil Alan masih belum terlalu jauh meninggalkan gedung apartemen, Amanda mengikuti mobil suaminya itu dengan perasaan tidak tenang. Setelah beberapa saat mobil Alan masuk ke parkiran restoran. Pria itu keluar dan langsung di sambut oleh seorang wanita. "Siapa wanita itu?" ucap Amanda. Hatinya tidak nyaman. Tiba-tiba matanya melihat suatu adegan yang tidak terduga, Alan berciuman dengan wanita itu di area parkir yang cukup sepi. Mata Amanda melotot sempurna, dia meremas dadanya yang terasa sangat sakit. "Alan, tidak mungkin dia berselingkuh? aku harus menemui mereka berdua!" Amanda keluar dari dalam mobil dengan amarah yang siap meledak. "Alan!! apa-apaan ini!!" seru Amanda. Alan langsung melepaskan ciuman itu dan menoleh ke arah Amanda dan juga wanita yang berciuman dengannya tadi. "Sabrina!! Alan!! kalian berselingkuh!" ternyata wanita yang berciuman dengan Alan adalah Sabrina. "Iya benar Amanda, aku dan Sabrina kembali bersama, ternyata aku masih sangat mencintai nya!" jawab Alan tenang sambil memandang Sabrina Dia memang sengaja melakukan itu karena tahu Amanda mengikuti nya. Tubuh Amanda terasa lemas saat mendengar pengakuan suaminya itu, dadanya sesak menahan tangis, hatinya hancur berkeping-keping. Alan tega melakukan semua itu kepada nya. "Kalian sungguh tega!!" teriak Amanda. "Amanda, seharusnya kamu sadar bahwa aku dan Alan sudah lama bersama, jadi kalau kita kembali lagi itu bukan salahku tapi salahmu sendiri!" ucap Sabrina sinis. Wanita itu memeluk lengan Alan dan mengajak nya masuk. Amanda menatap mata Alan yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Rasanya hatinya benar-benar sakit sekali. Jederrrr!!!! Tiba-tiba suara petir menggelegar, hujan datang seiring tubuh Amanda yang merosot ke tanah. Hancur sudah pernikahan yang belum genap seminggu itu. Rasa sakit hati itu apanya sebuah karma karena dia telah mendapatkan sumpah dari Sabrina. Tidak, itu bukan salahnya, Amanda sangat membenci Alan dan Sabrina mulai saat ini. Dia tidak akan pernah melupakan kejahatan yang di buat oleh kedua orang itu. Amanda mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak mau di tindas oleh seorang pelakor. "Baiklah Alan, Sabrina kalau memang itu yang kalian lakukan, mulai besok aku akan mengurus surat perceraian dan silahkan kalian bersama!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN