BERSAMA

1038 Kata
Hari ini Angga mengajakku untuk pergi ke pusat penjualan ponsel. Angga bilang ponselnya rusak akibat kecelakaan kemarin. Meskipun dia tidak bisa melihat kondisi ponselnya tapi dia bisa meraba layar ponsel bahwa ponselnya mengalami retak layar. "Menurut kamu bagus yang mana Kay ?" Tanya Angga. "Hah ? Kok aku ?" "Kamu yang lebih sering bersamaku, dan berarti kamu yang akan sering menggunakan ponselku, pilihlah mana yang bagus menurutmu." "Oh begitu." Aku mulai berjalan pelan untuk melihat etalase yang dipenuhi dengan ponsel mewah buatan korea tersebut. Mataku selalu membulat ketika melihat harga yang terpampang disana, bahkan ada yang harganya melebihi harga sepeda motor milikku. Melihat dari siapa Angga aku memilihkan dia ponsel dengan harga yang hampir 30 juta itu. Ponsel yang bisa dibuka tutup itu rata-rata dipakai oleh para selebritis. Waow lebih baik buat beli motor baru kalau aku. Tapi sebanding dengan fitur dan harga kalau menurutku. "Sudah ?" Tanya Angga. "Iya sudah. Aku pilihkan sesuai dengan kebutuhan kamu. RAMnya besar, ROM juga, kamera juga bagus untuk foto-foto produk kamu nanti. Jadi menurut aku ini bener-bener pas buat kebutuhan kamu." "Aku suka cara berfikirmu." Kata Angga sambil tertawa lebar. Demi Tuhan tawa yang baru aku lihat selama hampir satu bulan aku menemani Angga. Dia begitu sempurna sebagai seorang lelaki. Mustahil jika sekarang dia tidak ada seorang kekasih. Aku menghapus senyumku seketika sebelum aku terlalu jauh mengagumi Angga. Aku harus ingat bahwa aku tidak boleh terlalu terbawa perasaan pada Angga. "Ambil dua ya mbak. Yang warna ice blue dan black." Kata Angga pada sales penjualnya. "Bisa kamu membantuku mengambilkan kartu kredit di dompet aku Kay ?" Tanya Angga. Akupun meraih tas pinggang yang dia taruh di pangkuannya. Aku bisa merasakan dengan jelas parfum maskulin yang menempel di d**a Angga. Jantungku berdegup dengan kencang berada sedekat ini dengan Angga. Padahal ini bukan pertama kalinya aku berada berdekatan dengannya tapi entah kenapa kali ini nafas dan jantungku tidak bisa dikondisikan. "120593." Bisik Angga tepat di telingaku membuat bulu kudukku merinding. "Oke." Jawabku yang mengetahui maksud Angga bahwa itu adalah password kartu kredit miliknya. Setelah melalui proses pembayaran dan semuanya kami berdua pergi untuk makan siang. Kebetulan Angga sedang ingin makan steak tenderloin, kami mampir ke foodcourt untuk makan dulu. "Kay ?" "Iya Angga ?" Jawabku sambil mengunyah steak yang kupotong. Sementara Angga sebelum dia makan terlebih kupotong-potong terlebih dahulu agar lebih mempermudah dia untuk makan. "Dari dua ponsel ini mana yang warna yang kamu suka ?" Tanya Angga sambil menggerayangi plastik berwadah ponsel yang kuletakkan di meja makan kami. "Ummm... Menurut aku sih aku lebih suka hitam buat kamu. Karena sesuai dengan kamu. Kan cowok biasanya kalau hitam gahar tuh." Jawabku. "Yaudah kalau gitu yang biru buat kamu ya ?" Kata Angga dan langsung membuatku tersedak. Karena kaget dengan perkataan Angga. Mataku membulat melihat Angga yang kembali menyantao steaknya. "Aku yang hitam dan kamu yang biru. Kata mbok Nah ponsel kamu sudah model lama dan sudah banyak goresan di ponsel kamu." Kata Angga tenang. Kali ini dia sambil menyeruput jus jeruk. "Aku bisa beli sendiri nanti Angga, kamu ga perlu repot-repot buat beliin aku HP. Lagian aku ga bisa pake HP sebagus itu Angga." "Anggap saja itu sebagai bayaran awal kamu sudah mau merawatku." "Eh kayaknya aku milih uang aja deh Angga daripada HP begini. Kalau uang kan aku bisa tabung atau beli hal-hal yang lebih penting." Jawabku mencoba jujur. Karena biar bagaimanapun uang sebanyak itu daripada buat beli ponsel lebih baik aku diberikan uangnya saja. "Hahahaha Kayla ! Kamu menggemaskan sekali buatku." Kata Angga sambil ketawa dengan kerasnya hingga membuat beberapa orang yang di sekitar kami melihat ke arah meja kami. "Aku hanya mencoba jujur Angga. Maaf kalau kamu tersinggung." "Tidak Kay, aku tidak tersinggung. Aku lebih suka jika ada perempuan yang apa adanya seperti kamu. Kay, aku tidak akan menukar gajimu dengan HP ini, tenang saja." "Hah ?" "Gajimu tetap akan aku berikan padamu dalam bentuk uang. Dan HP ini aku berikan untukmu sebagai hadiah karena kamu bukan hanya merawatku tapi juga menjaga dan memperhatikanku. Jadi kamu terima ya, biar kita memiliki ponsel kembar." "Terima kasih Angga." Aku tersenyum sambil menarik ponsel itu dan langsung membukanya. Siapa juga yang tidak senang ketika mendapatkan ponsel sebagus ini. Kalau begini caranya aku bisa menulis novel dengan lancar tanpa harus membuka tutup laptop. Angga kembali tertawa renyah saat dia mendengar aku berbisik bahagia mendapat ponsel baru. **** Aku pergi ke rumah sakit diantar oleh pak Muh. Sebenarnya aku meminta untuk sendiri saja, tapi Angga memaksa agar aku mau diantar oleh pak Muh. Aku ke rumah sakit untuk membeli tongkat untuk melatih Angga belajar berjalan dan sedikit menghafal jalan setidaknya untuk menghafal bagian yang ada di dalam rumahnya saja. "Wedehhhh udah antar jemput pakai mobil mewah nih." Kata Kayla yang baru datang. "Kay ..... " Aku memeluknya kencang karena begitu rindu padanya. "Nay sesek nafasku. Kamu tuh peluk apa mau ngebunuh sih ?" Tanya Kayla sambil tersenggal-senggal nafasnya. "Kangen tau ...... Udah lama banget ga ketemu." "Baru seminggu Nay, kamu lho masih lama nanti di rumah Angga jadi dokter pribadi dia." "Hah ? " Seketika wajahku langsung cemberut mendengar penuturan Kayla. "Tunggulah di kantin. Aku ambilin dulu kruknya nanti aku antar sekalian kita ngobrol disana." Aku mengangguk menuruti perintah Kayla. Aku melangkah dengan langkah gontai, mendengar penuturan Kayla entah aku harus bingung atau senang. Senang karena aku masih bisa bersama dengan Angga dan sedih karena kebohonganku akan semakin banyak. "Heh ! Bengong !" Kayla datang menepuk bahuku dan membuyarkan lamunanku. "Weits HPnya baru." Kata Kayla sambil mengambil ponselku yang tergeletak di meja. "Pemberian dari Angga sebagai ucapan terima kasih sudah mau merawat dan menjaganya." Kataku. "Wow luar biasa. Baru seminggu udah dapat ponsel keluaran terbaru, gimana seminggu ?" Tanya Kayla lagi dengan penuh kekaguman di wajahnya. "Dia bilang bahkan mau memberikan mobil nanti." "Hah ? Gila ! Sebegitu kayanya si Angga." Kali ini Kayla berpangku tangan penuh kekaguman melihatku. "Makanya, menguntungkan lho kerja bareng Angga, kamu ga mau bener-bener menjadi Kayla ? Bahkan kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau lho." Kayla tampak diam memikirkan tawaranku. Dia menyeruput es teh kampul yang tadi dia beli. Wajahnya berfikir keras. Mungkin dia sudah mulai tertarik. Wanita mana coba yang tidak tergoda ketika tau ada hujan materi seperti apa yang aku alami. "Setelah aku pikir-pikir aku ......... "
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN