GODAAN PATI GENI

597 Kata
Menjelang tengah malam, Winarsih mendengar suara mendesis, ia hanya bisa melotot saat melihat belasan ular berbisa yang merayap ke arahnya. Bukan hanya satu jenis ular, tapi banyak. Salah satunya ular kobra berwarna hitam mengkilat. Sudah jelas sangat berbisa. Winarsih menarik napasnya ia mempersiapkan diri untuk hal yang terburuk sekalipun. Sssssss… ssss Suara desis ular itu makin mendekat, dan tanpa bsa menghindar lagi salah satu dari ular- ular itu mematuk tepat di dahi Winarsih. Winarsih langsung merasakan nyeri di kepalanya. Ia tidak dapat merasakan apa-apa. Tubuhnya yang memang terpendam di dalam tanah terasa semakin kaku. Napasnya terasa sesak dan debaran jantungnya semakin kencang dan pandangan mata Winarsih mulai kabur. Ia merasa tubuhnya seperti melayang dan ia merasa sesuatu sedang ditarik lepas dari raganya. Sampai ke lehernya dan Winarsih merasa terbang jauh dan tiba-tiba di hempaskan ke sebuah hutan belantara. Winarsih berdiri tegak, ia memandang sekelilingnya. Winarsih sama sekali tidak megenali tempat itu. Maka ia pun berjalan ke menuju ke sebuah pohon rindang dan duduk bersila di bawahnya. Mulutnya kembali merapal mantra yang tadi sempat terputus akibat gigitan ular. Tak lama kemudian, Winarsih mendengar suara tawa yang melengking. Dan ia melihat sesosok wanita dengan wajah yang rusak, kedua bola matanya menggantung terlihat begitu mengerikan. Rambut wanita itu acak-acakan dan tercium aroma bau busuk yang menguar dari tubuhnya. Winarsih merasa sedikit mual mencium bau busuk itu namun ia menahannya. Setelah agak lama menahan bau busuk perlahan bau busuk itu menghilang. “Fokuskan ke d**a dan kedua tanganmu. Baca terus mantra itu dan rasakan hawa hangat yang menyebar ke seluruh tubuhmu.” Winarsih seperti mendengar suara Nyai Tapa yang berbisik jelas di telinganya. Winarsih pun terus merapalkan mantra dan memfokuskan tenaga dalamnya ke tubuh dan kedua tangannya. Perlahan ia merasakan hawa yang sangat hangat menyebar ke seluruh tubuhnya. Ia terus memejamkan mata dan merapal mantra,perlahan ia merasa tubuhnya terasa ringan seperti kapas dan melayang. Entah berapa lama Winarsih merasakan itu,tiba-tiba bahunya terasa ditepuk oleh seseorang. “Bukalah matamu Winarsih, tapamu sudh selesai. Winarsih membuka matanya, ia melihat dirinya sudah kembali berada di bawah pohon rindang yang besar. Dan, Nyai Tapa mengulurkan tangan untuk menarik Winarsih keluar dari dalam tanah. Hanya dalam satu kali tarikan saja winarsih sudah berada di luar. “Benar sudah selesai, Nyai ? Rasanya baru sebentar,” kata Winarsih. “Itu karena kau berada di alam lain. Satu jam di sana satu hati di dunia ini. Sekarang pakai ini lalu kita menuju ke air terjun,” jawab Nyai Tapa singkat. Keduanya pun berjalan menuju air terjun tempat Winarsih pertama kali melakukan mati geni. Nyai Tapa memandikan Winarsih dengan air kembang tujuh rupa yang telah ia persiapkan sebelumnya dan membacakan mantra. Winarsih merasa tubuhnya begitu segar dan terasa ringan. “Ilmumu sudah sempurna sekarang,cah ayu. Tapi, asal kau tau bahwa kau yang sekarang bukanlah kau yang dulu lagi. Pakai Ilmu yang telah aku berikan kepadamu dengan sebaik-baiknya.” “Baik,Nyai. Terima kasih banyak.” Nyai Tapa dan Winarsih pun memutuskan untuk kembali ke pondok Nyai Tapa. Kali ini tidak memerlukan waktu berhari-hari, karena Winarsih sudah memiliki ilmu meringankan tubuh sehingga mereka bisa dengan cepat kembali. Setibanya di pondok,Nyai Tapa mengeluarkan sesuatu dari buntalan miliknya. “Pakailah ini ,cah ayu. Besok pagi,kau bisa kembali ke desamu. Kedua orangtuamu saat ini sudah benar-benar putus asa mencarimu. Mereka akan sangat senang melihat kau kembali. Ingat untuk selalu mandi air kembang tujuh rupa yang kau campur dengan air kelapa setiap jumat kliwon sambil kau bayangkan wajah Nyai Sekar Jagad Arum sari. Bukankah kau juga adalah seorang penari di desamu? Kau bisa kembali menari. Dan kali ini tidak akan ada yang menandingi kecantikanmu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN