42

1144 Kata
Rion mengikuti ujian itu dengan rasa yang sangat percaya diri, ia tak pernah berpikir akan mati di ujian itu, karena ia berharap ujian itu menjadi awal baru yang jauh lebih baik untuknya, ia bisa lulus dan mendapat pekerjaan serta membangun kembali bisnis keluarga Fosta yang terhenti karena masalah Lily yang semakin menua setiap harinya. Jika tak seperti dulu lagi, tak lagi bisa memanjakannya dengan harta yang berlimpah, Lily tak jatuh bangkrut, hanya saja kadang ekonominya tak stabil. Rion memahami itu dan tak pernah meminta Lily untuk memberikan apa yang ia harapkan, karena selama in Lily sudah memberikan dirinya sesuatu yang sangat berlabih, sesuatu yang tak ia dapatkan sebelumnya dari keluarganya terdahulu. Sudah beberapa tahun keluargnya juga tak ada kabar, ia harus berbesar hati menerima bahwa kemungkinan memang keluarganya telah matia kibat bencana itu. Meskipun begitu ia masih bisa berbangga hati karena masih hidup hingga saat ini dan masih bisa menikmati masa-masa terbaik dengan hidupnya yang tumbuh indah bersama keluarga baru dan teman-temanya. Singkat cerita, sebelum bertemu dengan Andreas, Rion sudah mengalami masa sulit dalam ujian selama lima hari. Ia yang selalu tenang dan diam merasa di pecundangi oleh peserta lain yang jauh lebih kuat darinya, ia bisa berulang kali kabur tapi juga berulang kali melawan mereka. Entah sudah berapa luka di tubuhnya yang sudah mengering akibat tebasan senjata peserta lainnya. Jika dalam keadaan terpojok Rion hanya bisa bersembunyi dan kabur hingga ia tak menemukan siapapun, tapi jika harus terpaksa berhadapan ia mencoba sekuat tenaga melakukannya. Beradu kematian dengan orang lain itu sangat sulit. Pada saat babak kedua mendapatkan bendera biru, musuhnya seorang perempuan yang akhirnya ia tahu peserta itu bernama Shin. Meskipun Shin perempuan tapi keahliannya dalam memegang senjata cukup hebat bahkan mampu memojokkannya berulang kali, jika ia tak menjaga dirinya ia bisa saja mati dengan mudah terkena panah dari Shin. Namun, keberuntungan berpihak padanya. Shin kehabisan anak panah dan mulai menyerang menggunakan busur, dengan pertempuran jarak dekat Rion di untungkan karena tenaga Shin dalam pertempuran langsung tidaklah kuat, kemudian ia mampu mengalahkan Shin dan mendapatkan bendera itu. Meskipun sudah mengalahkan Shin dan juga menumbangkannya, ia masih tak yakin jika Shin mati karena ia hanya tak sadarkan diri saja sebelumnya. *** Sementara itu apa yang terjadi pada Shin sebelum bertemu dengan Rion. Hari pertama Shin sudah menunggu akan titik koorrdinat yang ia dapatkan nanti tentang letak di mana bendera itu berasal, tapi sampai menjelang jeda titik koordinat itu tetap saja tak sampai padanya. Baru hari kedua titik koordinat itu muncul dari rute peta. Rute titikkoordinat yang Shin dapatkan adalah menuju sebelah timur dari tempatnya berada saat ini, Shin menuju kesana dengan langkah yang sedikit di percepat, karena bagaimana pun orang yang berada di dekatnya akan menjadi musuh perebutan yang sama dengannya, jarak mereka yang bisa di pastikan tak memiliki ukuran lebih dari 500 meter. Tak berapa lama Shin sampai di sana, bendera masih terpasang di tempatnya. Jika ia mengambil dan mencobanya membawa kabur sampai sebelum konfirmasi kemenangan ia akan tetap di kejar, salah satu cara agar lolos adalah dengan mengalahkan lawannya. Kemudian ia bersembunyi di balik sebuah batang pohon besar yang tak jauh dari bendera biru itu hanya berjarak dua pohon saja. Shin mengamati dari sana, ia berdiri di sana karena tak mungkin ada orang yang satu arah datang dari tempat yang sama dengannya. Setelah dua menit kemudian, seorang pemuda membawa senjata sabit datang setelah. Kemudian Shin mengincar bagian d**a peserta itu, ia tak boleh salah lagi seperti saat bertarung melawan Tron dulu. Tron berhasil lolos karena mendapat keberuntungan dengan menunduk, kini Shin tak boleh salah langkah lagi, ia harus bisa membidik dengan benar agar tak meleset, karena jika ia salah langkah maka taruhannya adalah nyawa, apalagi musuhnya saat ini adalah seorang laki-laki yang dari postur tubuhnya terlihat begitu kuat. Setelah di rasa cukup dengan bidikannya, Shin pun melepaskan anak panah itu. Anak panah itu lesetak dengan cepat, sayangnya orang yang ia bidik menyadari hal itu langusng mengambil senjatanya kemudian menangkis anak panah itru. Shin kaget mengethaui anak panahnya yang cukup cepat ditangkis dengan mudahnya. “Aku tahu kau bersembunyi, lawan aku,” ujar pesertra itu yang tak lain adalah Rion. Tak ada pilihan lain, jika Shin kabur dan Rion mendapatkan bendera itu, ia dipastikan gagal dibabak kedua itu, ia tak ingin kalah, sudah banyak mimpi yang ia gantungkan di ujian ini. ia ingin mencoba dan membuktikan pada siapapun bahwa ia bisa bangkit dengan dirinya sendiri. Setelah itu akhirnya Shin keluar dan mengatur panahnya agar berubah menjadi pedang, ia tak bisa menggunakan anak panah sesering mungkin karena lawannya bisa menangkisnya. Meskipun begitu Shin tetap saja melancarkan anak panah berulang kali, hingga tersisa dua anak panah. Mau tak mau Shin harus melawan dari jarak dekat, perlawan itu yang cukup menyulitkan dirinya, karena ia merasa seperti dirugikan, ia sedikit lemah dengan perlawanan jarak dekat. Kemudian Shin menyerang lebih dulu, berulang kali ia melancarkan serangan membabibuta berusaha mengenai lawannya, tapi lawannya dengan gesit bisa menangkis setiap serangan yang ada. Pertarungan mereka berlangsung cukup sengit dan lumayan lama, sekitar 30 menit. Shin bisa mengenai tubuh Rion yang tak terbungkus baju, begitu juga Rion yang sudah berulang kali membekaskan luka di kulit Shin. Banyak darah yang keluar dari keduanya, darah-darah segar berguguran, tapi tak ada yang mau mengalah satu pun mereka merasa ingin menang dan tak ingin kalah. Berulang kali keduanya hampir terpojok. Shin sudah mendapatakn luka di perut, begitupun Rion yang mendapatkan luka dalam di punggungnya, rasanya tulang punggungnya ada yang patah karena ulah Shin itu. Beberapa saat kemudian, Shin merasa tubuhnya sangat lelah, ia ingin sekali berhenti sesaat untuk beristirahat, tapi hal itu malah membuka celah untuk Rion. Rion berlari dengan kencang, melancarkan serangan dan membuat Shin terluka parah di beberapa tubuhnya dengan luka robek dan menganga, Shin tak bisa melakukan apapun ia sudah merasa tak kuat untuk bangkit, hingga ia tak sadarkan diri. Rion mendapatkan bendera itu dan kemudian pergi entah kemana. Shin dalam batas ambang kekalahan, ia tak mungkin bisa mengejar Rion lagi karena Rion mungkin sudah jauh dan tubuhnya tak bisa bergerak lagi. Harusnya sejak awal ia lebih berhati-hati karena tak ada lagi yang membantunya, Andreas tak bisa berbuat lebih padanya. Jika terus ia mengharapkan kehadiran Andras ia tak akan bisa bangkit berdiri. Andreas bukan dewa keberuntunganya, Andreas hanya datang layaknya malaikat pencabut nyawa yang membawa kabar kematian, kapan ia akan mati dan semenjak itu ia terbuat akan cinta sang malaikat maut hingga membuatnya tak sadar telah siap untuk pergi keakhirat. Mimpi-mimpi yang ia bangun sejak masalah keluarganya akan terus menjadi mimpi, ia tak mungkin bisa kembali lagi karena jika tak mati di sini ia akan mati di luar nantinya. Ia mengakui kalah dan menyerah, ia sudah gagal. Penglihatannya mulai buram, matanya sangat berat untuk terbuka. Kemudian sebuah bayangan hitam dengan cepat menerjang tubuhnya, hingga ia tak sadarkan diri. Shin hanya perlu menunggu waktu yang tepat hingga ia bangun dari sadarnya, jika tak bangun mungkin ia hanya akan mati kehabisan darah dan kehilangan tenaganya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN