Malam itu Leon menyempatkan diri ke rumah Vanesha untuk pamit. Setidaknya ia perlu menjelaskan kepergiannya ke London untuk sementara waktu. Ia mengetuk pintu yang tertutup. Sambil menyembunyikan hadiah kecil di balik tubuhnya. Tak berselang lama, perempuan itu muncul dengan rambut yang acak-acakan. Sepertinya Vanesha sudah nyaris tidur sebelum Leon datang. Leon tersenyum lebar melihat mata Vanesha yang sayu. “Kupikir siapa...” “Kau tidak senang aku datang?” “Tidak!” Sangkal Vanesha, walau sejujurnya ia sedikit mengharapkan pria itu datang, entah kenapa. Kekonyolan Leon kadang membuatnya terhibur. Tapi ia tidak akan berkata jujur pada ayah dari bayinya itu. Untuk apa? karena nanti Leon akan semakin besar kepala jika tahu diam-diam Vanesha mulai mengharapkan kehadirannya. “Aku puny