KAYLA

1018 Kata
Lamunanku buyar saat tiba-tiba Angga mendorong tiang lukisan yang berisi kanvas gambar diriku hingga terjatuh. "Angga kamu kenapa sih ?" Tanyaku sambil berdiri karena kaget dengan tingkah laku Angga yang tidak jelas. "Kamu pacaran sama Sabrang ?" Tanya Angga sambil mencengkeram kedua lenganku. "Enggak. Aku gak ada hubungan apa-apa sama Sabrang." "Bohong!" Teriak Angga membuatku bergidik ngeri. "Aku gak bohong Angga, aku gak ada hubungan apa-apa dengan Sabrang, aku sama dia cuma temen kampus aja." Jelasku sambil berusaha untuk melepas cengkeraman tangannya. "Kayla mengatakan padaku bahwa kamu berpacaran dengan Sabrang! Bukankah aku sudah bilang padamu kamu milikku!" "Lepasin aku dulu biar aku jelasin ke kamu! Kalau kami begini kamu tuh nyakitin aku Angga !" Setelah mendengar aku merasa kesakitan Angga melepas cengkeramannya padaku. Dia lalu duduk di sofa dan aku pergi ke dapur untuk membuatkan dia s**u hangat agar Angga sedikit tenang. "Kayla kesini dan menemukan lukisanmu. Dia bertanya padaku siapa yang melukisnya, aku tidak mungkin jujur pada Kayla jika kamu yang melukisnya kan ?" "Lalu kenapa Sabrang ?" "Ya karena Sabrang kesini tadi. Makanya aku langsung aja bilang kalau Sabrang itu pacarku, karena aku ga ngerti lagi harus bohong seperti apa pada Kayla." "Untuk apa Sabrang kesini ?" "Ya main. Dia juga biasa main kesini. Dia teman kuliah aku. Aku kenal dia udah lama, gak ada salahnya juga kan dia main kesini ? Dia anak seni, aku juga butuh bantuan dia buat lukisanku." "Bukankah sudah kubilang padamu untuk tidak berdekatan dengan lelaki lain selain aku ? Aku tidak suka Nay dia menemui kamu. Kalau masalah lukis aku bisa membantumu, aku juga bisa melukis. Atau perlu ku bayar orang agar mengajarimu melukis ?" "Angga kamu jangan berlebihan. Aku dan Sabrang berteman sudah lama." "Aku tidak berlebihan ! Aku hanya tidak ingin jika kamu dekat dengan laki-laki lain ! Aku bahkan bisa menghancurkan Sabrang jika kamu tidak memperdulikan laranganku!" "Okey. Aku tidak lagi bertemu dengan Sabrang." Angga adalah orang yang possesive. Selain itu dia juga emosional. Akan berdampak buruk untukku dan Sabrang jika aku terus membantahnya. Lebih baik aku iyakah saja perintahnya sebelum dia bertindak buruk pada Sabrang yang tidak tau apa-apa. Aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Angga. Jangan larang aku karena jujur aku juga menyukai Angga. Aku tau pasti ini akan menyakiti hati Kayla jika dia mengetahuinya. Aku yakin jika Kayla tau dia pasti akan membenciku. "Percayalah padaku, suatu saat nanti aku akan memberitahu Kayla bahwa yang kucari bukan dia, tapi kamu." Yakin Angga padaku. **** Setidaknya hariku menjadi lebih berwarna ketika aku memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Angga. Meskipun kita ketemu hanya di malam hari tapi setiap detik Angga tidak pernah absen untuk sekedar bertanya padaku sedang apa diriku dan apa yang aku butuhkan. Setiap hari dia selalu membawakanku bunga lili. Aromatherapi bunga lilipun tak pernah lupa dia bawakan setiap hari hingga bertumpuk di studioku. Angga mengajariku meluki, bagaimana cara melukis untuk pemula sepertiku. Dari langkah awal membuat gagasan, lalu bagaimana cara pembuatan sketsa sebagai bentuk kasar dari ide yang menjadi pondasi dalam membuat lukisan, komposisi dalam penggambaran, keseimbangan obyek, lalu pemilihan alat dan bahan yang ternyata memang berbeda untuk setiap lukisan. Angga juga mengajariku bagaimana melakukan teknik yang baik dalam pewarnaan. Jika pewarnaan yang sesuai dengan obyek atau ide sudah cocok maka tingga menebalkan pemantapan pewarnaan. "Kamu suka melukis ?" Tanyaku pada Angga. "Suka. hobiku melukis. Kamar utama milikku penuh dengan lukisan. Pasti dulu saat kamu merawatku kamu belum pernah masuk kamarku ya ?" "Belumlah. Aku datang kesana mbok Nah dan pak Muh sudah mempersiapkan kamarmu dibawah Angga." "Aku suka melukis. Hanya sekedar hobi. Untuk pekerjaan tentu aku lebih memilih untuk yang bergelut dengan mobil." "Oh ..." "Aku suka yang menghasilkan uang banyak. Tidak munafik kalau sebagai lelaki aku harus bertanggung jawab. Jadi aku memilih pekerjaan yang memang menghasilkan uang banyak agar siapapun yang menjadi pasanganku kelak tidak pernah merasa kekurangan." "Dengan Maheka dulu juga begitu ?" "Iya . Aku sama Maheka udah lama lho pacaran. Keluarga kita juga sudah saling mengenal. Kanaya dengarkan aku." Angga menarik wajahku agar berhadapan langsung dengannya. "Aku setiap menjalin hubungan dengan siapapun pasti selalu serius. Tidak pernah aku bermain-main." Ucapnya. "Denganmu juga begitu. Aku serius menjalani denganmu. Aku tidak akan menyakitimu asal kamu juga tidak menentangku dan menurutiku untuk tidak pernah bermain api di belakangku." Lanjut Angga. "Aku ....." Demi Tuhan, disaat seperti ini aku teringat Kayla. Apakah aku adik yang jahat pada Kayla ? Dia yang selama ini membelaku kakak terbaikku, apakah aku akan melukainya jika aku mengambil Angga darinya. Bagaimana jika setelah ini dia membenciku. "Tidak akan lama lagi Kanaya, aku akan bilang semuanya pada Kayla tanpa menyakitinya. Percayalah padaku." Aku mengangguk dan memilih untuk percaya pada Angga. Semoga suatu saat Kayla mengerti bahwa kebohongan yang dia ciptakan sendiri tidak seindah kenyataan yang dia bayangkan. "Kanayaaaaaa ..... " Panggil Kayla dan tiba-tiba saja datang disaat aku sedang bersama Angga. Mataku membulat melihat kehadiran Kayla disini. Aku tidak siap dengan jawaban jika Kayla bertanya padaku kenapa dan untuk apa Angga disini. Aku langsung menjauhkan posisi dudukku dari Angga. "Lho ... Angga kamu disini ?" Tanya Kayla pada Angga yang masih dengan santainya duduk di sofa. "Iya aku sedang ...." Angga melihat sekilas kearahku. Aku menggeleng untuk memberi isyarat agar Angga tidak mengatakan hal tentang aku dan dia. "Iya Kayla, aku kebetulan sedang berbicara pada Kanaya tentang konsep foto showroom." Jawab Angga. Aku langsung bernafas lega mendengar jawaban Angga. "Malam-malam begini ?" Tanya Kayla dengan penuh selidik karena jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan juga label tutup sudah dibuka oleh Angga tadi saat dia datang. "Aku longgarnya malam. Tadi seharian juga ada kerjaan di showroom Kay." "Tapi kamu seharian gak menghubungi aku Angga, aku nunggu kabar dari kamu juga, dan kamu malah kesini tanpa ngabarin aku dulu ?" "Aku gak sempat pegang HP Kay, aku sibuk. Haruskah aku perjelas lagi ?" Tanya Angga dengan penuh penekanan. Aku menggeleng lagi memberikan isyarat pada Angga agar dia tidak membentak dan marah pada Kayla. "Kamu tadi darimana ? Kok baju kamu gak pakaian kerja ?" Tanya Kayla lagi. "Kayla kamu tu kesini tujuannya untuk bertemu Kanaya kan ? Kalau iya silahkan. Aku mau pulang !" Kata Angga sambil beranjak dari sofa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN