Ariana yang masih dalam pelukan Joshua tetap mendiamkan diri walaupun berkali-kali Joshua merayu untuk memberi sedikit kesempatan. Sungguh dia tidak menyangka ianya seperti ini. Dia keliru dengan perasaan dan posisinya sebagai assisten CEO muda itu. Mengenali Joshua tidak bermaksud dia mencintainya. Dia tidak ingin terbawa-bawa dengan perasaan senang. Joshua punya pakej lengkap. Punya kedudukan, wang dan mampu menarik hati para wanita. Dari awal Joshua sudah menyatakan niatnya namun Ariana menganggap itu hanya candaan semata. Tapi malam ini sekali lagi dia menerima kejutan yang dia sendiri tidak siap.
" Josh apa ini tidak terlalu mendadak. Jujur aku sendiri tidak pasti dengan perasan yang aku alami sekarang", akhirnya Ariana bersuara dan menolak pelan tubuh Joshua. Joshua medengus sebal. Ntah apa lagi yang perlu dia perjelaskan. Dia yakin wanita itu juga punya perasaan cuma ditutupi dengan prinsipnya sendiri. Mau macam mana lagi Joshua bukan robot yang bisa mengeset hatinya ingin berlabuh kepada siapa. Sama sekali dia tidak menyangka permainan takdir membawa Joshua bertemu kembali dengan sosok wanita yang menjadi idamannya sekian lama dulu.
" Ari, apa kamu tidak melihat kesungguhanku kepadamu. Atau kamu punya kerisauan lain yang tidak bisa kamu ungkapkan. Aku siap mendengarkan setiap alasan mu. Persetan dengan hubungan majikan dan karyawan ketika ini. Ia tidak sama sekali ada sangkut pautnya dengan perasaan. Rasa itu bukan kerjaan yang bisa kita atur Ari. Kita ini manusia biasa, sama saja di sisi Tuhan", jelas Joshua panjang lebar seakan merasakan Ariana hanya berusaha keras menafikan rasanya kerana jurang yang terjadi di antara mereka. Ariana tetap senyum dan memandang Joshua seperti mengiyakan apa saja yang keluar dari mulut Joshua.
"Aku tidak pasti dengan rasa ku sendiri Josh", Ariana menunduk. Dia sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. Ariana tidak tahu sama ada rasa yang dia punya ketika ini rasa mengagumi sosok Joshua atau sebuah rasa cinta. Dia sungguh tidak pasti. Joshua mengangkat dagu Ariana dan menatapnya seakan ingin menerima lebih banyak penjelasan dari wanita itu. Dia tidak ingin berlengah lagi. Mereka harus memutuskan semuanya malam ini. Jika Ariana tidak sudi maka dia akan berhenti menunggu dan belajar unutk melupakan rasa itu sesungguhnya. Rasa ini sangat sakit sekali jika terus disimpan dalam hatinya. Dia bukan malaikat.
"Aku akui aku sangat senang bersamamu. Malah aku seperti kebiasaan dengan kehadiran mu setiap hari. Selama kita bersama menjalankan projek ini, aku akui seperti punyai rasa berbeda sekali. Aku merasakan perasaan yang aku cari selama ini aku temui. Aku berasa selamat dan dilindungi saat kita bersama tapi aku tidak punyai pengalaman dalam mengurus hatiku. Aku keliru sekali", jelas Ariana dengan mata berkaca-kaca. Dia benar-benar sebak seolah tidak ingin jika Joshua berkata akan menghentikan segala perhatiannya kepada Ariana. Dia akui dia sudah cuek sekali dengan Joshua dan lelaki itu tidak pernah berputus asa dan selalu berusaha meluluhkan hatinya tidak kira di mana. Dia tidak kisah dengan pandangan negatif orang cuma saja dia benar-benar tidak tahu menggambarkan perasaannya.
"Aku yang pertama Ari? Apa aku pria pertama yang menyatakan rasa ini kepadamu?", Joshua benar-benar ingin tahu. Dia seakan mendapat jawapan setelah mendengar jawapan dari Ariana. Ariana hanya tidak bisa mengerti rasa yang hadir dalam dirinya. Dia percaya rasa itu bukan dibuat-buat melainkan hadir dengan sendiri dan tidak kisah bagaiman caranya ia hadir membahagiakan diri. Tidak ada siapa yang salah jika ia bersangkutan dengan rasa cinta yang sukar untuk dimengertikan oleh siapa pun di dunia ini.
"Iya, sebab itu aku keliru tidak tahu jika ia hadir kerana kebiasaan atau aku yang berlebihan merasakan jika bersama kamu aku berasa selamat dan dilindungi", suara Ariana parau saat ini.
"Cinta hadir kerana kebiasaan sayang", Joshua mengusap pipi Ariana mengesat air mata yang luruh tanpa berhenti dari tadi. Sungguh dia tidak tega sekali melihat Ariana seperti ini. Wanita itu tidak pantas bersedih. Dia hanya perlu merasa bahagia jika bersama Joshua.
" Apa kamu mau memulai perhubungan yang serius dariku sayang?", penjelasan saja tidak cukup untuk mengesahkan status mereka berdua. Ariana hanya mengangguk. Dia yakin rasa yang hadir dalam hatinya selama ini bukan rasa sebatas teman sekerja tapi rasa sayang yang muncul tiba-tiba tanpa dia sedari. Joshua lelaki pertama yang berjaya membuka hatinya. Joshua tersenyum di sebalik pelukan mereka. Dia sungguh senang sekali dan berulang kaji melabuhkan ciuman sayang di puncak kepala wanita itu. Dia sungguh bahagia sekali. Persetan dengan apa pun. Dia menjadi pemenang di hati Ariana sudah cukup membuatkan dia berasa dunia ini hanya milik mereka berdua.
Pelukan terlerai. Joshua mengecup ringan kening Ariana. Saling menatap sesama sendiri seolah sedang berbagi rasa yang selama ini mereka pendam tanpa sedar. Mereka berasa bahagia sekali dan seolah berasa beban mereka terlepas begitu saja. Terutamanya Ariana, tidak tahu mengapa dia berasa sangat lega saat melepaskan semua rasa itu. Mereka akhirnya duduk bergandingan sambil menonton tv. Tangan Ariana masih dalam genggaman Joshua. Merasakan elusan lembut itu memberi maksud bahawa Joshua amat menyayanginya dengan tulus sekali. Suasana hening di antara mereka hanya ditemani suara dari movie yang sedang mereka tonton. Berdiam diri dan memberikan masa kepada diri mereka sendiri jawapan terbaik pada ketika ini. Biar saja batin mereka saling berganti rasa dan membunuh segala kecanggungan yang berlaku. Ariana tanpa sedar menyandarkan kepalanya di bahu Joshua. Joshua tersenyum singkat dan mengelus kepala itu. Manja sekali Ariana seperti ini, tidak seperti saat wanita itu bekerja. Dia masih seorang wanita yang menginginkan perhatian dan butuh kasih sayang dari seorang pria.
" Josh, apa kamu ingin cokelat panas", tanya Ariana sambil menatapnya dengan senyuman manis. Joshua mengangguk sepertinya mereka perlu melakukan sesuatu unutk memecahkan keheningan. Mendadak menjadi pasangan itu sedikit canggung apa lagi terjadi sedikit drama seakan memaksa sebentar tadi. Joshua ketawa dalam hati. Mematikan tv dan menggantikannya dengan alunan muzik santai. Bergerak ke ruang makan dan memerhatikan Ariana yang sedang menyiapkan cokelat panas. Tidak sedar Ariana menyodorkan gelas itu kepada Joshua. Mereka duduk bertatapan.
"Sayang kamu tidak ingin menginap di sini. Esok lagi liburan kan", Joshua bertanya. Ariana masih malu hanya menggelengkan kepala. Joshua gemas sekali melihat wanita ini.
"Josh jangan begitu dong, aku malu sekali", merah padam muka Ariana seperti kepiting rebus. Joshua hanya ketawa.
" Josh apa bisa kita merahsiakan semua ini. Aku belum siap dengan semuanya. seakan semua ini seperti mendadak sekali", Ariana memohon dan berasa lemas. Dia risau sekali dan belum siap berdepan dengan sindiran di kantor nanti.
" Ya sayang, aku tahu kerisauan kamu. Malu banget sih kamu sayang. aku saja ngerasa semua ini seperti hadiah kepulanganku. Lagi pula kenapa sih mau psuing segala macam dengan omongan orang", Joshua tidak faham dengan fikiran Ariana. Baginya tidak ada apa yang perlu mereka malu dan sembunyikan. Rasa itu asli dan Ariana tidak berbuat macam-macam mengodanya.
" Aku hanya pengen menyesuaikan diri Josh, pasti canggung kan kamu baru saja menyadang jawatan CEO tiba-tiba punyai hubungan asrama dengan assistenmu sendiri. Gosip itu bisa membunuh kredibiliti orang Josh. Aku bersusah payah mendapatkan posisiku saat ini. Setelah projek ini selesai aku pasti ngak masalah kalau memang semua ini perlu dipublikasikan", terang Ariana panjang lebar. Dia juga tidak ingin terbuai-buai dengan rasa dan status mereka kini yang bukan lagi seorang majikan dan karyawan tetapi pasangan kekasih. Ariana ke dapur mencuci gelas dan mengikuti Joshua yang kembali duudk di sofa.
"Josh kamu setuju kan. Aku masih canggung dengan semua ini. Ini pertama kali lohh aku berhubungan serius dengan pria. Aku masih ngerasa tidak percaya", Ariana mengungkapkan fakta bahawa Joshua lelaki pertama yang berjaya merebut hatinya. pengakuan spontan itu menyebabkan Joshua tersenyum senang.
"Aku sudah bilang sayang aku bangga sekali menjadi yang pertama dalam segala hal bersama mu", Joshua ketawa melihat Ariana yang seakan salah tingkah dan malu-malu.
"Iya sayang aku ngerti kok. Aku percaya kita bisa membezakan urusan peribadi dan kerjaan. Saat di kantor aku tetap menjadi atasan kamu. Jika itu yang kamu risaukan, ya sudah kita jalani saja semua ini", Joshua mengenyit nakal. Ariana senyum manis. Dia mengucapkan terima kasih dengan pengertian yang sudah Joshua berikan.
"Josh ini sudah malam sekali, kamu udah baikan kan. Aku pamit pulang ya", Ariana melihat jam di tangan. sudah jam setengah sepuluh. Dia tidak pernah selewat ini pulang ke rumah kecuali punya urusan kantor yang menuntutnya bekerja sehingga larut malam. Joshua diam sejenak dia berfikiran Ariana akan menginap. Ya, dia masih terbawa-bawa kehidupan penuh sosial di luar negeri dulu. Bahkan tinggal bersama seperti pasangan suami isteri itu seperti budaya di sana. Dia memandang Ariana yang sedang sibuk mengecek tasnya seperti melihat jika ada yang kurang.
"Ini sudah malam sekali Ari, apa kamu tidak ingin menginap saja. Ngak ngapa-ngapain kok. Hanya tumpang istirehat. Kamar tamu juga ada. Aku ngak akan macam-macam', tawar Joshua kembali. Ariana mendekat dan menerangkan pelan bahawa tidak manis sekali dia menumpang tidur di rumah kekasihnya. Lagipula apartment Ariana berada di daerah yang sama hanya perlu memandu lebih kurang lima belas minit untuk sampai.
"Ya sudah. Maaf aku masih sedikit pusing. Sudah baikan dari tadi tapi masih berada pusing jika melakukan banyak pergerakan. Kamu ngak apa-apa kan", Joshua ngerasa bersalah. Baru saja memutuskan untuk bersama sebagai pasangan kekasih tapi hal sepele begtu dia tidak mampu tunaikan.
