Angga masih memejamkan matanya sedari tadi kami naik mobil menuju ke Tawangmangu, suasana hatinya sedang berantakan akibat kedatangan Maheka tadi. Aku memutuskan untuk memberitahukan kabar bahagia ini nanti ketika kami sudah sampai Tawangmangu. Kami menuju villa milik Angga. Villa yang terletak di "dalan anyar" menuju Sarangan ini termasuk villa yang cukup mewah.
Setelah membawa Angga minum obat dan beristirahat aku memilih untuk duduk di teras villa sambil mendengarkan lagu "dalan anyar" milik alm Didi Kempot, kenapa lagu ini ? Selain pas dengan momen yang aku alami sekarang juga di dalam lagu ini mengisahkan tentang lagu perselingkuhan yang sepertinya tepat untuk kujadikan bahan inspirasi untuk novelku yang sudah lama terbengkalai.
Bunga-bunga yang kini tumbuh bahkan menjadi layu setelah kamu meninggalkanku begitu saja tanpa berpamitan. Aku masih mencintaimu, bahkan lebih dari aku mencintai diriku sendiri. Aku serahkan semua milikku tanpa terkecuali kepadamu, tapi kenapa kamu lebih memilih meninggalkanku? Di depan mataku sendiri aku melihatmu bercinta dengan perempuan lain. Bibir yang biasa mengecup dan mencium bibirku, tubuh yang biasa mendekapku, keringat yang biasanya bercampur denganku, desah yang biasa selalu kudengar setiap tubuhnya bergerak menikamku kini telah dinikmati oleh orang lain dan...
"Kay .." Panggil Angga yang kini sudah berdiri di belakangku.
"Angga ?" Aku langsung berdiri dan membawa dia duduk di dekatku.
"Kamu sedang apa ?"
"Cuma mendengar musik, makan tempe sama ngopi aja Angga. Kamu mau ?"
"Enggak."
"Angga kamu mau makan ? Atau jalan-jalan ?"
"Malam ini aku mau berkemah di sekipan, kamu maukah ?"
"Hah ?"
Tempat Wisata di Bumi Perkemahan Sekipan Tawangmangu merupakan salah satu wisata unggulan di wilayah Karanganyar. Tempat ini merupakan bagian dari Hutan Wisata yang berada di ketinggian 1100 mdpl dan berada di lereng barat daya gunung Lawu. Bumi Perkemahan Sekipan Tawangmangu ini berada di desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Dari Kota Solo, wisatawan harus menempuh perjalanan sepanjang 42.8 km yang ditempuh hingga 1 jam 15 mnt lewat Jl. Keleng - Karanganyar dan Jl. Raya Matesih-Tawangmangu. Sedangkan jika berangkat dari Kota Karanganyar, pengunjung menempuh perjalanan sepanjang 15 km dengan waktu 32 menit melewati Jl. Raya Matesih-Tawangmangu.
Aku sungguh tidak habis fikir dengan Angga. Sudah bagus bisa tidur di villa dengan fasilitas yang lebih dari cukup tapi dia lebih memilih untuk mendirikan tenda di Sekipan. Yang dimana pasti jelas udara dingin akan menembus tenda dan pasti jauh dari kamar mandi dan kalau aku tentu saja tidak terlalu keberatan karna aku juga seriny camping bersama anak pecinta alam. Cuma kali ini rasanya tuh aneh aja ada rumah bagus malah milih di kebun.
"Saya permisi dulu ya mbak Kay, mau kembali ke villa. Nanti kalau ada apa-apa mbak Kay bisa telpon saya." Kata pak Muh.
"Lah ? Saya jadi cuma berdua saja pak sama Angga ?"
"Aman mbak Kay, mas Angga gak mungkin macam-macam." Bisik pak Muh sambil ketawa jahil meninggalkanku.
Api unggun kecil sudah disiapkan oleh pak Muh di depan tenda kami. Perlengkapan memasak seperti panci dan wajan juga sudah ada, kemudian daging kambing yang dipesan oleh Angga juga sudah siap. Bumbu bakar piring, kopi dan termos juga sudah ada. Camping macam apa ini.
"Kay ... " Panggil Angga dari dalam tenda.
"Iya Angga ?"
"Aku mau ke toilet."
Mataku membulat sempurna mendengar perkataan Angga. Benar saja kan aku bilang, kalau pak Muh pulang pasti urusan toilet aku yang akan mengurusnya. Bukan apa-apa, tapi semenjak aku tidak sengaja melihat roti sobek dan kejantanan milik Angga beberapa waktu lalu aku masih sering terbayang dan bahkan pernah bermimpi melakukannya dengan Angga, biar bagaimanapun aku wanita dewasa, aku juga sudah bisa memiliki pikiran kotor dan mengharap lebih daripada hanya sekedar membayangkan.
"Sudah belum Ngga ?" Tanyaku saat aku menunggu Angga dari luar.
"Kay, tolong Kay, pintunya susah di buka Kay." Kata Angga dari dalam kamar mandi.
"Serius Ngga ?"
"Iya Kay, aku sudah ngebukanya, bisa kamu dorong dari luar pelan ya ?"
"Oh, yaudah bentar, kamu agak minggir ya biar ga kena pintu."
Aku mencoba mendorong dari luar, tapi pintu belum juga terbuka, aku coba sekali lagi dan pintu berhasil membuka, tapi akupun tak sengaja ikut masuk ke dalam kamar mandi dan tidak sengaja malah menimpa Angga. Tubuh kamipun menyatu, Angga memegang pinggulku dan kepalaku membentur d**a bidang milik Angga. Entah mengapa jantungku merasa berdegub dengan kencang, nafasku berderu tak beraturan.
Aku menegakkan kepalaku melihat ke wajah Angga. Netra kami bertemu meski aku tau Angga tak bisa melihat bagaimana keadaanku saat ini. Kedua tangan Angga bergerak naik menyentuh pinggangku membuat aku sedikit menggeliat karena merasa geli, aku berusaha untuk membenarkan posisi berdiri tapi Angga malah semakin menarikku ke dalam pelukannya.
"Angga aku ... "
"Terimakasih selalu tetap bersamaku di saat aku sedang jatuh seperti ini." Kata Angga semakin mendekat bahkan aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
"Ehem ehem ... Kalau mau m***m jangan disini. Hotel diluar banyak tuh !" Kata orang yang berada di luar kamar mandi dengan ketusnya.
"Ma ... Maaf mas kami gak m***m kami cuma .... "
"Jangan seenaknya ya kamu bilang begitu ! Dia hanya terjatuh karena pintu kamar mandi yang susah di tarik dari dalam. Jaga bicaramu !" Kata Angga dengan nada emosi.
"Angga sudah, ayo kita kembali ke tenda."
Aku membantu Angga keluar dari kamar mandi. Aku memapah jalan dia perlahan sampai memasuki tenda. Angga ini orangnya sungguh emosian sekali, aku tidak mau sampai terjadi perkelahian yang lebih dalam. Biar bagaimanapun juga memang kita berdua salah.
"Harusnya kamu biarkan aku menghajar orang bermulut busuk seperti dia tadi !" Kata Angga dengan nada masih emosi.
"Kita juga yang salah Ngga, kan kita di kamar mandi berdua tadi karena ....."
"Kay .... " Panggil Angga menghentikan ucapanku.
"Iya Ngga ?"
"Aku boleh tanya sesuatu ?"
"Tanya aja Ngga ? Ada apa emang ?"
"Aku tadi gak sengaja pegang pinggulmu, itu kenapa ?" Tanya Angga.
"Oh itu, waktu aku kecil aku mainan sama saudara aku, trus aku waktu itu lari-larian dan ketabrak meja gitu Ngga, trus kena barit meja hingga membekas dan pernah dijahit gitu dulu Ngga, eh bekasnya gak membekas sampai sekarang." Ceritaku.
"Selanjutnya tidak ada komentar dari Angga. Aku melanjutkan membakar sate kambing dan menyiapkan makanan untuk makan malam Angga. Setelah selesai aku menyuapi Angga. Tidak ada kata diantara kita berdua. Aku fokus makan dan menyuapi Angga. Rintik gerimis mulai datang kembali. Hawa dingin TawangMangu kembali menusuk menembus kulit. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam tenda bersama Angga. Angga memutar musik lewat youtube menambah syahdu suasana kami berdua.
"Ngga ... " Panggilku.
"Ya Kay ?"
"Aku dapat kabar tadi pagi kalau ada orang yang mau mendonorkan matanya, dan pihak rumah sakit memberikan prioritas itu ke kamu." Kataku.
Angga menoleh ke arahku meski kutau dia tidak bisa melihat keberadaanku.
"Kay ...." Angga meraih pipiku.
"Jika aku diberi kesempatan lagi untuk bisa melihat, orang pertama yang mau aku lihat adalah ........ Kamu."