Prolog
“Lepasin saya Tuan muda” teriak Jelita sambil berusaha memberontak dari gendongan Leo Mawardi yang sedang dalam kondisi mabuk dan tengah membawanya ke arah kamar pria itu.
Jelita Ekawati sama sekali tidak menyangka jika membukakan pintu rumah bagi pria itu akan membuatnya terjebak dalam situasi mengerikan ini.
Saat sampai di kamarnya, Leo langsung menjatuhkan tubuh wanita di dalam gendongannya itu ke atas ranjang. Ia masih berdiri di pinggir ranjang dan nampak sibuk membuka ikat pinggang yang masih terpasang rapi di celananya.
Melihat pergerakan dari pria itu membuat Jelita semakin panik dan ketakutan. Ia bergerak ke arah sudut ranjang dengan tubuh yang bergetar hebat.
“Tuan Muda, tolong lepaskan saya,” mohon Jelita dengan suara bergetar dan airmata yang sudah mengalir deras membasahi pipinya. Mata tajam Leo yang menatap lurus padanya seakan bagaikan pisau yang menancap kuat dadanya.
Leo Mawardi seakan tuli dan sama sekali tidak mempedulikan perkataan wanita itu. Begitu selesai melepaskan ikat pinggangnya, ia langsung membuka kemeja yang dikenakannya dan membuangnya ke sembarang tempat, sehingga kondisinya saat ini bertelanjang dad4 di hadapan Jelita.
Tanpa menunggu lama Leo segera membungkuk ke arah ranjang dan meraih kaki Jelita lalu menarik kuat wanita itu sehingga tubuhnya kembali berada di tengah ranjang. Ia kemudian naik ke atas ranjang sambil mendorong Jelita untuk berbaring dengan tubuhnya yang berada di atas tubuh wanita itu.
Airmata Jelita kembali mengalir deras dengan tubuh yang terus berusaha memberontak sekuat tenaga. Namun, yang dilakukan Jelita malah semakin membuat Leo bersemangat melakukan hal lebih pada wanita yang berbaring di bawahnya ini.
Dengan kuat tangan Leo mencengkram tangan Jelita dan membawanya ke atas kepala wanita itu, lalu wajahnya bergerak ke arah leher untuk menyesap kuat kulit mulus yang terasa begitu memabukkan baginya.
Bibir itu tidak hanya bergerak di area kulit leher saja. Perlahan bibir Leo mulai turun hingga ke area dad4 wanita itu, hingga sampai di gundukan kenyal yang masih tertutupi oleh kaos yang dikenakan oleh Jelita.
Hanya dengan satu tarikan kuat oleh tangan Leo Mawardi, ia berhasil merobek kaos yang dikenakan Jelita dan melemparkannya ke arah lantai. Membuat tubuh bagian atas Jelita terekspose sempurna dengan area payud4ranya yang masih tertutupi bra.
Melihat gundukan menggoda yang mencuat dari dalam bra membuat n4fsu Leo semakin tidak tertahan. Ia tentu saja tidak menunggu lama untuk membuka bra tersebut hingga akhirnya tubuh bagian atas Jelita benar-benar terekspose semua tanpa tertutupi apapun lagi.
Melihat kondisinya saat ini membuat Jelita akhirnya pasrah dengan nasibnya. Ia sadar sudah tidak ada jalan bagi dirinya untuk melarikan diri dari kondisi saat ini. Akhirnya ia hanya bisa memejamkan mata yang dialiri airmata dan terdiam pasrah ketika merasakan punt1ng payud4ranya sudah berada di dalam mulut Leo Mawardi dengan satu tangan pria itu yang bergerak menurunkan celana yang ia kenakan.
*****
“Aku yakin seratus persen Yah, perempuan licik ini yang sengaja memanfaatkan kesempatan disaat aku mabuk,” teriak Leo dengan nada marah sambil menatap tajam pada Jelita yang duduk di sofa bersama Sophia Mawardi yang berada di sampingnya.
Pagi hari, Kediaman Keluarga Bagas Mawardi digemparkan dengan kejadian dimana Leo Mawardi putra sulung keluarga itu ditemukan tidur tanpa busana bersama salah satu Asisten Rumah tangga mereka yaitu Jelita Ekawati.
“Kak Jelita nggak mungkin punya pikiran sejahat itu kak,” ujar Sophia Mawardi yang berusaha membela Jelita.
Walau wanita itu hanya bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga di rumahnya, namun karena usia mereka yang tidak terpaut jauh membuat Sophia cukup akrab dengan wanita itu. Ia tentu saja tidak terima saat kakaknya menuduh hal yang tidak-tidak pada orang yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya.
Jelita hanya bisa menunduk takut dengan tangan yang bergetar hebat. Saat ini ia duduk di ruang keluarga kediaman besar tersebut dengan Bagas Mawardi dan Arumi Naswa yang duduk berhadapan dengannya sambil menatap datar pada dirinya.
“Ayah nggak mau tahu bagaimana hal itu bisa terjadi Leo. Yang pasti kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu perbuat,” ucap Bagas dengan nada tegas pada putranya itu.
Ekspresi wajah Leo tentu saja nampak kesal dan marah setelah mendengar perkataan Ayahnya itu. Ia kemudian beralih menatap Jelita yang terus menunduk dengan tatapan penuh kebencian.
“Perempuan murahan, puas kamu setelah menghancurkan hidup saya?” bentak Leo penuh amarah pada Jelita.
“Leo,” panggil Arum berusaha mengingatkan putranya itu agar tidak bersikap kasar.
“Kenapa Bu? Apa aku harus diam saja setelah dijebak oleh perempuan murahan ini?” Tanya Leo menatap Ibu dan Ayahnya bergantian. “Jelas-jelas dia ini sengaja menjebak aku yang sedang mabuk untuk meniduri dia. Bukankah dengan begitu dia bisa dengan mudah menjadi menantu keluarga Mawardi dan nantinya bisa hidup enak tanpa perlu menjadi pembantu lagi,” ujar Leo menuduh Jelita.
Mendengar perkataan Leo yang seakan menghina harga dirinya membuat rasa takut Jelita berubah menjadi rasa marah. “CUKUP,” teriak jelita yang spontan berdiri dan ikut menatap penuh amarah dan kebencian pada Leo.
“Saya sama sekali nggak terima dengan penghinaan ini Tuan Muda Leo yang terhormat. Saya nggak munafik bahwa saya memang membutuhkan uang untuk bertahan hidup di dunia ini, tapi saya nggak akan menjual harga diri saya hanya demi uang.”
Leo tertawa sinis mendengar perkataan Jelita. “Apa kamu yakin dengan ucapan kamu?” Tanyanya dengan nada mengejek.
Respon pria itu semakin memancing kemarahan Jelita. “Anggap saja malam tadi tidak terjadi apapun diantara kita. Saya sama sekali nggak butuh pertanggungjawaban dari pria pengecut seperti anda.”
Jelita kemudian mengalihkan tatapannya pada Bagas Mawardi dan Arumi Naswa. “Terimakasih karena Tuan dan Nyonya sudah mau menampung dan mempekerjakan saya selama ini. Tapi hari ini saya memutuskan untuk mengundurkan diri, karena saya nggak mau ada orang yang berpikir bahwa saya menginginkan harta kalian dan berkhayal menjadi nyonya di rumah ini.”
Setelah mengatakan hal itu Jelita segera membalikkan badannya dan berjalan pergi ke kamarnya untuk membereskan semua barang-barang miliknya nya. Ia tidak ingin mendengar perkataan apapun dari keluarga Mawardi lagi, dan hanya berpikir untuk segera pergi dari tempat tersebut.