Chapter 1 | Pengantin Wanita Pengganti

1360 Kata
Chapter 1 | Pengantin Wanita Pengganti “Pengantinnya berubah?” “Apa mereka bergurau?” “Dimana Nona Ayn?” “Tunggu, tempat itu seharusnya menjadi tempat Nona Ayn. Siapa pula gadis itu? Kenapa dia di sana? Kenapa yang berjalan bersama Tuan Arsene justru gadis itu?” “Tunggu…” “Wajah itu…” “Mirip Nyonya Caitlyn kan? Mungkinkah dia…” “Ahhh adik Nona Ayn.” “Sedang apa dia? Ini sungguhan? Adik Nona Ayn yang akan menikahi Tuan Arsene? Jika begitu, posisinya akan berubah kan? Sial aku bahkan tidak pernah berbincang dengannya.” Seksisme menjadi landasan dari semua fondasi seorang tirani. Menara sosial hierarki dibentuk dengan pelecehan yang dimodelkan pada d******i laki-laki pada perempuan. Karena terlahir sebagai perempuan, begitu banyak batasan yang kualami. Sampai rasanya aku tidak bisa menghitung sama sekali. Manusia memiliki insting yang kuat, mereka tahu cara bertahan hidup. Tunduk pada kekuatan yang besar dan melahap mangsa terlemah. Aku selalu berada di rantai terbawah… Selalu demikian… Hanya karena menikahi pria ini, posisiku langsung terlihat dan berubah? Aku masih merasa bingung dengan semua yang terjadi. Apa karena hari itu Kakakku memergoki kami? Saat aku berada di atas tempat tidur tunangannya tanpa busana. Yah… Aku tidur dengan tunangan Kakakku. Pria yang merupakan kakak dari sahabatku, sekaligus dosen yang mengajar di kampusku. Aku tidur dengannya… Mungkin karena itulah Kakakku melarikan diri di hari pernikahannya. Aku merasa seolah posisiku berubah seketika. Benarkah? Meski aku hanya pengganti Kakakku? Lucu sekali, duniaku seketika berubah… Karena aku menjadi istrinya… Dunia baruku, sebagai seorang istri… *** Ayra Lyn Nararya, putri kedua dari Valdi Prayan Nararya, seorang dokter ternama yang menjadi kebanggan dalam dunia kesehatan. Rumah sakit yang dikelolanya dikenal sebagai rumah sakit terbaik. Nararya Hospital, menjadi pilihan solid dalam masalah kesehatan. Memiliki dokter unggulan, teknologi canggih, dan segala yang dibutuhkan dalam dunia kesehatan. Keluarga terhormat… Mereka memiliki putri sulung yang dikenal berbakat, dipastikan menjadi penerus tongkat kejayaan Nararya. Anindya Ayn Nararya, sosok sempurna dan adil yang dimuliakan. Bahkan arti namanya saja penuh kharisma. Ia menjadi kebanggan, sosoknya menjadi standar tinggi bagi pewaris lain. Semua orang selalu membicarakannya… Menyanjung, juga menempel padanya bagai parasit. Pewaris Nararya, sosok yang akan mewarisi kekayaan, kehormatan, kejayaan keluarga. Sosok sempurna yang dibentuk sebagai penerus masa depan. Sosok sepertinya, disandingkan dengan pendamping yang setara–sepadan dengan dirinya. Arsene Kay Zavian Adams, pria penuh kharisma yang berasal dari keluarga terhormat. Sesuai dengan arti namanya, laki-laki pembawa kejayaan yang bersinar terang. Neneknya adalah sosok yang menjabat sebagai hakim agung, disanjung, juga dipercayai masyarakat. Ibunya seorang aktivis dan pengacara yang berbicara dengan lantang dalam membela kepentingan publik, seorang wanita yang melewati batasan antara apa yang bisa dan tidak bisa seorang wanita lakukan. Lalu ayahnya juga seorang jenius dalam ilmu kedokteran. Bahkan setelah kepergian pria itu, namanya terus disanjung penuh pujian atas terobosan dan kemampuannya sebagai seorang dokter. Arsene adalah berlian yang ditemukan Valdi, dididik bagai seorang putra berharga untuk menjadi pendamping sang pewaris utama. Jelas… Dalam lubuk hati terdalamnya, Valdi Prayan Nararya berharap kejayaanya diteruskan oleh seorang putra. Namun, Anindya Ayn Nararya, sang putri sulung sudah cukup memenuhi standarnya. Selain itu, ia memiliki Arsene sebagai menantunya. Kedua orang yang ditempah untuk meneruskan kejayaan dan kehormatan Nararya. Tidak ada peran khusus yang dilakukan si putri kedua. Ayra Lyn Nararya, namanya memiliki arti sebagai cahaya yang bersinar dengan sangat indah di tengah kemuliaan. Untuk masalah peran, peran Lyn hanyalah sebagai pelengkap. Pajangan cantik yang juga meneruskan tradisi keluarga. “Dia cantik” pujian semacam itulah yang selalu terlontar. Mereka akan tertarik saat bertemu Lyn, sejenak berbasa-basi, sebelum berpaling dan menemui Ayn. Pajangan hanyalah sebatas pajangan. Tidak memiliki fungsi, tidak memiliki peran. Sang pewaris selalu menarik perhatian utama. “Nona Ayn, saya sudah membaca jurnal penelitian Anda, luar biasa, saya menantikan presentasi pada conference mendatang.” Mereka berlomba-lomba mencuri perhatian sang pewaris, menempel kalau-kalau memiliki kesempatan untuk berteman baik dengan sosok yang akan meneruskan kejayaan Nararya. “Tuan Arsene, Anda sudah kembali.” Lalu pasangan sang pewaris, selalu menjadi sosok sempurna yang seolah memiliki tembok pembatas tinggi yang tebal menjulang. Jika Ayn adalah sosok yang mudah bergaul, maka Arsene adalah sosok yang sangat sulit didekati. Meski sulit, orang-orang itu berusaha menarik perhatian Arsene dami sekedar bisa berbincang dengannya. Keluarga ibunya meraup kehormatan karena dikenal akan kejujuran dan legalitasnya sebagai hakim. Sedangkan keluarga ayahnya, selalu melahirkan dokter-dokter hebat dari generasi ke generasi. Mereka bahkan bergerak dalam bidang mesin medis dan menjadi pelopor teknologi terkemuka dalam dunia kedokteran. Kejayaan mutlak tanpa batasan. Pria yang terhormat… “Membosankan…” Lyn menoleh. Anna Ren Adams ada di sana, adik dari si pria terhormat yang juga merupakan sahabatnya. Satu-satunya sahabatnya… Mungkin, satu-satunya miliknya. “Aku tidak mengerti, kenapa kita harus terjebak di acara pertunangan kakak-kakak kita? Ini membosankan. Sial! Aku besok ada ujian, aku tidak ada waktu karena si b*****t itu memaksaku mengerjakan ini dan itu.” Anna melakukan magang di firma hukum yang dimiliki oleh bibinya. Lyn sering mendengar keluhan karena sepupunya yang selalu membebankan banyak pekerjaan kepadanya. Dari segi kepribadian, Anne jauh berbeda dengan Arsene. Anna jauh lebih supel dan menyenangkan. Jauh lebih manusiawi, karenanya Lyn bisa berteman dengannya. “Begitukah…” Lyn menjawab sambil terus menatap layar ponsel. Senyuman tipis terlihat di bibirnya saat mendapati balasan dari pesan yang dikirimnya. Gaun selutut berwarna pastel yang dikenakannya sedikit bergoyang seiring langkah yang dilakukannya. Bergelombang dengan lembut dan berkilau di bawah lampu. Ia terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi, namun karena harus berfoto bersama keluarganya beberapa waktu lalu, untuk mengimbangi tinggi Ayn, Lyn dipaksa mengenakan sepatu yang jauh lebih tinggi dari yang biasa dikenakannya. Rasanya tidak nyaman… “Bagaimana jika kita makan ramen pedas setelah ini? Aku tidak tahan dengan suasana busuk orang-orang yang berlagak terhormat ini.” Anna menyenggol pundak Lyn, ia sering lupa bahwa sahabatnya memiliki tubuh lemah. Biasanya tidak akan sampai terjatuh… Tapi keseimbangannya benar-benar diuji saat sepatu tidak nyaman itu terasa begitu rapuh. Sedikit bergoyang, seolah mengejek Lyn dan memohon pada gadis itu untuk membiarkan dirinya dipermainkan. Bukkk “Ahh” Lyn melenguh saat tubuhnya terbentur tubuh lain yang terasa keras dan tidak nyaman. Ia ditahan agar tidak terjatuh, tangan besar seolah melingkar di pinggangnya, menahan bobot tubuh yang tidak seberapa itu. Dapat Lyn rasakan nafas hangat di belakang telinganya. Rasa tidak nyaman menyelimuti darahnya yang mengalir ke seluruh tubuh. Hawa dingin menakutkan mulai terasa. “Minggir” Arsene memerintah dengan suara berat yang terdengar rendah. Lyn langsung menyingkirkan kakinya yang menginjak sepatu berkilau Arsene, mundur agar pria itu tidak memprotes jarak mereka lagi. Mata biru terang itu memandang Lyn sedikit menunduk, perbedaan tinggi mereka menjadi alasan utama. “Maaf Pak” dulu Lyn memanggilnya dengan panggilan kakak. Namun, sejak pria yang akan menjadi suami kakaknya itu juga menjadi dosennya, tanpa sadar ia memanggilnya demikian. Jarak seolah semakin terasa. Itu adalah hal baik, sejak awal Lyn memang tidak nyaman dengan orang yang saat ini berdiri di hadapannya itu. Dia tidak menjadi dosen pengajar secara penuh, namun aura kuat itu terlalu mengintimidasi sampai rasanya Lyn semakin tidak mau berlama-lama di dekatnya. Kakinya langsung melangkah mundur, meraih tangan Anna yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. “Jangan menakuti Lyn!” Protes Anna dengan suara nyaring. Beberapa pasang mata tertuju pada mereka, padahal posisi mereka jauh dari keramaian pesta. “Kenapa masih disini, pulang dan belajar” Arsene memerintah. “Nilaiku urusanku!” Anna menolak dengan tegas. Mungkin di dunia ini, hanya Anna yang bisa berbicara dengan bebas di tengah tatapan tajam Arsene yang penuh intimidasi. Rasa sesak dan gugup selalu menyelimuti Lyn saat harus berbicara dengan Arsene, Lyn memuji keberanian Anna dalam hal ini. “Kalian berdua besok ada ujian. Kau lemah dalam teori, sedangkan kau Lyn, sampai kapan nilai praktikum mau terpuruk begitu? Jika belajar setidaknya kalian tidak akan berakhir sebagai sampah masyarakat.” Perkataan Arsene selalu terdengar dingin. “Berhenti mengintip jadwalku!” Anna memprotes tidak suka. “Baik, permisi Pak.” Lyn enggan berada lebih lama dengan pria itu, ia langsung segera membungkuk dan berbalik pergi. Langkanya terkesan begitu tergesah hingga membuat Anna menghela nafas sebelum mengejarnya. “Ceroboh seperti biasanya.” Arsene memungut ponsel yang Lyn jatuhkan dan mengernyit membaca pesan disana. “Anak ini bertingkah seolah menjadi seorang penurut, padahal sulit sekali diatur.” “Sekarang dia sudah berani memiliki kekasih?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN