Anna dan Willy makin menjaga jarak satu sama lain. Kebiasaan Anna yang mengantar Willy sampai teras rumah saat bekerja saat Laura sudah bangun dan makan sarapan masih Anna lakukan. Sekarang tanpa perlu Anna peragakan bagaimana salim kepada Willy, Laura sudah bisa melakukannya sendiri dan Anna bangga karena Laura benar-benar cepat belajar.
“Pap-Papa,” panggil Laura saat melihat Willy sudah pulang ke rumah. Panggilan Laura kepada Willy membuat Willy tersenyum senang. Semua rasa lelah di tubuhnya seketika sirna. Willy kemudian berjalan ke arah Laura yang sudah merangkak cepat ke arahnya. Willy kemudian menggendong Laura dan mencium pipinya dengan gemas sekali. Anna yang melihat kedekatan antara Laura dan Willy turut bahagia dan tersenyum senang.
Willy mendekat, memberikan Laura pada Anna, “aku harus mandi,” kata Willy dan Anna mengangguk ke arahnya. Willy kemudian langsung naik ke kamarnya yang berada di lantai atas. Willy heran dengan dirinya sendiri yang masih saja merasakan debar-debar aneh saat ia bertemu dengan Anna, padahal ia sudah berusaha menjaga jarak dengan perempuan itu.
Willy turun untuk makan malam cukup larut, sengaja ia melakukan hal itu karena ia tak mau bertatapan dengan Anna. Biasanya ia turun saat Laura dan Anna sudah tidur. Willy mampir ke kamar Laura dan melihat putrinya itu sudah terlelap. Setelah puas melihat wajah Laura yang polos saat tidur itu, Willy ke meja makan dan sayup-sayup ia mendengar suara seseorang yang pelan sekali, seperti berbisik .
Willy mencari sumber suara itu, langkah kakinya pelan sekali, sampai akhirnya ia sampai di pintu dapur samping rumahnya dan ia melihat Anna sedang duduk menelepon sembari sesekali mengusap wajahnya.
“Tapi Ayah, Anna mau kuliah bukan mau nikah,” kata Anna yang membuat Willy kaget mendengarnya.
“Sama saja Ayah, Anton akan melamar Anna, kan? meski Anton bilang hanya mau mengikat Anna dalam pertunangan, bukan berarti ia dan keluarganya tak akan meminta dilangsungkannya pernikahan. Lagi pula, Anna baru bekerja di sini dua bulan lebih, masak Anna harus berhenti gara-gara menikah? apa ayah dan bunda gak sayang dengan penghasilan yang Anna dapatkan? Kalau Anna menikah, apakah Anna masih bisa memberikan uang sekolah pada dua adik Anna?” papar Anna.
“Anna gak mau nikah sama Anton, Ayah. Anna gak suka sama dia,” kata Anna lagi.
“Kenapa sih Ayah ngotot sekali, Anna ke kota juga permintaan Ayah, kan? sekarang tiba-tiba suruh pulang dan menikah. Anna juga mau menikah tapi tidak dengan Anton. Dia itu sudah ketahuan selingkuh sama Tiara,” kata Anna dengan dadanya yang sesak.
“Mana bunda? Anna mau bicara sama bunda, ayah selalu mau menang sendiri,” kata Anna kesal sembari terisak.
“Anna gak mau menikah, Anna mau kuliah dulu, bangun karir dulu!”
“Anna gak akan pulang! Kalau ayah nekat nikahin Anna di sana, lihat saja Anna akan kabur selama-lamanya!”
“Ayah!” seru Anna yang semakin menangis tersedu-sedu karena panggilannya dimatikan sepihak oleh ayahnya.
Mendengar apa yang barusan terjadi antara Anna dan ayahnya, membuat d**a Willy kembang kempis. Ia membayangkan Anna memutuskan pulang kampung karena alasan harus menikah di sana. Willy merasa tak rela, tak rela kehilangan Anna yang sudah dianggapnya sebagai ibu dari pengasuh anaknya, bahkan Laura sudah memanggilnya Mama meski Anna berulang kali menyebut dirinya bu Anna bukan mama pada Laura.
Willy gegas bersembunyi saat Anna memutuskan masuk kembali ke rumahnya. Willy bingung harus sembunyi di mana, badannya besar dan tak muat berada dalam kolong manapun. Akhirnya Willy bersembunyi di balik tirai dan berharap Anna langsung kembali ke kamarnya setelah ini. Willy benar-benar takut kalau ketahuan sama Anna bahwa ia telah menguping pembicaraannya dengan keluarganya di kampung. Ingin sekali Willy langsung mendatangi ayah Anna dan mengatakan bahwa ia yang akan menikahi Anna dan bukannya Antok, Anton, atau Aa aak- aa aak lainnya yang gak jelas itu.
Alih-alih kembali ke kamarnya, Anna malah memutuskan untuk makan malam, hal yang selalu ia hindari sebisa mungkin. Tapi karena Anna sedang bersedih dan hatinya terluka karena rencana sang ayah yang akan menikahkannya dengan Anton yang sudah pernah berpacaran dengannya dan selingkuh dengan temannya bernama Tiara, Anna jadi kesal.
Anna mengambil mangkuk besar yang biasanya dibuat untuk sayur. Melihat bibi yang selalu membuang makanan setiap pagi kalau tidak habis, Anna berencana memakan semua makanan malam ini untuk mengobati luka di hatinya dan memberinya tenaga untuk berpikir cara yang tepat menghadapi orang tua yang mau menang sendiri.
Anna menyendok semua nasi yang ada di meja makan beserta sayur mayor dan lauk yang ada di sana sembari mendumel tak jelas.
“Sayang banget tiap hari makanan sisa harus dibuang. Aku sendiri sudah jarang makan malam karena mau diet, sekarang gak ada diet-diet segala! Mau gendut aja biar Anton kabur lihat badanku! Lagian makanan sebanyak dan seenak gini kenapa harus dibuang? Mending aku habiskan malam ini. pak Willy juga gak makan malam,” kata Anna yang membuat Willy mendelik mendengarnya. Pasalnya, Willy juga lapar dan mau makan malam. Tapi jika Anna menghabiskannya, apa yang harus ia makan larut malam begini?
Anna mencampur semua makanan dan mengaduknya jadi satu seperti yang ada dalam drama-drama Korea. Ia berniat menghabiskan semua makanan itu, ia merasa sanggup karena terakhir kali makan pukul dua belas siang bersama Laura, itupun porsinya sedikit sekali.
Perut Willy tiba-tiba berbunyi keras saat Anna hendak menyendokkan makanan ke mulutnya. Anna menengok ke perutnya dan merasa bahwa bunyi perut yang kerongcongan itu bukan berasal dari dirinya. Sedangkan Willy mengumpat kesal pada perutnya yang tak bisa diajak kompromi. Anna kemudian hendak melanjutkan makannya, tapi lagi-lagi ia mendengar suara perut yang kelaparan hingga akhirnya ia meletakkan sendok dan menoleh ke kanan dan kiri.
Anna beranjak dari tempatnya duduk dan menyalakan semua lampu yang ada di ruangan itu. Willy merasa ia akan ketahuan, apalagi tirai tempat ia bersembunyi menamppakan bagian telapak kakinya. Ia berharap Anna tak menyadarinya.
Anna menengok ke kanan dan kiri dan tak mendapati siapapun. Ia memastikan semua sudut aman tak ada orang lain, sampai akhirnya ia melihat sepasang kaki bersembunyi di balik tirai dan ia kaget bukan main.
Ya Tuhan, kaki siapa itu?
Apakah maling?
Anna takut dan gemetar, tapi ia jadi ingat kejadian saat di kampungnya kala ayahnya memukul maling yang masuk ke rumahnya dengan menggunakan sapu. Anna gegas ke dapur, mengambil sapu dan bersiap memukul maling yang bersembunyi di balik tirai.
Anna berjalan mengendap-endap mendekati tirai dengan sapu yang sudah siap sedia ia ayunkan. Setelah jaraknya sudah ia rasa cukup untuk memukul sang maling, Anna langsung mengayunkan sapunya ke tirai itu dan memukul Willy yang kaget mendapati serangan dari Anna.
“Dasar maling gak tahu diri! Ini rumah majikan saya!” Anna terus memukul tanpa tahu siapa yang dipukulnya karena masih berada di balik tirai. Willy berusaha meloloskan diri dari balik tirai tapi tirai malah melilit tubuhnya karena Anna memukul tanpa kenal ampun dan Willy berusaha menghindar tapi malah terjebak di dalamnya.
Suara Anna yang keras itu membangunkan beberapa asisten rumah tangga yang keluar dari kamar dan gegas menghampiri Anna yang sedang memukul Willy dibalik tirai.
“Anna, siapa itu?” tanya asisten rumah tangga Willy.
“Maling!” Jawab Anna sembari terus memukul Willy.
Asisten rumah tangga Willy terkejut dan langsung mendekat. Ketika Anna ingin memukul lagi, Willy berhasil melepaskan diri dari jeratan gorden tempatnya bersembunyi dan Anna serta asisten rumah tangganya terkejut melihat Willy yang ternyata ia pukuli dan ia kira maling. Willy memegang lengannya yang terasa sakit saat tadi Anna memukulnya.
“Pak Willy?’ panggil Anna tak percaya saat membalas tatapan tajam Willy yang seolah ingin memakannya hidup-hidup. Anna merasa dunia sudah berakhir, ia rasa Willy akan memecatnya sebentar lagi.
“Itu pak Willy, Anna! Bukan maling!” bisik asisten rumah tangga Willy pada Anna yang meringis karena perbuatannya barusan yang salah duga. Keringat dingin langsung ia rasakan disekujur tubuhnya, sungguh Anna tak mengira bahwa orang yang ia kira adalah maling ternyata adalah majikannya sendiri.
Ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan?
Ya Tuhan tolong selamatkan aku.
Ya Tuhan, aku mohon tolong lindungi aku.