7
Belum lenyap rasa kaget dan shock di hati Meri dan Shila, suara berisik yang berasal dari ponsel yang disimpan di dalam tas mewah mereka terdengar bersahutan.
Kring.
Kring.
Tolelot.
Suara telephon mendadak ramai di ponsel Meri dan Shila.
Tak butuh waktu lama, ada banyak yang meminta klarifikasi tentang Screenshot percakapannya di Grup WA mereka.
Mas Tarno.
Mbak Yuni.
Teh Lala.
Kang Barna.
Terlihat nama-nama anak mantu Bi Indah dan Mang Wawan yang menelepon.
" Jawab, Shil."
Meri terlihat gemetar, menyodorkan ponselnya yang terus menjerit-jerit minta diangkat. Dia tahu berhadapan dengan siapa, keluarga Bi Indah terkenal solid dan juga bermulut ember. Mereka terkenal keluarga penyuka keributan, membuat masalah dengan mereka, kelar hidup Lo.
"Angkat sendiri lah. Aku gak berani." Shila terlihat pucat pasi. Dia sendiri bergerak cepat dengan matikan ponselnya.
"Aku juga.Sudah, ku matikan saja ponselku." Meri bergidik ngeri, dengan sekuat tenaga mematikan ponselnya.
Tuuut.
"Begini aman," katanya menghela napas, meresapi suasana yang mendadak sunyi.
Haifa tertawa melihat kepanikan Meri dan Shila.
Rupanya gak ada nyali juga, duo kwek-kwek Juliders ini. Beraninya ghibah di belakang layar, dasar pengecut.
Drrt
Drrt.
Kini ponsel Haifa yang tak berhenti bersuara.
"Assalamualaikum."
"Ini Haifa, Ya?"
"Iya aku, Kang."
"Kang Barna?" Desis Meri dan Shila hampir berbarengan.
Terlihat Meri dan Shila langsung sedikit gemetar.
"Kamu yang ngirim Screenshot percakapan Meri dan Shila?" Tak ada basa-basi, anak kedua Mang Wawan- adik Bapak yang paling tua- langsung mengintrogasi. Suara Kang Barna yang berat dan ngebass terdengar jelas karena stelan ponsel sengaja distel loadspeaker oleh Haifa. Profesinya sebagai jaksa membuat suara Kang Barna terdengar di telinga Meri dan Shila hanya beda- beda tipis dengan suara panggilan dari alam ghaib, sangat menyeramkan.
"Iya, Kang." Haifa menjawab pendek tapi jelas. Terlihat sama sekali tidak merasa takut.
"Tanya Meri dan Shila, Apa maksudnya bilang Bapakku Sosis, Heh?"
Haifa hampir melempar ponselnya, bentakan Kang Barna begitu Joss.
"Baik, Kang ini Mbak Meri dan Mbak Shila ada di sini. Bicaralah Kang, langsung pada orang nya."
Apa?
Meri dan Shila melotot, gugup menggeleng tanda ogah bicara dengan Kang Barna.
"Jawab, Mbak."
"Ogah." Meri mundur ke belakang, bersiap kabur.
"Jangan kabur, Meri." Bentakan Kang Barna di ponsel Haifa terdengar jelas.
"Apa maksud kamu bilang, Bapakku kayak kerupuk kesiram air hah? Kamu mau bilang Emak gue, perempuan jahat yang suka menindas Bapak gue?"
"Terus ..." Suara Kang Barna sedikit terjeda, terdengar dia sangat emosi.
"Apa maksud kamu bilang kumis Bapak Segede gedebong pisang? Kalian jangan songong, jangan membuat keluarga kami yang rukun jadi bertengkar."
Wajah Meri pucat pasi.
"Aku sudah sering mendengar desas desus kalau kamu dan Shila sering menggibah Bapak dengan sebutan pria lempess alias gak ada nyali di depan bini, dengar ya. Ibuku wanita Solehah dan Bapak juga sayang dan cinta setengah mati sama Ibu.
Tidak seperti kalian, suami kerja jauh-jauh di negri orang, kalian bukannya banyak wirid dan berdoa biar suami sehat dan selamat malah kerjanya nyari keributan dan foya-foya." Kang Barna berceramah panjang pendek, sampai-sampai menyerempet profesi Mas Raka dan Mas Andri suami Meri dan Shila. Rasain.
"Maafkan, aku Kang...ponselku mungkin di retas."
Tol*lnya Meri ...Haifa terkekeh dalam hati.
Kamu tidak tahu, yang namanya Kang Barna itu selain jaksa yang terkenal berani dan tegas dia juga ahli IT.
Makanya hidup jangan kebanyakan makan mecin, jadinya oon. Haifa garuk jidat, tak habis pikir dengan jalan pikiran ipar suaminya.
"Apa katamu diretas?"
"I-iya...Kang, kalau enggak mana berani Meri dan Shila ngatain Babeh Akang yang bukan-bukan."
"Baik, aku akan kirim orang ahli untuk lakukan digital forensik buat mengetahui kebenaran ucapanmu."
Alamaaaaaak.
Haifa rasanya mau salto tujuh keliling, melihat wajah Meri yang mendadak seperti orang kesamber petir.
"Ma-maaf, Kang...aku..." Meri terdengar gagap, terlihat menahan tangis.
"Aku minta maaf, aku hilaf." Akhirnya Meri minta maaf karena terdesak.
"Baik. Lain kali jaga jarimu, kalau sekali lagi kalian buat keonaran dan menghina keluargaku, aku akan melaporkanmu dengan fasal fitnah dan tindakan tidak menyenangkan. Faham."
"I-iya kang. Fa-faham..."
Tut.
Tanpa basa-basi, Kang Barna mematikan sambungan ponselnya, membiarkan Meri yang terlihat ngos-ngosan dan sesak nafas.
"Sialan kamu, Haifa. Gara-gara ulahmu, hampir aku diterkam Kang Barna. Sejak
kapan kamu jadi gila begini, hah?"
Meri yang yang sudah merasa konek seratus persen langsung mencerca Haifa. Dibantu Shila mereka menyerang Haifa dengan kata-kata kasar.
Bahkan saking emosinya Meri merebut ember yang berisi air untuk menyiram bunga, dan menggugurkannya ke badan Haifa tanpa ampun. Shila pun tak mau ketinggalan, mengambil pot yang berisi tanah dan menumpahkannya di tubuh Haifa.
Dengan bar-bar mereka juga menghancurkan pot-pot bunga di teras rumah Haifa, membuatnya berserakan dengan tanah yang berceceran sehingga mengotori lantai berubin putih di mana mereka berdiri.
Sementara Meri dan Shila seolah berpesta, Haifa diam. Tidak melawan dan juga tidak membalas cacian Meri dan Shila. Sikapnya terlihat sangat Ketakutan dan menderita.
"Rasain perempuan udik. Ayo, lapor suamimu. Dia itu tidak cinta sama kamu, jadi jangan harap dia membelamu." Shila dan Meri menuding hidung Haifa.
"Berani kamu melawan kami yang sosialita dan cantik dari lahir, hah?"
"Dasar kampungan. Sekali lagi aku peringatkan, tetaplah jadi Haifa yang bodoh dan penurut seperti biasa."
"Haha...."
Meri dan Shila terbahak-bahak, apalagi menyadari rumah Haifa sangat lengang.
Astaghfirullah.
Haifa terus berdzikir dalam hati, berusaha tenang dan tidak emosi. Jujur, ingin rasanya balik menjambak dan mencabein mulut duo kuntilanak di depannya.
Tunggu, Haifa.
Sabar....
Tenang ...
Keep calm.
Gak zaman berantem dengan cara kuno dan kampungan.
Haifa cukup cerdas, Sosialita dan pesohor seperti Meri dan Shila sangat membutuhkan citra diri. Sebagai model yang sedang membangun karir, mereka sangat butuh attitude. Hebatnya, Haifa tahu cara menampar mereka dengan senyuman.
Haifa juga tahu cara membuat mereka menangis darah dan kelojotan, tanpa harus menjambak dan mencakar.
Meri dan Shila terus tertawa puas, apalagi melihat tubuh Haifa yang basah kuyup.
"Cabut, Shil."
Tanpa melirik lagi, dengan tak memiliki rasa kasihan dan bersalah sedikitpun Meri dan Shila segera tancap gas, melarikan mobil mewah mereka dengan angkuh .
Haifa mengusap bajunya yang basah kuyup dan kotor. Melambaikan tangan dengan manis ke arah mobil duo Juliders yang dengan percaya diri meninggalkannya.
Dengan sisa wajah ketakutan, Haifa mengantar tatapannya ke arah mobil perempuan yang seperti tidak pernah puas menjadi duri dan menyakitinya di dua tahun pernikahannya dengan Yudha.
Tanpa di duga, sedetik kemudian Haifa terlihat melirik dan tersenyum cerah ke arah kamera tersembunyi di teras rumahnya.
Tunggu pembalasanku, Cantik.
Kupastikan, video bar-bar dan tidak terpuji kalian kuviralkan di media sosial.
***
Tak butuh lama untuk sampai di rumah mewahnya, sebagai istri seorang awak kapal di salah satu kapal pesiar mewah yang gajinya bisa enolnya berderet, Meri memang memiliki hunian yang sangat nyaman dan berkelas. Masih dengan senyum kemenangan mengingat barusaja berhasil menghaja Haifa, Meri langsung merebahkan tubuhnya di sofa empuk.
Seperti biasa sambil bersantai Meri membuka ponsel dan mengecek media sosialnya.
Tiba-tiba Meri terpekik, saat tak sengaja menyaksikan IG, sss dan status WA Haifa berisi Video mereka yang sedang kalap dan mengamuk dan telah berhasil mengundang ratusan like dan komentar yang panas membara.
"Woy bar-bar."
"Istighfar, Lo."
"@Divisi Komnas HAM." Seseakun emak-emak berhijab terlihat mentag Komnas HAM. Nyali Meri menciut.
"Sepertinya Betina ini kerasukan syetan."
"Lawan gue, jabl*y. Jangan beraninya sama perempuan lemah." Akun berpoto profil pria berwajah sangar membuat Meri bergidik ngeri.
"Menyediakan jasa santet online." Balas akun berpoto profil lelaki berbaju hitam, khas orang Pintar. Menyeramkan.
"Sepertinya aku kenal pelaku perempuan di video itu, bukankah mereka salah satu model kopi beracun yang heboh itu?"
Salah seorang Detergent Indonesia sepertinya masih ingat kalau Meri pernah jadi model di salah satu kafe terkenal dengan memegang cangkir berisi kopi Vietnam.
"Selebgram gak ada Ahlak.Gue boikot produk endorse mereka."
"Gue stop endorse Odading sama selebgram satu ini. Gak ada Ahlak." Komentar salah seorang akun produsen jajanan kekinian yang cukup terkenal sekaligus pemakai jasanya, tajam. membuat d**a Meri seolah berhenti berdenyut.
Wajah dan hati Meri terasa panas bukan main, membaca komen dari akun-akun yang geram saat membaca postingan Haifa.
Kurang ajar Haifa.... !!!
Meri mendadak terjengkang, dunianya terasa berputar-putar.