Aku memilih untuk meninggalkan rumah sakit. Kutitipkan Angga pada mbok Nah dan Pak Muh. Aku harus belajar untuk menjauh dari Angga mulai dari sekarang. Aku tidak mau jika terlalu larut dalam perasaan dan akhirnya menyusahkan diriku sendiri.
Di terik panas matahari aku menyusuri jalan sepanjang Kraton Kasunanan Surakarta. Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Surakarta adalah resmi yang terletak di . Keraton ini didirikan oleh Sri sekitar tahun - sebagai pengganti yang porak-poranda akibat pada tahun . Arsitektur dan tata letak bangunan Keraton Surakarta mempunyai kemiripan dengan yang dibangun sesudahnya, dan merupakan istana dari . Secara tradisional, diteruskan oleh dua kerajaan, yakni dan . Total luas wilayah keseluruhan Keraton Surakarta mencapai 157 hektar, yakni meliputi seluruh area di dalam , Alun-Alun Lor, Alun-Alun Kidul, Gapura Gladag, dan kompleks . Sementara, luas kawasan inti keraton mencapai 15 hektar.
Kraton Surakarta ini sangat ramai pengunjung. Sebagian kompleks keraton terbuka untuk masyarakat umum, dan di dalamnya terdapat pula yang menyimpan berbagai koleksi milik kesunanan, seperti benda-benda pemberian atau hadiah dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan . Dari segi bangunannya, Keraton Surakarta merupakan salah satu contoh arsitektur yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Aku memotret beberapa bagian yang menurutku cukup menarik perhatianku. Mungkin ini waktunya aku kembali ke aktifitasku yang dulu sempat terhenti akibat aku mengurus Angga. Lagi, mata kameraku menangkap seseorang yang aku kenal, masih dengan perempuan yang sama seperti sebelumnya yang pernah kulihat. Aku berjalan perlahan mendatanginya, kali ini aku semakin yakin jika hubungan mereka bukan hanya sebatas rekan kerja, tapi lebih dari itu.
"Abdi !" Panggilku kepada Abdi dengan nada yang sedikit meninggi.
Abdi melolot melihat kehadiranku. Jemari tangannya yang dari tadi membelai rambut perempuan yang kini aku yakin dia itu siapa, ya dia adalah Siska. Sekertaris pribadi Angga yang telah melakukan korupsi bersama dengan Maheka. Pantas aku merasa tidak asing dengan Siska saat pertama kami bertemu kemarin di kantor Angga, ternyata dia adalah Selingkuhan Abdi.
"Naya ?" Ucap Abdi saat melihatku. Tidak lupa dia melepas tangannya dari Siska dan duduk menjauh dari Siska.
"Bener kan dugaanku selama ini ? Kamu selingkuh kan dari Kayla ?" Tanyaku dengan penuh emosi.
"Nay ini gak seperti yang kamu lihat Nay, aku gak ada hubungan apa-apa sama Siska. Kita berdua cuma sebatas rekan kerja."
"Rekan kerja ? Jangan kamu kira aku bodoh Abdi ! Ini bukan kali pertama aku melihat kalian berdua bermesraan. Dan aku tau ya Abdi kalau Siska ini bukan teman kerja kamu !" Kataku sambil menunjuk Siska.
Siska melotot melihat ke arahku. Mungkin dia sendiri juga lupa denganku karena kita bertemu juga baru sekali.
"Apa maksud kamu ? Dia ini teman kerjaku, dia ini ..."
"Sejak kapan mantan sekertaris pribadi Erlangga pemilik showroom yang sudah melakukan korupsi di kantornya bekerja di tempat kamu ?" Tanyaku.
Siska yang sedari tadi duduk dan melotot melihatku sekarang dia beranjak berdiri menghampiriku dan menatapku penuh dengan emosi.
"Kamu ?"
"Iya kenapa ? Kamu sudah ingat siapa aku ? Aku adalah orang yang membaca laporan keuangan yang sudah kamu palsukan dan kamu korupsi uang kantor sebanyak seratus lima puluh juta bersama dengan Maheka!" Kataku.
"Sayang aku pergi !" Kata Siska sambil mengambil tas dan berpamitan dengan Abdi.
"Siska !" Abdi hendak beranjak mengejar Siska tapi aku menarik dan mencegahnya untuk tetap berada di depanku.
"Sayang ? Dia bilang sayang lho Di, kamu selingkuh kan sama dia ? Jawab Abdi ! Apa kurangnya Kayla buat kamu ? Hah ?"
"Nay aku bisa jelasin Nay. Plis tolong jangan kamu kasih tahu Kayla."
"Kalian minggu depan sudah bertunangan, bahkan Kayla sudah meminjamkanmu uang juga dalam jumlah besar untuk kamu, yang katanya kamu gunakan untuk membangun usaha buat pernikahan kalian, tapi apa yang kamu lakukan ? Tega kamu Abdi sama Kayla!"
"Kita bisa bicara baik-baik Nay. Kasih aku kesempatan buat cerita ke kamu kenapa aku melakukan ini ke kamu."
******
Aku berlari menyusuri lorong rumah sakit. Tanganku menggenggam dua tangkai lili putih yang tadi kubeli sesaat setelah mbok Nah menghubungiku dan memberi kabar jika Angga sudah sadar dan mencariku. Aku ingin menolak untuk datang kembali ke rumah sakit. Tapi hati kecilku mengatakan untuk tetap datang, setidaknya aku ingin tau bagaimana keadaan dan kabar dari Angga sekarang.
"Angga .... " Aku memasuki ruangan.
Mbok Nah dan Pak Muh melihatku melangkah ke arah Angga. Aku mengganti bunga lili yang berada di vas bunga lebih dahulu sebelum mendekat ke arah Angga.
"Kamu kemana saja Kay ? Kenapa kamu tidak ada disampingku ?" Tanya Angga.
"Aku ...... "
"Aku tadi meminta mbok Nah untuk mencarimu, tapi katanya kamu tidak ada di rumah sakit."
Aku sedikit terperanjat mengetahui mbok Nah mencariku di rumah sakit. Apakah aku harus jujur pada mbok Nah dan pak Muh tentang siapa aku dan Kayla?
"Tadi aku sedang keluar sebentar Angga. Aku membeli bunga lili, karena kebetulan aku melihat bunga di vas bunga kamu sudah mulai layu. Aku pikir pas kamu bangun aku pengen kamu merasakan udara segar di ruangan ini." Aku berbohong.
"Kay aku sebentar lagi bisa melihat. Kamu tau sendiri kan siapa orang yang pertama ingin aku lihat ? Orang itu adalah kamu. Jadi kamu jangan terlalu lama meninggalkanku."
"Iya. Aku akan disini. Sampai nanti saat kamu bisa kembali melihat dunia. Sekarang kamu istirahat lagi. Kamu harus segera pulih ya Angga agar perban kamu juga bisa cepat di buka."
"Iya Kay."
Aku membantu Angga untuk berbaring. Setelahnya aku mengajak pak Muh dan mbok Nah keluar ruangan.
"Pak Muh mbok Nah ada yang ingin saya bicarakan." Kataku.
Aku mengajak pak Muh dan mbok Nah ke kantin rumah sakit. Sebelum memulai percakapan aku memwhatsapp Kayla terlebih dahulu agar dia segera menyusulku ke kantin.
"Pak Muh mbok Nah, sebelumnya saya mau meminta maaf yang sebesar-besarnya ya sama pak Muh dan mbok Nah." Kataku.
Pak Muh dan Mbok Nah saling bertatapan. Mereka berdua terlihat bingung dengan perkataanku.
"Ada apa mbak Kayla ?"
Aku menarik nafas panjang. Rasanya terlalu berat mengatakan hal ini.
"Terima kasih untuk kebaikan mbok Nah dan Pak Muh selama ini selama saya tinggal di rumah Angga. " Lanjutku.
"Sek sek mbak Kayla, ini ada apa to ? Kami berdua tidak mengerti dengan maksud mbak Kayla. "
"Saya ..... Saya ...... "
Aku menatap kedua wajah sepuh yang nampak sangat lelah itu. Mereka berdua orang kepercayaan Angga, mereka berdua seperti orang tua kandung Angga sendiri, aku tidak bisa membayangkan setelah ini mereka pasti membenciku karena aku sudah berbohong.
"Saya bukan dokter Kayla pak mbok."