Ditinggal Saat Malam Pertama

1267 Kata
“Bukankah kamu seharusnya menghabiskan malam panas di atas ranjang bersama wanita itu?” Tanya Ilona yang kini hanya menutupi dirinya dengan selimut setengah tubuhnya, sembari memainkan jemarinya berjalan di atas d**a bidang Jason. Ada rasa sesak ketika Ilona menanyakan hal itu. Cemburu? Tentu saja wanita itu merasakan hal itu, namun statusnya yang tak begitu jelas membuatnya merasa kurang pantas jika dirinya memperlihatkan dengan jelas sikap itu. Namun, bohong jika dirinya mengelak dan mengatakan tidak. “Bukan malah bermain denganku di sini, ini pasti sangat membuatnya kecewa, Babe.” Gadis itu semakin liar memainkan jemarinya menari-nari di atas perut bahkan sesekali memegang kejantanan pria yang sudah beristri itu, yang kini hanya tertutup selembar kain selimut putih polos, untuk membangkitkan gairahnya. Bukan Ilona jika dirinya tak mampu menggoda Jason. Padahal mereka baru saja usai menyelesaikan satu ronde permainan panas mereka. Belum ada tiga jam setelah acara pesta pernikahan selesai. Pria itu bahkan sudah bergumul dengan wanita lain di apartemen pribadinya. Tempat di mana dia biasa menghabiskan malam dengan wanita-wanitanya. Jason bukanlah seorang pria baik-baik seperti yang orang tuanya tahu, dia bahkan tak lebih dari seorang iblis di balik wajah polosnya itu. Tak banyak yang tau, namun itulah fakta yang sebenarnya. Kepulan asap putih menggulung terbang ke atas bersamaan dengan embusan napas berat pria itu. Menikah dengan Valeria bukanlah keinginan dari Jason. Pernikahan antara dirinya dengan Valeria adalah tuntutan dari kedua orang tuanya karena sebuah harta semata. Sebenarnya Jason sempat menolak, namun hanya dia yang bisa menyelamatkan perusahaan dengan cara menikah dengan Valeria. Namun bukan Valeria yang Jason inginkan menjadi pengantinnya. Melainkan Stefani, adik Valeria. Dia baru tahu ketika pernikahan sudah berlangsung, keluarga Valeria menipu dirinya yang berujung membuatnya merasa benci kepada wanita itu. “Aku bahkan tidak nafsu sama sekali ketika melihatnya. Badannya yang begitu rata itu, memuakkan dan membuatku tak berselera,” sahut Jason dengan seringai sinis di wajahnya. Mengingat nama Valeria saja sudah membuatnya geram. Ilona memutar wajahnya menghadap ke arah Jason, “lantas, bagaimana dengan aku?” ucapnya dengan puppy eyes di wajahnya. Ilona tau jika dirinya bukan satu-satunya, namun cintanya kepada Jason begitu besar bahkan telah membutakan mata dan hatinya. Dia berharap jika cintanya akan mendapatkan balasan yang tulus suatu saat nanti dari Jason. Jason memegang dagu Ilona hingga membuat wajah gadis itu sedikit mendongak ke atas. “Berbeda denganmu, sayang. You are very special, Kau bahkan selalu membuatku bangun kapanpun dan di manapun,” sahutnya. Pria itu kini segera mematikan puntung rokoknya. Meskipun jawaban Jason hanya sebuah bualan, namun Ilona menganggap itu adalah sebuah kenyataan. Dia segera membuang selimut yang menutupi dirinya dan mengubah posisi menaiki Ilona dan mengurung tubuh wanita itu di bawah lingkungannya. Bibir keduanya segera bertaut tanpa aba-aba, suara decapan keduanya terdengar memenuhi kamar apartemen itu. Seperti biasa, Jason selalu brutal menikmati setiap inci bagian inti Ilona. Kedua manusia tanpa ikatan itu selalu menghabiskan malam panas bersama. Tak ada lagi percakapan antara keduanya, hanya suara kasur berdecit dan desah indah yang keluar dari bibir Ilona memanggil nama Jason, di setiap sentakan tubuhnya yang naik turun akibat ulah Jason memompa bagian intinya. Hingga Jason mengerang mendapatkan klimaknya dan memuntahkan seluruh bibit-bibit tanpa cinta kepada Ilona. Suara deru napas tersengal bersautan terdengar memenuhi ruangan. Jason mengecup kening Ilona sebelum mencabut pusaka tangguh miliknya. Wanita itu tersenyum puas, ‘kali ini kau tak akan lolos dariku Jason, aku berjanji akan menjaga anak kita.’ . Sementara itu, saat ini Valeria tampak bingung berada di dalam kamar pengantin, yang sudah dipenuhi oleh hiasan taburan bunga, lilin, dan yang laiinya. Baru beberapa jam dirinya dinikahi oleh pria yang memiliki nama lengkap Jason Geraldo itu. Kini wanita cantik itu hanya bisa menatap hiasan-hiasan itu dengan tatapan nanar dan kecewa. Tak banyak yang terlintas di benaknya. Selain untuk apa dirinya dinikahi jika hanya diacuhkan seperti ini. Harga dirinya bahkan sudah hancur sejak Jason mencampakannya. Salahnya sendiri jika dirinya terlalu berharap, dia bahkan juga sama sekali tak mencintai Jason, semua dia lakukan tak lebih dari sekadar balas budi. “Jangan berharap lebih dari pernikahan ini,” ucap Jason sebelum meninggalkan Valeria. Kata-kata itu membuat jantungnya berdenyut nyeri. Meskipun pernikahan mereka tak lebih dari sebuah ikatan di atas kertas saja. Lantas apakah salah jika Valeria berharap lebih? Tentu saja Valeria boleh memiliki sedikit harapan. Itu sangat manusiawi, dia juga manusia yang ingin dicintai. Namun ternyata dia berharap pada orang yang salah. Di kehidupannya yang selalu tidak beruntung, dia berharap dalam pernikahan dia akan memilki keberuntungan. Sayangnya dewi fortunapun tak mau berpihak kepadanya saat ini. Menjadi pengantin pengganti adik angkatnya, adalah hal yang tidak bisa dia tolak. Valeri adalah seorang anak angkat di keluarganya. Dia tak memiliki banyak kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya, bahkan untuk sebuah penolakan dirinya juga tak mampu. Valeri sekarang hanya mampu menjalani dengan semampu yang dia bisa. Keluarga Jason begitu cuek dan acuh pada kehadirannya. Di mantion yang begitu luas dirinya tinggal bersama dengan yang lain. Kali ini dia merasa begitu haus. Valeri memutuskan untuk pergi menuju ke dapur yang teretak di lantai satu untuk mengambil minum. Ketika kembali ke kamar, Valeria tampak bingung di mana letak kamarnya tadi. Semua pintu tampak sama di matanya. Suasana sangat sepi tak ada seorangpun di mantion sebesar dan seluas ini. Dia akhirnya memilih membuka salah satu kamar yang entah siapa pemiliknya. Melihat kamar yang terlihat bersih dan seperti tak berpenghuni akhirnya dia memutuskan untuk tetap bertahan di dalam kamar itu. Valeri memang sudah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya menggunakan baju tidur tipis yang disediakan di kamar sebelumnya. Dia bahkan belum sempat membawa barang-barangnya dari rumahnya. Entah mengapa kamar yang dia masuki begitu nyaman dengan aroma yang begitu menenangkan. Valeri berjalan menuju ke arah ranjang dengan seprei berwarna putih. Nuansa kamar terlihat begitu dominan dengan perpaduan warna putih dan abu-abu. Tak ada bingkai foto atau apapun di kamar itu. Dia hanya melihat beberapa tumpukan buku di meja. Valeri tak berpikir apapun dia hanya ingin menumpang tidur malam ini di kamar itu. Dia berharap kamar itu benar-benar kosong tanpa penghuni. Wanita 25 tahun itu mulai menaiki tempat tidur dan segera mengganti lampu terang menggunakan lampu tidur yang temaram. Kini Valeria merasa sedikit tenang dan berharap malam segera usai. Valeria mulai memejamkan matanya perlahan, tak ada yang aneh sejauh ini. Namun tiba-tiba Valeria mendengar derit suara pintu kamar terbuka, wanita itu terkesiap kaget setelah menyadari ada seseorang telah menyusup masuk ke kamar itu. Wanita itu memundurkan langkahnya dan segera menarik selimut tebal untuk menutupi sebagian tubuhnya. Walau bagaimana dia menyadari jika dirinyalah yang salah telah masuk ke kamar yang salah. Bukan, bukan orang itu yang menyusup masuk ke dalam kamar, melainkan Valeria-lah yang menjadi penyusup di kamar itu. ‘bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku menjelaskan kepada pemilik kamar ini nanti, bagaimana bisa aku berada di dalam kamar ini?’ begitulah isi hati Valeria saat ini. Sial! Itulah yang ada di benaknya. Valeria memutar otaknya bagaimana dirinya bisa keluar dari kamar itu dengan selamat. Langkah kaki orang itu semakin mendekat ke arahnya, debaran Jantung Valeria semakin terpacu menyadari akan hal itu. Bahkan wanita itu tak akan bisa kabur kemanapun saat ini. “Sepertinya kau butuh kehangatan dariku, Nona?” ucap pria itu diiringi dengan seringai di sudut bibirnya yang masih bisa dilihat dengan jelas oleh Valeria. “Maaf, sepertinya saya salah masuk kamar," kata Valeria hendak menuruni kasur berukuran king size itu. Namun, pria itu segera menahan pergelangan tangan Valeria hingga tersentak dan terjatuh di atas kasur kembali, lalu dengan sigap dia segera menindih tubuh mungil Valeria dan mengunci kedua tangannya menggunakan tangan kanannya. sementara tangan kirinya mengusap bibir Valeria dengan lembut seraya mendekat ke arah wanita itu. “Tak semudah itu kau bisa keluar dari kamar ini,” bisik Teo.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN