"Runa, kamu kembali lagi?" tanya Mega, resepsionis dari kantor penyiaran tempat Runa bekerja.
"Ya, baru saja Pak Didik telepon. Aku langsung on the way ke sini. Aku naik ke atas dulu," jawab Runa dengan ramah.
Runa sebenarnya sudah berada di bandara bersama rekan kameramennya. Dia langsung pergi ke bandara ketika mendapatkan konfirmasi dari pasangan kerjanya. Sayangnya, atasannya menelepon setelah dirinya berada di sana sejam yang lalu. Sepertinya ada sesuatu yang penting.
Melihat, Runa yang terlihat sibuk, Mega hanya mengangguk. Dia tidak lagi mengganggu Runa dan membiarkan wanita muda itu pergi. Memang benar, beberapa orang sejak tadi terlihat sangat sibuk. Terutama orang-orang yang berada di devisi berita. Kecelakaan pesawat yang baru saja terjadi benar-benar membuat banyak orang terkejut.
Karena teknologi yang sudah semakin maju, sudah sangat jarang terjadi kecelakaan pesawat. Terakhir kali terjadi sekitar lima tahun yang lalu. Itu juga tidak sampai menimbulkan korban jiwa seperti sekarang ini.
Kecelakaan saat ini bahkan terlihat sangat fatal. Sampai sekarang, belum ada kepastian di mana posisi pesawat sebenarnya. Hanya beberapa titik yang terduga sebagai posisi jatuhnya pesawat. Runa sudah mendapatkan konfirmasi dari pihak bandara juga. Selain itu, pihak dari keluarga penumpang juga sudah berdatangan. Runa ingin meliput di sana, hanya saja, mungkin pimpinan memiliki tugas tersendiri untuk Runa.
"Hah, apa kita dikasih tugas lain ya, Bel?" tanya Runa.
Saat ini, Runa bersama teman lelakinya berada di dalam lift. Namanya Abel, dia adalah kameramen yang sudah tiga tahun menemani Runa mencari berita. Runa juga merasa nyaman dengannya karena Abel bisa mengerti keinginannya. Tidak harus banyak bicara agar lelaki ini mengerti. Sehingga hanya sedikit waktu yang dibutuhkan untuk briefing di tempat kerja.
"Enggak tahu juga. Jika lokasi pesawat belum ditemukan, mungkin juga akan memakan waktu yang lama. Selain itu, pencarian korban juga biasanya akan berlangsung selama seminggu. Mungkin pihak atasan ingin membuat acara berita tersendiri yang akan secara khusus menyiarkan kecelakaan ini," jawab Abel dengan santai.
Inilah yang Runa suka dari Abel, dia memiliki banyak analisis yang pas. Jika dia tidak mengerti, Abel akan mengatakan yang sesungguhnya. Tidak akan bersikap sok pintar dengan analisis kosong yang mengesalkan.
Karena latar belakang Runa, banyak orang yang bekerja di stasiun televisi ini berusaha untuk mendekatinya. Atasan bersikap menjilat juga banyak. Para teman perempuan juga sering menjilatnya, meski kadang mereka juga membicarakan hal-hal jelek tentangnya di belakang. Dan tidak lupa juga para laki-laki yang mencoba menaklukannya. Berharap mereka akan bisa menaikkan kelas ketika berpacaran dengan Runa.
Lagi pula, siapa yang tidak ingin berpacaran sampai ke jenjang serius dengan Runa? Meski memiliki banyak saudara, harta benda orang tua Runa tidak akan habis meski dibagi kepada lima bersaudara tersebut. Selain itu, dua saudara kembar laki-laki Runa, sudah mengambil jalan mereka sendiri.
Meski berkarir di bidang militer, Saka dan Raka juga memiliki usaha mereka sendiri. Bahkan Sachita, yang baru memasuki tingkat awal sekolah menengah atas, juga sudah memiliki bisnisnya sendiri. Apalagi Runa yang seumuran dengan Saka dan Raka? Selain warisan bagiannya, harta yang Runa kumpulkan seorang diri juga sangat banyak. Menjadi seorang reporter bisa dikatakan adalah pekerjaan yang Runa kerjakan karena kesukaan.
"Jangan melamun. Ayo segera ke sana," ajak Abel. Terlebih karena lift sudah sampai di lantai tujuan mereka.
"Oh, sudah sampai. Ayo!"
Runa dan Abel berjalan menuju ruang rapat yang dikatakan oleh Pak Didik. Namun, sesampainya di sana, Runa dan Abel menemukan bahwa para petinggi di stasiun televisi sudah ada di sini. Memang benar, jatuhnya sebuah pesawat adalah sebuah tragedi. Namun juga kesempatan bagi beberapa orang di berbagai bidang.
Contohnya stasiun televisi tempat Runa bekerja. Dengan adanya kecelakaan ini, akan banyak orang yang menonton berita, menyebabkan ranting acara berita akan naik ke ketinggian yang berbeda. Bahkan mungkin mengalahkan sinetron yang sedang viral sekarang ini. Terutama jika para pencari berita bisa mendapatkan info paling terkini lebih cepat dari stasiun televisi lainnya.
"Runa dan Abel, silahkan duduk dulu," pinta Pak Didik dengan sopan.
Runa dan Abel mengangguk. Mereka duduk di kursi yang sudah disediakan. Abel bisa duduk tanpa melihat ke sekitar, tapi Runa berbeda. Dia menatap sekeliling dengan hati-hati. Dan melihat reporter saingannya berada di sana.
Sebenarnya, Runa tidak merasa reporter perempuan ini adalah saingannya. Mereka bahkan pernah bersahabat saat kecil. Sekarangpun, Runa masih menganggapnya teman. Sayang, perempuan itu mungkin tidak menganggapnya seperti itu. Meski mereka masih bisa mengobrol seperti biasa, Runa merasa bahwa perempuan ini selalu mencoba untuk seperti dirinya.
Ya, perempuan di sana adalah Zahra. Teman masa kecil Runa yang menurut Raka dan Saka cukup menyebalkan. Saat kecil dulu, Runa merasa bahwa Raka dan Saka cukup berlebihan. Namun sekarang, Runa juga merasa bahwa Zahra ini sangat menyebalkan.
Selain merasa sok tahu tentang keluarga Runa, Zahra juga berdandan seperti Runa. Namun dari tingkah lakunya, Zahra seolah-olah ingin mengatakan bahwa semua itu tidak sengaja. Atau sebenarnya ingin mengatakan bahwa Zahra dan Runa memiliki selera yang sama. Karena memang, Runa memiliki selera yang cukup berbeda dari wanita-wanita seumurannya. Meskipun berbeda, Runa tetap terlihat alami. Sedangkan Zahra, bahkan para lelaki bisa menilainya sendiri.
"Oh, selain Zahra, ada juga reporter cowok yang baru," gumam Runa. Namun, Runa tidak ambil pusing tentang ini. Karena sudah mengetahui siapa saja yang hadir dalam rapat, Runa tidak lagi memandang sekeliling. Yang dia lakukan hanya melihat layar ponselnya sambil menunggu rapat dimulai. Ada banyak pesan terutama dari Saka dan Raka. Sepertinya dua orang cowok itu juga ditugaskan untuk membantu evakuasi.
"Ya, seperti yang kalian tahu, pesawat dengan penerbangan tujuan Pontianak baru saja dinyatakan jatuh. Dan lokasi jatuhnya sampai sekarang belum diketahui. Pihak kami berniat untuk terus melaporkan berita dalam breaking news atau saat tayangan berita primer. Jadi, kita perlu kalian pergi tiga tempat terpenting.
Yang pertama pasti bandara untuk mencari informasi. Selain bandara, adalah posko di mana para keluarga penumpang bisa mendapatkan informasi lebih. Posko ini juga tempat untuk mengumpulkan barang yang berhasil ditemukan nanti. Yang ketiga, kami juga ingin menyewa salah satu perahu nelayan yang membantu dalam pencarian. Sehingga salah satu dari kalian bisa ikut meliput dalam pencarian ini," jelas Pak Didik. Selama Pak Didik berbicara, tidak ada satupun dari orang-orang di ruang rapat membuka suara. Mereka semua menunggu hingga Pak Didik selesai dengan pengumumannya.
"Dari hasil rapat para petinggi, Ganang dan Hanif akan bertugas di bandara. Ini adalah tugas penting pertama kalian setelah bergabung dengan devisi berita kita. Kalian bisa bertanya kepada Runa dan Abel tentang apa saja yang harus dilakukan. Karena Runa dan Abel baru saja kembali dari sana," ucap Pak Didik. Dia lalu membalik kertas buku yang berada di meja. Sepertinya semua hal yang akan diucapkannya tercatat di sana.
"Lalu untuk yang ikut kapal nelayan, kita memilih orang yang paling fleksibel. Dan kita sudah memutuskan bahwa—"
"Biarkan saya dan Juna yang meliput pencarian, Pak," ucap Zahra dengan tiba-tiba. Bahkan para petinggi juga kaget karena Zahra membuka mulutnya dengan tiba-tiba. Pak Didik bahkan hampir memelototinya karena amarah.
"Sayangnya, keputusan kami sudah bulat. Tolong jangan lagi memotong pembicaraan. Tanpa kamu minta, kami akan memberikan tugas untuk kamu juga. Namun, ini bukan hal yang bisa kamu interupsi seperti ini," ucap Pak Didik. Nada suaranya yang dingin dan tegas memberitahu semua orang bahwa dia marah.
"Tapi Bapak harus memberikan yang lain kesempatan juga. Bukan karena ingin menjilat keluarga Runa, lalu selalu memberikan tugas penting kepada Runa. Ini benar-benar tidak adil bagi yang lain. Kami juga ingin bersinar, tapi sama sekali tidak ada kesempatan. Benar-benar tidak ada keadilan," ucap Zahra lagi. Bahkan Runa sendiri hanya bisa melongo mendengar Zahra sekali lagi mencoba untuk mendorongnya.
"Mungkin Pak Didik bisa membuat kami rolling setiap beberapa hari sekali. Lagi pula, jika ingin bersinar, kita tidak perlu untuk menunjuk ke tempat yang lebih tinggi. Posko ini juga tempat yang penting, terlebih lagi akan sering berhubungan dengan para keluarga korban dan juga aparat yang berwenang. Entah dari Basarnas, TNI, Polri atau bahkan relawan," ucap Runa dengan santai.
Melihat Pak Didik siap berdebat dengan Zahra, Runa tahu bahwa hal ini tidak akan selesai dengan cepat. Dan hanya bisa memotong perdebatan mereka agar semuanya diputuskan dengan cepat. Lagi pula, bukan hanya stasiun televisi mereka yang akan meliput kecelakaan pesawat ini. Jadi, mereka harus cepat agar tidak kehilangan start dari yang lain.
"Apa yang dikatakan Runa benar adanya. Jika memang sudah memiliki bakat, tidak harus merasa takut ketika harus ditempatkan di tempat yang tidak penting. Usul ini juga bisa diterima. Aku akan membuat jadwal rolling untuk besok. Hari ini, karena Zahra ingin membuka, biarkan Zahra di tim pencarian. Runa tetap di posko sambil membimbing Ganang dan Hanif," putus Pak Didik.
Zahra menatap ke arah Pak Didik dengan tidak percaya. Lalu mengalihkan pandangan ke arah Runa dengan benci. Meski dia mendapatkan job penting, tapi mereka semua juga akan merasakannya. Namun, Pak Didik tidak meminta Zahra untuk memberikan bimbingan kepada reporter dan kameramen baru. Di sini sudah bisa terlihat jika Pak Didik menganggap remeh dirinya.
Melihat Runa yang biasa saja, Zahra lebih merasa marah. Dia merasa bahwa Runa mempermalukannya. Benar-benar tidak menganggap Zahra sebagai saingannya. Hal ini sering terjadi selama mereka bersama-sama bekerja di stasiun televisi ini.
Zahra mengira bahwa Runa dan dirinya adalah saingan. Namun, semakin ke sini, Zahra merasa bahwa Runa bahkan tidak menganggapnya ada. Kali ini, Runa juga melakukan hal yang sama. Yang mana membuat Zahra memandang ke arah Runa dengan penuh amarah.
"Aku kalah dari kamu hanya karena latar belakangmu yang tinggi. Jika kita memulai dari posisi yang sama, kamu bahkan tidak akan bisa mengalahkanku," gumam Zahra.
Meski pelan, ada orang lain yang mendengar gumaman Zahra. Siapa lagi kalau bukan Juna, pasangan kameramen Zahra? Juna sendiri menatap Zahra dengan jijik. Lalu mengalihkan pandangan kepada Runa dengan sedikit obsesi. Tidak, bukan hanya sedikit, hanya saja, Juna yang menahan agar tidak terlalu ketara. Bahkan bukan rahasia umum di kantor jika Juna mengejar Runa sejak pertama kali perempuan itu menjadi karyawan baru. Juna bahkan bersikap sebagai senior yang walas asih. Hanya saja, Runa sama sekali tidak mempedulikannya.