Peluh membasahi dahi Angga ketika dia menggerakkan tubuhnya, memompa kejantannya di dalam kewanitaanku. Sesekali desahan itu lolos begitu saja dari mulut Angga ketika dia merasakan kewanitaanku yang masih sangat sempit ini. Butuh waktu lama Angga bisa menerobos lubang kewanitaan milikku yang selama 20 taun ini kujaga sepenuh hati. Aku tidak tau bagaimana aku bisa melepasnya begitu saja kepada Angga setelah selama ini aku menjaganya. Tak jarang akupun melenguh sakit saat kejantanan Angga berusaha untuk terus menerobosnya.
"Sakit Angga ..." Ucapku saat Angga mulai melakukan penetrasi kepadaku.
Angga menghentikan gerakannya, dia kembali meraup bibirku dengan lembutnya hingga membuat tubuhku merasa tenang dan melupakan sejenak rasa perih pada pangkal pahaku. Angga meremas buat dadaku dan kemudian menyurukkan hidungnya pada leherku yang membuatku memekik tertahan karena dibawah sana dia kembali mencoba untuk menerobos lubang kewanitaanku. Angga bermain sungguh sangat lembut hingga akupun tidak merasakan sakit lagi saat dia mulai memompa kejantannya di bawah sana .
"Ah ..... " Desahan tak tertahan keluar dari bibirku. Lembut tapi kuat Angga memompa di dalam sana.
Semua berawal dari Angga yang melepas handuk yang menutup rambutku yang basah, selanjutnya dia memasukkan tangannya ke tengkuh leherku, mendekatkan wajahnya padaku dan meraup bibirku dengan ciuman bibirnya. Kukalungkan tanganku pada lehernya membuat Angga merebahkan diriku di ranjang, dia masih terus mencium bibirku, saliva kami saling bertukar, tangan Angga memasuki kimono yang aku pakai.
"Angga jangan ... Aku ...." Aku melarang Angga untuk berbuat lebih padaku.
Jika boleh jujur aku merasakan darahku mengalir begitu cepat ketika Angga menyentuh payudaraku dan memainkan putingku, ini adalah pengalaman pertama untukku, jika biasanya aku hanya menulisnya lewat imajinasi menjadi sebuah n****+ dewasa yang diminati banyak orang terutama yang sudah berumah tangga, maka kini aku bisa merasakan sendiri bagaimana rasanya bibirku dicium dan bagaimana tubuhku dicumbu oleh seorang laki-laki, kini aku bisa tau bagaimana rasanya tubuhku melayang dan terlena oleh hembusan nafas dan belaian mesra, namun aku belum berani untuk melakukan yang lebih. Aku masih terlalu takut untuk melepas kesucianku.
Angga melihat mataku, dia tersenyum melihatku melarangnya untuk melakukan hal yang lebih. Dia mengusap pipiku dengan lembut lalu mencium keningku dan membenarkan kimonoku yang sempat dia buka.
"Istirahatlah, aku tunggu di luar ya. Cepatlah sembuh." Ucap Angga sambil mencium keningku.
Angga ini seorang yang penyayang meskipun sifat possesif dia sangat tinggi. Dia juga selalu memberikan perhatian padaku sekecil apapun itu. Akupun memilih untuk tidur karena pengaruh obat yang kuminum membuatku sangat mengantuk .
Aku bangun tidur jam sepuluh malam. Aku baru tersadar jika aku tak membawa baju ganti, sedangkan baju yang kukenakan tadi tentu masih basah kuyup. Semakin malam hawa dingin semakin menembus ke tulang. Kubuka lemari yang ada di dalam kamar. Aku tidak mungkin kemana-mana memakai kimono seperti ini. Aku menemukan beberapa kemeja milik Angga. Aku memilih mengambil satu kemeja yang berwarna hitam. Aku memakainya dan panjangnya sepahaku. Setelah menyisir rambut aku keluar untuk mencari dimana keberadaan Angga. Aku menghirup udara rokok, aku yakin pasti ini Angga yang merokok. Aku mengikuti darimana asap rokok itu berasal, ternyata dari balkon tempat kami tadi sore melukis. Aku berjalan pelan karena tidak ingin mengganggu Angga, Dia fokus pada kanvas di depannya, sepertinya dia sedang melukis. Semakin mendekat aku bisa melihat dari jika ternyata Angga melukis diriku lagi. Lukisan yang dia buat sangat indah, bahkan terlihat lebih cantik daripada diriku sendiri.
"Kamu sudah bangun ?" Tanya Angga.
"Kamu melukisku lagi ?" Tanyaku penuu kekaguman dengan mata tidka berkedip.
"Aku selalu ingin menggambar apapun tentangmu. Bahkan aku ingin meletakkannya di setiap tempat aku berpijak agar kamu tau betapa aku sungguh menyukaimu."
"Angga, aku bukan perempuan yang baik untukmu." Kataku.
"Jika kamu tidak baik, aku tidak akan mungkin selalu mencarimu."
"Tapi aku tidak cantik."
"Aku bosan dengan wanita cantik. Daridulu aku selalu memacari wanita cantik, jadi sekarang aku ingin yang jelek saja sepertimu." Kata Angga sambil mencubit hidungmu.
Wajahku memerah karena diperlakukan Angga seperti itu, beginilah rasanya jatuh cinta, indahnya seperti bunga mawar yang sedang merekah.
"Dengarkan aku Kanaya!" Angga menarik tubuhku untuk berada diantara ke dua kakinya.
"Kamu itu cantik, hanya saja kecantikanmu tertutup oleh rasa tidak percaya diri kamu. Kamu bisa dan kamu mampu dalam segala hal, hanya saja tidak ada yang mendukungmu untuk lebih berkembang, untuk itulah kamu selalu merasa insecure." Lanjutnya sambil memegang pinggangku.
"Kamu sudah sembuh ?" Tanyaa dia lagi.
"Aku sudah lebih baik dari tadi sore Angga."
"Mau makan malam bersama ?"
"Mau ...."
"Tunggu !"
"Kenapa ?"
Angga melihatku dari atas sampai bawah. Aku yang dilihat Angga jadi merasa malu. Apalagi aku sedang tidak memakai bra. Mungkinkah terlihat p****g payudaraku meski aku memakai kemeja warna hitam ? Spontan aku menyilangkan kedua tanganku menutup dadaku. Angga yang melihatku langsung tertawa terbahak-bahak dan mengacak-acak rambutku.
"Aku tidak akan berbuat kotor padamu Kanaya, berhentilah bertindak konyol seperti itu. Kamu sangat menggemaskanku jika begitu." Kata Angga sambil mengangkat tubuhku dan menggendongnya.
"Eh Angga turunin aku, jangan begini Angga, eh eh eh .... "
Angga membaringkan aku di sofa. Mata kami bertemu. Lagi Angga meraup bibirku dan melumatnya. Nafasku terengah-engah menerima serangan yang membabi buta dari Angga, bibirku sampai terasa sedikit kebas karena Angga menggigit bibirku. Anehnya akupun tidak merasa sakit sama sekali justru malah merasa menikmatinya.
"Tetaplah disini, aku akan memasak untukmu." Kata Angga sambil meninggalkanku menuju ke dapur.
Aku memilih melihat televisi sambil menunggu Angga memasak di dapur, aku tidak tau apa yang dia masak karena dia melarangku untuk ke dapur membantunya. Aku tersenyum karena satu lagi aku tau tentang sisi lain dari Angga. Pria possesif seperti Angga ternyata bisa melukis dan memasak.
"Sudah siap... Ayo makan malam bersama. Suka mie rebus kan ?" Tanya Angga yang ternyata membawa dua mangkuk mie rebus.
"Kok enak ?" Tanyaku setelah mencicipi mie rebus buatan Angga yang menurutku rasanya berbeda dari mie rebus pada umumnya.
"Chef Angga yang masak. Ayo dimakan dulu sebelum dingin."
Kami berdua memakan mie rebus bersama sambil melihat acara televisi, tunggu lebih tepatnya televisi yang melihat kami berdua. Makan satu mangkok saja sampai dua jam karena kami makan sambil bercerita dan bercanda berdua.
"Kamu sering kesini ?" Tanyaku.
"Dibilang sering sih enggak, tapi kalau dibilang jarang ya enggak. Karena kan ini villanya di sewakan ya jadi gak bisa juga setiap waktu harus kesini."
"Pasti dengan pacar-pacar kamu dulu ya ?"
Angga tak langsung menjawab pertanyaanku. Dia menatap wajahku dulu sebentar lalu tersenyum.
"Lebih tepatnya mantan. Karena pacarku sekarang kamu." Kata Angga lagi sambil mengacak rambutku lagi.
Aku tersenyum melihat perlakuan Angga padaku yang menurutku sangat memanjakanku. Mungkin karena usia kami juga terpaut banyak.
"Kalau Kayla ?" Tanyaku tiba-tiba karena aku sungguh ingin tau tentang hubungan dia dengan Kayla.
Kali ini Angga melihat wajahku tanpa senyum. Dia menatap wajahku dengan tegas membuatku merasa bersalah jika aku salah bicara.