Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Disini banyak cerita yang pernah aku lalui. Dari awal mengenal Angga hingga aku harus kembali berpisah dengan Angga. Aku menggenggam bunga lily putih dalam pelukanku. Aku berhenti sejenak begitu sampai di depan kamar rawat Angga. Aku takut jika Angga nanti curiga kepadaku. Aku mundur satu langkah kebelakang. Aku terlalu takut untuk tetap membuka pintu kamar Angga demi egoku. Semua sudah berakhir Nay, jangan merusak apa yang sudah menjadi rencana kamu. Aku memilih untuk duduk di kursi di depan kamar Angga sambil menunggu bila kemungkinan Angga keluar kamar.
"Mbak Kay ? Eh ... Mbak Naya ?" Sapa mbok Nah yang berdiri di depanku.
"Mbok Nah .... " Aku berdiri dan tersenyum melihat kehadiran mbok Nah.
"Mbak Nay mau ketemu den Angga ?" Tanya mbok Nah sambil duduk di sampingku.
"Enggak mbok. Naya tidak punya keberanian untuk itu." Jawabku.
Hening. Suasana tiba-tiba menjadi canggung. Baik aku dan mbok Nah sama-sama terdiam. Hanya terdengar beberapa langkah kaki para cleaning service yang membersihkan lantai.
Klek . Pintu kamar Angga terbuka.
"Mbok Nah ?" Suara Angga memanggil mbok Nah membuat kami berdua menengok ke arah Angga yang sudah berdiri di depan pintu dengan membawa tiang infus.
"Mas Angga ?" Mbok Nah menghampiri Angga.
Aku memutar dudukku membelakangi Angga, aku tidak ingin Angga melihatku.
"Mas Angga mau kemana ?" Tanya mbok Nah.
"Aku mau jalan-jalan mbok, bosen di kamar. Aku mau melihat sekeliling mbok."
"Ayo mas Angga mbok temani."
"Gak usah mbok, cuma di sekitar sini saja kok. Mbok gak usah kawatir. Dia siapa mbok ?"
Meskipun aku tidak melihat, tapi aku yakin jika Angga pasti bertanya tentangku.
"Oh itu mbok juga gak kenal Mas." Jawab mbok Nah.
Aku membuang nafas lega karena mbok Nah menjawab bahwa dia tidak mengenalku.
"Tadi cuma sedang duduk sendirian trus mbok deketin saja mas." Lanjut mbok Nah.
"Oh yasudah. Aku jalan dulu mbok." Angga berjalan pelan melewatiku.
"Mbok Nah terimakasih ya sudah membantuku berbohong pada Angga."
"Jika sesuatu dari awal di selimuti dengan kebohongan maka selanjutnya pasti akan ada banyak kebohongan mbak Naya." Kata mbok Nah.
"Maafkan aku mbok Nah. Aku tau aku salah." Kataku sambil menunduk.
"Silahkan masuk mbak Nay, mumpung mas Angga pergi. Biar mbok Nah menjaga di luar."
"Naya hanya ingin mengganti bunga lily dikamar Angga mbok, setelah itu Naya pergi."
Mbok Nah mengangguk dan mempersilahkan aku memasuki kamar Angga. Aku memasuki kamar Angga dan mengganti bunga lily di kamar Angga dengan yang baru. Aku mengusap bantal Angga sebelum keluar meninggalkan kamar Angga.
"Mbok Nah, terima kasih atas bantuannya." Kataku begitu keluar dari kamar Angga.
"Sudah selesai mbak Nay ?"
"Sudah mbok. Aku mau langsung pergi saja mbok."
"Iya mbak Nay hati-hati mbak."
Aku mengangguk dan tersenyum sebelum meninggalkan mbok Nah. Aku kembali menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan hampa. Angga sudah kembali menjadi manusia sempurna di mataku. Aku tidak bisa lagi sedekat ini karena itu hanya akan membuatku semakin susah melupakan Angga.
Langkahku seketika melambat ketika aku melihat Angga berjalan ke arahku. Matanya begitu sempurna, mata elang yang tajam itu menatap netraku tanpa kedip menyihirku untuk berhenti melangkah. Tangan kanannya masih terinfus dan dia memegang tiang infusnya sambil terus melangkah mendekat dan semakin mendekat. Dia tersenyum padaku. Angga melihatku dan tersenyum sambil melewatiku.
"Kamu ... " Suara itu menghentikan langkahku. Aku masih berdiri terpaku membelakangi Angga.
"Hey." Angga menyentuh bahuku. Aku yang kaget karena melamun tidak sengaja menendang ember cleaning service dan hampir saja terjatuh jika Angga tidak menarik tanganku dan dia menyentuh bagian pinggulku.
"Maaf." Aku spontan mendorong Angga menjauh.
"Maaf buk pak saya tidak sengaja." Kata cleaning service itu dengan wajah memelas.
"Oh saya yang salah. Maaf ya mas." Kataku. Sesaat kemudian dia berlalu.
Netra kami kembali bertemu. Angga masih melihatku. Aku segera melangkah pergi. Aku merasa gugup dan takut sekali ketika berpapasan dengan Angga seperti ini.
"Hey !" Angga berteriak memanggilku. Tapi aku tidak perduli dan aku terus berjalan menjauh dari Angga.
****
Aku berdiri di dapur menunggu air panas untuk membuat kopi kesukaan Angga. Angga sangat menyukai kopi s**u dan sandwich buatanku untuk sarapan pagi. Aku melihat ke arah Angga yang masih berdiri di depan balkon sambil menerima telepon dari sekertaris pribadinya. Dia tampak begitu gagah di depan mataku meski hanya menggunakan celana kolor dan bertelanjang d**a. Aku tersenyum geli mengingat pertarungan sengit kamu semalam yang kami lakukan sepanjang malam.
"I love you." Bisik Angga tepat di telingaku sambil memeluk erat tubuhku.
"I love you too. Sudah selesai telfonnya ?" Tanyaku.
"Sudah."
"Tunggu saja dulu disana, aku masih menunggu air panas, sebentar lagi mendidih."
"Aku haus." Kata Angga.
"Mau aku ambilkan minum ?"
"Mau minum kamu saja." Kata Angga sambil mencium tengkukku dan jemari tangannya menelusup ke dalam kemejaku.
"Masih pagi sayang." Kataku sambil sedikit menggoyangkan tubuh agar dia melepas bibir dan tangannya.
"Morning seks boleh ?"
"No."
"Sudah lama tidak melakukannya."
"Ingatlah semalam sudah berapa kali kita melakukannya."
"Itu kan semalam, morning seks belum."
"Quick ?"
"Oke."
Angga langsung meraup bibirku tanpa persetujuanku. Aku tau kemana permainan ini maka kumatikan kompor dan membalas meraup bibir Angga .
Kayla masuk ke dalam kamarku dan langsung membanting dirinya diranjangku. Aku yang sedang fokus menulis n****+ langsung menghentikan kegiatanku dan mendekati Kayla dan menenggelamkan wajahnya pada bantal.
"Kay kenapa ?" Tanyaku sambil menyentuh bahu Kayla.
Kayla tidak menjawab pertanyaanku, dia malah duduk dan memelukku sambil terisak.
"Kamu kenapa ?" Tanyaku yang masih bingung.
"Abdi Nay." Jawab Kayla.
"Abdi kenapa ?"
"Ternyata bener apa kata kamu." Kata Kayla sambil melepaskan pelukannya.
"Abdi selingkuh dibelakang aku." Lanjut Kayla.
Kayla kembali memelukku. Aku tidak menyangka kalau hal ini akan diketahui oleh Kayla juga. Kupikir dia akan selamanya tertipu oleh kebusukan Abdi. Walaupun sayangnya sudah terlambat karena mereka telah bertunangan. Tapi setidaknya Kayla tetap harus tau tentang betapa Abdi telah membohonginya selama ini.
"Darimana kamu tau ?" Tanyaku.
"Aku pulang dinas cepat hari ini. Aku berencana untuk memberikan kejutan pada Abdi. Aku gak nyangka begitu aku datang kerumahnya aku melihat Abdi tidur sama perempuan lain." Cerita Kayla begitu membuatku sakit.
Ternyata perselingkuhan Abdi sudah sangat jauh. Aku yakin itu Siska. Siska yang tidur sama Abdi. Kupikir mereka berdua hanya bermain curang dibelakang Kayla, tapi ternyata mereka berdua telah melakukan hal b***t yang sangat tidak pantas untuk di maafkan.