"Seperti sebuah gaun, segalanya harus di desain secara mendetail. Hidup yang benar itu segalanya serba terkonsep"
Dua Bulan kemudian,
“Kamu tahu apa yang paling mengenaskan dari malam minggu kelabu kita ini?” Natasky Louise Brown— sahabatnya yang memiliki banyak restoran mewah— mendekat ke arahnya. Gaun merah ketatnya menempel cantik di tubuhnya yang bagaikan gitar spanyol. Lea tersenyum sembari menyesap redwine miliknya dengan gaya santai. Duduk menyilangkan kaki di sofa mahal merah maroon yang kontras dengan ruang kerja milik Sky.
Sky bisa begitu emosional dan seperti penyeimbang, Lea hadir dengan pembawaannya yang tenang.
“Apa?” balasnya.
Sky duduk di sebelahnya, “Restoran berbintang milikku ini telah di sewa semalam oleh lelaki yang katanya seorang vokalis band terkenal. Kamu tahu tidak sih band apa yang saat ini sedang naik daun?”
Lea tertawa sesaat menanggapi rasa penasaran sahabatnya, ”Mana aku tahu. Aku jarang mengikuti berita gosip karena kebanyakan semua akun dan berita di televisi menayangkan berita tentang kita.”
Sky mengangguk setuju, menghadap ke arahnya dengan tatapan serius membuat Lea memicingkan mata curiga. Biasanya Sky memiliki pemikiran gila yang entah datang dari mana.
”Dia secara khusus menyewa restoranku ini untuk dinner romantis bersama pacar barunya. Aku penasaran.”
Lea menyesap minumannya perlahan, mencoba merasakan nikmatnya anggur merah itu mengalir ditenggorokannya di bawah tatapan mata Sky yang tidak sabar.
”Memangnya kamu mau apa kalau penasaran?”
“Kita intip,” usul Sky tiba-tiba dengan bersemangat. Lea mendelik saat dilihatnya Sky berdiri, merapikan gaun ketatnya dan mengibaskan rambutnya dengan gaya anggun.
“Kamu jangan macam-macam Sky!!” Lea mencoba memperingatkan.
“Sedikit saja sayang,” bujuk Sky dengan suara memohon.
Lea menggeleng keras mencoba menghentikan hal gila itu. Mengintip acara dinner yang sangat terjaga privasinya hanya karena penasaran. Ide itu hanya di miliki si cantik keras kepala di hadapannya ini.
”Dia sudah membayar dan itu artinya privasi. Kita tidak boleh berada di sana menganggu mereka.”
“Oh, ayolah Lea. Ini hanya sebentar. Aku hanya ingin siapa lelaki itu dan setelahnya aku janji kita langsung pergi ke club.”
Untuk sesaat Lea ragu, matanya menyimpit menatap Sky, ”Kamu yakin tidak akan buat ulah?”
Sky mengangguk mantap. Lea dari awal tahu kalau tidak akan bisa membelokkan pikiran sahabatnya ini. Yang bisa dilakukannya hanya menghela napas dan terpaksa menyetujui, ”Oke, asalkan kamu janji tidak macam-macam.”
“YEAYY!!” sorak Sky penuh semangat,menarik sebelah lengan Lea dengan rasa penasaran yang memburu. Dihabiskan anggur merahnya dengan sekali teguk, meletakkannya di meja samping sofa dan mengikuti langkah kaki Sky yang bersemangat.
Mereka melewati para pegawai yang menatap heran lalu berhenti dan mengintip dari balik pintu pegawai mengarah ke tengah ruangan yang sudah dihias sedemikian indah dan romantis khusus untuk pasangan paling bahagia malam itu.
Sky terlihat merengut iri, Lea ikut mengamati di sebelahnya. Nampak sangat tidak tertarik mengintip seperti ini. Lea bisa melihat kalau pasangan itu nampak intim dan bahagia. Lalu saat wanita itu bisa terlihat jelas, Lea merasakan tubuh sahabatnya menegang. Lea berubah kaku, lebih karena antisipasi terhadap apa yang akan dilakukan Sky.
Bagaimana bisa wanita beruntung itu adalah wanita yang sama yang merebut kekasih Sky hingga mereka putus.BENCANA!!!!
Sky sudah akan bergegas melesat mendekati mereka berdua jika saja Lea tidak sigap mencekal lengannya lebih dulu, “Mau kemana kamu, Sky?!”
“Aku harus melabrak wanita itu, Lea! Dia sudah merebut Aiden dariku dan sekarang kamu lihat sendiri dia sudah mencari mangsa baru yang jelas-jelas berondong!” cetus Sky geram.
“Tidak harus begini caranya. Mereka sedang makan malam. Kita cari cara lain untuk melabraknya.” Lea mencoba membuju, walaupun dia tahu hal itu hanya akan berakhir sia-sia. Sky sudah terlanjur emosi.
“Tidak akan kubiarkan dia bersenang-senang seperti ini!!” Sky menyentak lengannya hingga terlepas dari cekalan Lea dan berjalan dengan emosi tapi tetap menjunjung tinggi keanggunan. Meninggalkan Lea menatap punggung Sky dengan harap-harap cemas. Lea terkesiap saat dilihatnya Sky menyiramkan anggur merah tepat ke wajah Sheila seraya mengumpat.
“Ini untukmu, jalang sialan!!”
Lea berdecak dan siaga saat melihat si cowok nampak kaget karena tidak menyangka acara makan malamnya berakhir berantakan di tangan Sky yang jelas-jelas tidak di kenalnya. Cowok itu langsung berdiri, menyerahkan beberapa tisu untuk wanitanya kemudian berputar mendekati Sky.
“Kamu siapa?!” tanya cowok itu sarat emosi.
Lea jelas panik. Kalau dibiarkan Sky akan terus meladeni cowok yang memang berhak untuk marah itu. Sebagai tindakan antisipasi, Lea kembali masuk ke ruang pegawai memanggil Arthur, sang penanggung jawab restoran untuk memanggil bodyguard yang berjaga di depan.
Lea bergegas mendekati Sky yang terlihat sudah naik darah bersamaan dengan seseorang yang juga mendekat dari arah berlawanan. Lea mengeryit heran melihat cowok berondong lainnya yang entah datang dari mana. Yang juga tengah menatapnya sambil berjalan. Wajahnya terasa familiar. Di mana mereka pernah bertemu sebelum ini?
“Sori, Aku tidak ada urusan sama anda. Aku hanya mau w***********g perebut kekasih orang ini menerima akibatnya!” Sky menunjuk Sheila yang sibuk membersihkan wajah dan gaunnya.
Cowok itu mencengkram lengan Sky. Lea menggeram melihat tatapan menantang Sky. Duhh, tuh anak ya cari gara-gara!!!
Sky terlihat mencoba melepaskan diri, ”Lepaskan sialan!!”
“Tidak akan semudah itu cantik,” geram lelaki itu.
Lea melihat Sheila perlahan mundur dan pergi dari sana, nampak tidak peduli dengankeributan yang terjadi bahkan meninggalkan kekasihnya begitu saja.
“Berani-beraninya kamu menghancurkan makan malam romantisku!” cengkramannya semakin erat. ”PANGGIL PEMILIK RESTORAN INI KEMARI!!” teriaknya.
Sky tertawa keras mendengarnya, ”Aku akan mengembalikan semua uang milikmu karena aku tidak sudi restoran milikku ini di cemari w***********g seperti dia!!”
“APA KAMU BILANG?!!!” Lelaki itu semakin marah.
“AKU PEMILIK RESTORAN INI. LEBIH BAIK KALIAN KELUAR SEKARANG JUGA!!!” Sky berteriak balik tidak gentar.
Ketika cowok itu sudah buka mulut, Lea langsung menarik tangan Sky dan membawanya mundur menjauh bersamaan dengan lelaki berwajah angkuh itu menarik temannya untuk mundur menjauh.
"Ayolah Jer, tidak usah begini."
"Tidak bisa Valen!" tolak Jeremy keras.
Namanya Valen!!!
Lea menghela napas karena baik cowok itu atau Sky tidak mengalihkan pandangannya. Tatapan mereka seakan memburu bagai sebuah ledakan yang siap meledak kapan saja jika sedikit lagi ada yang menyulutnya. Setelah beberapa menit hanya saling diam dan menatap lawan mereka masing-masing, seorang bodyguard datang dan melerai mereka.
“Kamu akan menerima akibatnya!!” geram cowok itu menunjuk Sky.
“Siapa juga yang takut sama cowok model kayak kamu! Ingat ya namaku NATASKY LOUISE BROWN! CAMKAN ITU!!”
“Hentikan Sky!” bentak Lea, menyudahi adu mulut itu membuatnya langsung diam.
“Kamu juga hentikan Jeremy!!!” Valen ikut menenangkan temannya.
Cowok itu tersenyum sinis, ”Oke. Aku JEREMY VICTOR COLLINS. INGAT ITU KALAU KITA BERTEMU LAGI!”
“AKU TIDAK SUDI BERTEMU DENGANMU, SIALAN!!”
Sebelum bodyguard menyeret keluar cowok yang marah itu, dia sudah lebih dulu keluar dengan langkah lebar dan tangan terkepal. Lea menghembuskan napasnya pelan. Sky yang terlihat masih emosi langsung berbalik pergi seraya mengibaskan rambutnya kembali ke ruangannya. Meninggalkan Lea berhadapan dengan cowok bermata tajam yang belum juga beranjak pergi itu yang dari wajahnya saja nampak angkuh dan sombong.
“Sepertinya kita akan segera terlibat urusan yang pelik, Azalea,” katanya dengan pembawaan tenang.
Untuk sesaat Lea mengatupkan bibirnya, tidak tahu dari mana cowok itu mengetahui namanya. Apa dia sering mendengar berita tentangnya.
“Aku harap tidak. Jadi silahkan kamu juga keluar dari sini!” usirnya dengan wajah datar.
Tanpa menunggu jawaban cowok itu, Lea berbalik menyusul Sky. Tidak tahu bahwa hidup mereka kan semakin pelik dengan munculnya kedua orang itu bersama-sama.
***
Menjadi desainer adalah impian Azalea sejak kecil. Meskipun memulai kariernya dari agensi modelling tapi minatnya terhadap dunia fashion sama sekali tidak berkurang, bahkan semakin memberontak kala dia diberi kepercayaan mengenakan gaun rancangan desainer ternama di Paris Fashion Week, hingga membuatnya bermimpi agar gaun rancangannya bisa dikutsertakan dalam acara bergengsi dunia itu suatu hari nanti.
Azalea Aprilia Chou, model Internasional yang sudah malang melintang di berbagai pagelaran mode dunia sekaligus desainer gaun pengantin kenamaan. Darah Asia yang dimilikinya percampuran antara Korea-Sunda menjadikan Azalea sosok yang cantik, elegan dan anggun hingga membuatnya terlihat sempurna meski sampai saat ini dia masih betah melajang.
Lea keluar dari mobil Range Rover miliknya sesaat setelah berhenti sempurna di depan rumah bergaya modern yang mengadopsi rumah cantik ala Korea. Papanya, Chou Park Jesoen adalah lelaki keturunan Korea yang terjebak cinta dengan seorang traveller muda ambisius seperti Mamanya, Fiola Karlina.
"Mama, aku datang," teriaknya setelah membuka pintu kayu yang mengarah langsung ke dalam rumah, tersenyum ketika melihat seluruh anggota keluarganya mengelilingi meja makan di sisi lain ruangan minus Efraim, abang keduanya.
Karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Indonesia daripada Korea, Lea lebih nyaman memanggil kedua orang tuanya dengan sebuatan ala Indonesia dan mereka tidak keberatan sama sakali.
"Ahhh, anak gadis kesayangan Mama sudah datang." Mamanya melesat ke arahnya dan langsung memeluknya.
"Maaf ya Ma, kelamaan di jalan."
"Tidak apa-apa. Yang penting kamu sudah datang."
Lea melambai ke arah keluarganya yang lain seraya melepas syalnya kemudian berjalan menghampiri Pria Korea yang masih gagah dan awet muda yang duduk menjadi pusat dari meja makan untuk memeluknya. Papanya adalah salah satu pendukung setia anaknya menjadi seorang desainer. Papa terbaik yang bisa diminta oleh Lea.
“Hai, Papa.”
"Hai, Sayangku."
"Tante...Tante...Tante."
Lea menoleh saat mendengar rengekan keponakannya, Gesha Jeselyn, yang berumur lima tahun setelah keluar dari kamar mandi bersama Papanya.
"Hai sayang. Kangen sama Tante. Sini sayang."
Lea mendekat setelah meletakkan tasnya di sofa lalu menggendong gadis cilik itu setelah bertukar senyum dengan abang pertamanya, Erza.
"Kamu baru sampai?"
"Iya. Jalanan Jakarta - Bandung lagi macet banget kalau weekend begini."
Erza mendesah, Lea nyengir dan membawa Gesha bersamanya ke meja makan bergabung dengan yang lain karena dia sudah lapar.
"Lea, kamu benar-benar mau berhenti dari dunia model?" tanya Papanya yang sedang memakan kimchi buatan istri tercintanya yang luar biasa pintar memasak itu.
"Iya Pap. Lea sudah capek jalan di catwalk."
"Kapan dong jalan menuju ke pelaminannya?" Sindir Mamanya.
"Mam, kalau Lea sudah punya pacar, pasti bakalan Lea ajak ke sini. Mama akan jadi orang pertama yang Lea kasih kabar."
"Oke, tapi ingat ya jangan lama-lama. Kamu itu gadis dan dunia hiburan itu kejam. Mama tidak mau banyak orang yang memanfaatkan kamu untuk kepentingan mereka. Apalagi sampai muncul gosip-gosip yang tidak enak. Wanita cantik dewasa yang masih sendiri itu kebanyakan jadi sasaran gosip."
Lea menatap Erza meminta tolong. Abangnya hanya tersenyum mengisyaratkan untuk mendengarkan saja semua ocehan mamanya. "Iya Mam."
"Bisnis fashionmu lancar-lancar aja kan, sayang?" Angel, kakak iparnya yang gantian bertanya.
Lea mengangguk, "Lancar. Itu juga yang jadi pertimbangan Lea untuk berhenti jadi model. Mau fokus jadi desainer aja. Ngurusin para pengantin yang ribet sama baju pengantinnya."
"Padahal kamu sudah buat gaun pernikahanmu sendiri tapi malah gak terpakai,” gumam Mamanya yang seketika memberi hawa gelap di wajah Lea. Secara tidak langsung mengingatkannya akan masa lalu.
"Mam, jangan nyudutin Lea terus seperti itu. Nanti dia malas pulang ke rumah lagi." Erza membelanya kali ini.
Lea tersenyum. Memainkan anak rambut Gesha yang halus seraya menghela napas. Selalu seperti ini kalau pulang.
"Mama sudah buatkan makanan kesukaan kamu. Bibimbap."
Lea langsung sumringah dan mendudukan Gesha di sebelah kursinya mengambil alih seporsi Bibimbap yang disodorkan Mamanya dan melahapnya. Fiola tertawa menatap anak gadis satu-satunya itu.
Mereka makan malam sambil mengobrol. Atmosfir tidak menggenakan yang tadi sempat melandanya hilang tanpa bekas sampai pintu depan terbuka menampilkan sosok gadis cantik berambut coklat yang datang menggandeng cowok blasteran.
"TANTEEE APRILLLLLL!!!!" teriakannya, mengalahkan bunyi apapun di dalam rumah lalu menyeret cowok itu masuk dan berlari mendekati Lea untuk memeluknya sampai kewalahan.
"Oke sayang, pelan-pelan. Tante susah napas nih."
Stephie melepaskan pelukannya dan tersenyum lebar, "Aku sudah nungguin dari tadi pagi ternyata baru muncul sekarang. Aku mau kenalin Tante sama seseorang.”
Cowok itu mendekat dan menyalami mereka satu-satu. Sampai di depannya dan berjabat tangan, Lea serta merta tidak melepaskannya. Sibuk berpikir sesuatu sementara Rey bingung menatapnya.
"Jangan dilihatin terus dong pacar aku Tan, nanti naksir," celetuk Stephie membuat Lea tertawa seraya melepaskan genggamannya.
“Kamu ini ada-ada aja,” decaknya.
Stephie nyengir, menarik duduk Rey di sampingnya, "Tante suka sama berondong gak?”
Lea menggeleng, "Berondong adalah jenis lelaki yang harus Tante hindari. Mereka semua tidak pernah mau terlibat hubungan serius."
Fiola setuju, "Iya. Kalau bisa cari yang dewasa dan matang supaya tidak dipermainkan."
"Kalau begitu, kenapa lelaki matang yang dulu sempat tunangan sama kamu malah selingkuh dan berkelakuan seperti anak-anak baru pacaran?" Erza nyeletuk dengan tenang.
Seketika atmosfir berubah drastis. Lea bungkam begitu juga yang lain. Tahu dengan pasti, rasa sakit apa yang ditinggalkan oleh lelaki itu untuk seluruh keluarganya.
***