Chapter 3 ; “Save Me!”

1078 Kata
Kris kembali ke apartemen miliknya dengan wajah kusut, terlihat sekali dia sangat lelah setelah pulang dari pemotretan. Tentu saja, dia berangkat pukul 11 siang tadi dan pulang ke rumah pukul 9 malam. Belum lagi tadi ia sempat kesal karena pemotretan ditunda setengah jam.   Kris berjalan menuju dapurnya, ia kemudian membuka kulkas dan menenggak bir kaleng miliknya yang selalu tersedia di kulkasnya. Ia berjalan menuju ruang tengah lalu matanya terbelalak melihat sosok Hana yang tertidur dengan vibrator yang masih bergerak di dalam tubuhnya. Dan jangan lupakan sofa yang menjadi basah karena cairan kenikmatan Hana.   "s**t! Aku benar-benar melupakannya!" Kris berjalan menuju handycam miliknya yang sudah mati karena kehabisan baterai. Ia lalu melirik ke arah Hana yang terpejam dengan keadaan mengenaskan. Kris mendekati tubuh Hana, mengambil vibrator yang berada di dalam milik Hana lalu melepas ikatan pada tangan Hana. Hana sama sekali tak bergerak. Mungkinkah Hana pingsan? Tapi Kris tak peduli, toh jika Hana pingsan, nanti juga akan sadar dengan sendirinya.   Kris mengangkat tubuh Hana, menggendongnya ala bridal style lalu membawanya menuju kamar Hana. Ia meletakan tubuh Hana keatas ranjang dan menatap tubuh polos Hana sebelum menutupi tubuh Hana dengan selimut.   "Sial! Hanya dengan melihat tubuh telanjangnya kenapa aku merasa bernafsu?" Kris membelai kejantanannya yang agak mengeras karena melihat tubuh polos Hana, apalagi saat menggendong Hana ke kamarnya. Kris mati-matian menahan dirinya agar tak menerkam tubuh Hana yang menggiurkan. Kris menundukan wajahnya, menempelkan bibirnya dengan bibir milik Hana. Kris merasakan sensasi aneh saat bibirnya menempel dengan milik Hana, ia menginginkan hal lebih selain ini. Kris melumat bibir Hana perlahan, mencoba menahan hasrat agar tak membangunkan Hana. Namun bukan Kris namanya jika dia bisa menahan nafsu.   Kris mulai melumat bibir Hana kasar, mengecapnya, melumat lagi dan menjilatnya. Saat lidah Kris mencoba menerobos masuk. Hana membuka matanya. Ia terkejut karena Kris sedang menciumnya. Hana mendorong pundak Kris, namun tenaga Hana masih lemah karena kegiatannya tadi yang bermain dengan vibrator itu benar-benar menguras banyak tenaganya.   Kris mengunci lengan Hana keatas kepala Hana, ia menggengam kencang kedua tangan Hana. Sedangkan tangan satunya lagi membelai pundak Hana yang memiliki tanda kepemilikan hasil karya Kris, tangan nakal milik Kris mulai turun untuk menyibakan selimut yang menutupi tubuh Hana. Kris menyesap lidah Hana keras agar lidah Hana terhisap kedalam bibirnya. Kris menggigit kecil lidah Hana untuk menggodanya. Sesekali Kris mendorong-dorong lidah Hana dengan lidahnya, mengajak gadis itu untuk bermain berperang lidah dengannya.   "Ahhhh"   Hana mengerang saat Kris melepaskan ciuman brutalnya. Dengan rakusnya Hana mengambil oksigen untuk mengisi paru-parunya. Tangan Kris turun kebawah, menyentuh kemaluan Hana.   "Ah, milikmu sudah sangat basah. Tidak perlu pemanasan, aku akan langsung memasukimu" Kris membuka celana miliknya dan juga celana dalamnya.   "T-tuan, tapi aku lelah" Hana berkata dengan suara yang serak dan lemah. Mungkin saat bermain dengan vibrator tadi ia banyak mendesah.   "Kau fikir aku peduli?" Kris membuka s**********n milik Hana lalu menempatkan miliknya untuk memasuki Hana.   Jleb   "Ahhhh" Hana dan Kris sama-sama mengerang saat milik Kris memasuki lubang Hana. Kris langsung menggerakan miliknya keluar masuk lubang surga Hana.   "Akhhh..pelanhhh..tuanhhh.." Hana mencengkram bahu Kris yang masih terbalut sebuah kemeja putih. Menyalurkan rasa nikmat yang diberikan oleh tuannya.   "Shhh..ohhh..yahhh"   "Eumhhahhh...ahhh..assshhh.."   "Yaaakhhhh...nghhhahhh...ahhh.."   "Haahhhh...haahhhh..hahhhh.." Kris merasakan kejantanannya dijepit kuat oleh milik Hana, ia semakin menggerakan tubuhnya dengan brutal.   "Tuannhhhh krishhhh...ahhhh.." Hana sudah mencapai puncaknya, namun Kris belum. Ia terus menggerakan badannya untuk mencapai kenikmatan.   "Arghhh" Kris mengerang nikmat saat dirinya telah mencapai puncak. Ia mengeluarkan spermanya kedalam tubuh Hana. Hana merasakan kehangatan mengalir di dalam tubuhnya. Kris melepaskan kejantanannya dari tubuh Hana. Ia mengambil celana bahannya yang tergeletak dilantai lalu mengenakannya. Ia merogoh saku celanannya dan mengambil sesuatu di dalam sakunya.   "Minum itu" Kris melemparkan sebuah botol kecil seperti botol untuk permen.   "Apa ini?"   "Obat pencegah kehamilan, kau tidak boleh mengandung anakku karena kau hanyalah budakku. Minum itu setiap hari karena aku tidak tahu kapan aku akan menghabisimu diranjang" Hana menatap obat itu dengan tatapan sendu.   'Karena kau hanyalah budakku'   Entah kenapa, Hana merasa sakit hati saat Kris mengatakan kalimat itu, padahal ia juga sudah tahu sejak awal bahwa dirinya hanyalah seorang b***k.   "Kenapa kau diam saja? Kau mengerti yang ku katakan tidak?" Kris menatap tajam Hana karena ucapannya tak digubris oleh Hana.   "Ya, saya mengerti" Kris mengeluarkan smirknya, lalu berjalan keluar dari kamar Hana menuju kamar miliknya.   ***   Kris menyalakan handycam miliknya yang sudah ia charger dan baterainnya sudah terisi penuh. Ia membuka sebuah video. sebuah video yang menampakan Hana yang sedang mendesah dan mengerang karena bermain dengan vibrator. Sesekali Kris mengeluarkan smirknya saat mendengar Hana mendesahkan namanya. Kris kemudian meletakan handycam itu saat video yang ditontonnya sudah selesai.   "Dia bangun lagi" Kris membelai kejantanan miliknya yang agak menegang dari luar boxer yang dikenakannya karena melihat video tadi.   "Wanita itu benar-benar membuatku gila dengan tubuh dan suaranya" Kris berdesis karena kejantanannya semakin menegang saat mengingat permainannya tadi dengan Hana. Kris berjalan memasuki kamar mandi yang terletak di kamarnya untuk menuntaskan adik kecilnya yang menegang. Ia memilih untuk menuntaskannya seorang diri karena badannya sudah cukup lelah dengan kegiatannya hari ini dan ia ingin segera tertidur.   ***   Kris terbangun dari tidurnya saat mendengar suara debaman keras dan juga suara seorang wanita yg menangis. Awalnya ia pikir itu adalah suara seorang hantu wanita, karena banyak yang bilang aparteman Kris ini ada penunggunya. Tapi bayangan horror Kris sirna saat melihat Hana yang tergeletak di lantai kamarnya dan dia sedang menangis, menyembunyikan wajahnya dikedua telapak tangannya.   "Ck! Kau mengganggu tidur ku!" Kris berkacak pinggang didepan pintu kamar Hana. Ia sama sekali tidak berniat untuk masuk ke kamar Hana.   "K-krishh..inihh sakhit, hiks.." Hana menatap Kris dengan wajah yang basah karena air mata. Kris balas menatap datar Hana.   "Kau bodoh? Tentu saja kau akan merasa sakit karena kau bermain sangat lama kemarin, belum lagi karena itu adalah pertama kalinya untuk mu"   "Tapi, aku tidah bisa berjalan hikss.."   "Jangan manja! Aku tidak akan membantumu!" Kris melenggang pergi, meninggalkan Hana yang masih terisak dan menahan nyeri di tubuhnya. Terutama bagian vaginannya. Tadinya Hana hanya ingin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tapi dia terjatuh di pinggir ranjang karena tak bisa berjalan. Hana bertumpu pada ranjang lalu dengan susah payah ia berdiri. Sesekali ia meringis karena merasakan nyeri di bagian bawah tubuhnya. Ia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, lalu menutup tubuhnya dengan selimut.   "Aku tak menyangka, ternyata Kris sangatlah kejam. Aku ingin pergi dari sini. Bisakah?" Hana menutup wajahnya dengan lengan kanannya, ia menangis mengingat perlakuan Kris selama ini padanya. Ia benar-benar tak menyangka. Seorang Kris yang dia idolakan akan berbuat seperti ini padanya.   "Jika aku tidak bisa pergi dari sini, haruskah aku mengakhiri hidupku?" 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN