Aku masih mencium bibir Angga dengan penuh nafsu. Rasa rindu dan cinta yang membara untuk Angga membuatku tak bisa berhenti melepas pelukan dan ciumanku untuk Angga. Angga terus membelai punggungku dengan erotis membuatku mendesah nikmat. Ciuman Angga turun menelusuri setiap inci leher dan tengkukku, kali ini bintik-bintik kecil merinding kenikmatan membuatku meluncurkan desahan yang lebih keras. Jemarinya meraih gundukan kenikmatan milikku membuatku terkapar dan membiarkan Angga agar lebih mudah menjelajahi setiap inci tubuhku yang merindukan cumbuan darinya.
"Nay .. Bangun !" Kayla membangunkan tidurku.
"Kay ....." Mataku membuka mata pelan melihat Kayla yang merebahkan dirinya di ranjangku. Aku melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Baru pulang ?" Tanyaku sambil membenarkan posisiku menjadi miring menghadap ke arah Kayla.
"Iya Nay, tadi habis keluar sama Abdi dulu." Jawab Kayla.
"Oh.. " Aku kembali merebahkan tubuhku.
Memejamkan mata adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk memendam keingintahuanku tentang Angga. Aku harus menutup semua tentang Angga. Aku tidak bisa untuk terus-terusan mengingat Angga dan ingin tau tentang Angga.
"Angga udah bisa lihat Nay." Kata Kayla.
"Syukurlah." Jawabku singkat.
"Kamu gak pengen tau tentang kabar dan kondisi Angga ?"
"Enggak." Jawabku bohong.
"Kenapa ?"
"Tugasku udah selesai Kay, dia udah bisa melihat berarti kan segalanya sudah berjalan lancar, sudah kembali seperti semula."
"Tapi dia kaya curiga sesuatu gitu sama aku."
Aku melihat ke arah Kayla. Kali ini aku penasaran sekali tentang Angga.
"Gimana emang ?" Tanyaku.
#KAYLA POV#
Aku berdiri mendampingi dokter mata melepas perban yang menutup mata Angga. Jujur saja aku tidak siap jika harus menjadi Kanaya. Aku dan Naya memang saudara tapi kami jelas jauh berbeda. Aku bahkan tidak tau apa saja yang Naya lakukan selama ini pada Angga. Aku dan Naya memiliki kepribadian yang berbeda, aku yang ekstrovert dan Naya yang introvert. Perban sudah selesai di lepas, aku melihat Erlangga pelan membuka matanya menatap sekeliling. Dia melihat asisten rumah tangganya, orang tuanya, dan terakhir aku. Aku melirik ke depan pintu kamar Angga tempat dimana Naya berdiri menyaksikan Angga bisa melihat dunia. Aku jadi gak enak sama Naya, dia yang selama ini merawat Angga tapi aku lah yang terlihat oleh Angga.
"Kamu Kayla ?" Tanya Angga.
"I--Iya ." Jawabku.
"Kay, aku sudah bisa melihat Kay. Akhirnya aku tau kamu, bisa melihat kamu." Kata Angga dengan mata berbinar.
Aku tersenyum kecut di depan Angga. Kulirik sebentar ke arah asisten rumah tangga Angga mereka berdua saling pandang sebentar lalu melihat ke arahku. Mereka tau semuanya. Naya sudah bercerita ke aku, dan aku jadi tak enak hati. Aku hanya berharap semoga setelah ini Angga tidak lagi mencariku.
*********
Aku menghampiri Angga sebelum pulang. Aku melihat dia menyentuh bunga lili di nakas. Aku tau itu bunga pemberian Naya. Naya selalu menceritakan padaku agar aku selalu mengganti bunga lili setiap hari agar Angga tidak curiga .
"Angga ...." Panggilku.
"Hai Kay ... " Sapa Angga dengan senyumnya yang menawan.
"Aku mau pulang dulu. Kalau ada apa-apa kamu bisa panggil perawat disini ya ?"
"Kay .... " Angga meraih tanganku.
Angga melihat tanganku yang dia sentuh. Dia diam sejenak melihat genggaman tangannya pada tanganku. Lalu pandangannya naik ke atas, mata kami bertemu. Mata elang milik Angga yang sangat indah bagi seorang laki-laki.
"Iya ?"
"Kamu benar Kayla kan ?" Tanya Angga.
"Hah ?"
"Kamu benar Kayla yang selama ini merawatku kan ?"
Aku merasa gugup mendengar pertanyaan Angga. Aku menarik tanganku dari genggaman Angga.
"Iya aku Kayla. Siapa lagi memang ? Hanya ada satu coas yang bernama Kayla di rumah sakit ini. Kalau kamu gak percaya kamu bisa tanyakan ke semua dokter dan perawat disini Angga."
"Aku percaya kok. Maaf ya aku membuatmu tersinggung.
"Oh tidak kok, aku ga pa-pa . Yaudah aku mau pulang dulu ya ?"
"Kamu gak menungguku disini ?"
"Oh .. Maaf Angga aku hari ini ada urusan, jadi aku tidak bisa menemanimu. Oh iya karena kamu sudah bisa melihat kukira aku tidak bisa tinggal bersamamu lagi. Aku akan pulang ke rumahku sendiri. Jika ada apa-apa kamu bisa menghubungiku."
"Baiklah. Terima kasih Kay."
"Sama-sama, aku pergi dulu ya ?"
######
(Back to Kanaya POV)
Aku mendengarkan cerita Kayla dengan seksama soal Angga. Apa mungkin ada yang mencurigakan dari Kayla sehingga Angga bertanya seperti itu pada Kayla.
"Kamu yakin kan dia belum pernah lihat kamu sebelum dia buta ?" Tanya Kayla.
"Iya Kay. Aku bawa dia ke rumah sakit sampai sekarang tuh dia belum pernah lihat aku."
"Mungkin dia masih gak percaya kali ya karena akhirnya setelah sekian lama dia bisa lihat aku."
"Bisa jadi Kay."
"Yaudah sih. Ngantuk. Aku tidur dulu, mau persiapan buat besok. Aku besok cuti Nay. Mau persiapan buat besok acara tunangan aku." Kata Kayla sambil beranjak.
"Kay tunggu !" Aku meraih tangan Kayla.
"Kenapa Nay ?"
Aku memeluk Kayla. Rasanya ingin aku mengatakan tentang apa yang aku lihat beberapa kali soal Abdi dan Siska. Tapi entah kenapa aku tidak bisa melakukan itu. Kayla sangat mencintai Abdi, aku takut jika aku jujur maka Kayla akan terluka.
"Kenapa Nay ?" Tanya Kayla sambil mengusap punggungku.
"Kamu serius mau tunangan sama Abdi ?" Tanyaku.
"Kamu kan tau aku sama Abdi udah lama pacaran, banyak rencana masa depan yang menanti kami. Aku tau gimana rasanya jadi kamu. Pasti kamu khawatir kan ? Tenang aja, aku sama Abdi aman. Kita masih tetep terus bersama walau aku menikah nanti." Kata Kayla lagi. Kali ini dia llebih erat memelukku.
"Kay, aku tadi ..... "
"Kamu ketemu Abdi kan ? Pas dia lagi sama Siska ?" Tanya Kayla.
"Kamu tau ?" Tanyaku keheranan sambil melepas pelukan Kayla.
"Abdi udah cerita sama aku tadi. Dia bilang kamu marah-marah dan nuduh dia selingkuh. Padahal dia lagi pergi sama Siska. Siska itu sepupunya dan aku kenal."
Aku menggigit bibir bawahku. Abdi selangkah lebih cepat dibandingkan aku lagi. Bisa-bisanya dia mengarang cerita seolah-olah aku yang salah. Padahal aku tau kalau Siska tidak mungkin sepupu Abdi. Mana ada sepupu yang semesra itu ?
"Makasih kamu selalu perduli sama aku Nay. Tapi kamu harus tau satu hal, percayalah Abdi gak mungkin menghianati aku."
Kayla memelukku lagi sebelum dia pergi meninggalkan kamarku dan masuk ke kamarnya sendiri. Aku menarik nafas panjang dan membuangnya kasar. Fikiranku kemana-mana tentang Kayla, Abdi, dan Angga.