"Hahahah perkara biasa aja, aku juga sudah biasa mandiri. Ini hanya memandu sebentar", Ariana mengambil tas dan menghulurkan tangan. Berniat untuk menyalami Joshua. Joshua terharu sekali melihat perlakuan spontan Ariana. Dia ngerasa tidak sabar ingin memiliki wanita itu seutuhnya. Perlakuan itu membuatkan Joshua berasa dia sangat dihargai dan dihormati. Menerima huluran tangan Ariana yang menyalami dan mengecup punggung tangannya memberikan rasa yang berbeda sekali. Joshua mendaratkan kecupan ringan di dahi Ariana saat menghantarnya ke pintu.
"Kabarin ya sayang bila udah sampai ke rumah. Aku tunggu", Joshua berteriak sedikit sebelum Ariana masuk ke dalam lift menuju ke parkir. Dia senang sekali malam ini. Tuhan amat baik memakbulkan semua permintaannnya. Masuk ke dalam rumah dan terus ke kamar mandi mencuci muka dan menyikat gigi. Dia ingin segera berbaring dn menikmati malam bahagianya di kasur. Sabar menunggu pesan dari sang kekasih. Tidak menunggu lama ponsel Joshua berbunyi menandakan ada pesan masuk.
Ariana : Josh, aku udah di rumah. Kamu istirehat saja, setelah ini aku ingin ngecek email sebentar. Jangan lupa minum segelas air putih ya sebelum tidur. Jangan banyak pikiran.
Joshua : Sayang kamu beda sekali ya bila punya hubungan spesial sama aku. Kamu ngak reply aku sepatah aja hahahhaha.
Ariana : Ya sudah aku dam aja.
Joshua : Hahahahha jangan gitu dong. Ya udah berehat sayang. Jangan bergadang terus. Kerjaan bisa ditunda esok kan.
Ariana : Hanya ngecek aja. Ya sudah kamu istirehat yang benar. Besok aku siapin sarapan kamu. kamu pengen makan apa. aku bawain dari sini aja. Tadi aku lihat kulkas kamu kosong cuma ada makanan instan.
Joshua : Yang penting ngak berat sayang. Aku ngak biasa makan nasi awal pagi.
Ariana : Oke Josh. Rehat sana. Selamat malam.
Joshua : Ya sayang. Mimpi aku ya. Rindu kamu banget.
Ariana tidak membalas pesan itu lagi. Joshua ngak akan tidur selagi dia membalasnya. Mengambil tablet dan mengecek email yang masuk Ngak ada yang penting. Dia segera ke kamar mandi. Ariana juga berasa sedikit lelah ingin merehatkan badan secepatnya. Malam ini kedua orang insan itu tidur dengan damai dan berasa bahagia sekali.
****
Ariana tiba awal di kondo Joshua. Untung saja semalam Joshua sempat memberikan kod kunci masuk rumah itu jadi dia ngak report menekan bell. Sepertinya Joshua masih lena tidur. Ariana menyiapkan sarapan setelah itu baru akan membangunkan Joshua. Sebelum sampai tadi dia juga sempat singgah ke pasar membeli barang dapur. Mengisi kulkas dengan pelbagai sayur dan buah. Dia juga membeli sedikit daging tadi. Mumpung pasar sedikit lenggang hari ini. Setelah siap dia menuju ke kamar Joshua dan menggelengkan kepala melihat Joshua yang masih terlena di sebalik selimutnya.
" Josh, bangun ini sudah hampir jam sembilan pagi. Ayoh kita sarapan dulu", panggil Ariana lembut sambil menggerakkan bahu Joshua. Joshua menggeliat. Dia dengan pantas menarik leher Ariana dan memberikan kucupan. Ariana kaget segera memukul lengan pria itu. m***m sekali.
" Ihhh kamu m***m sekali Josh. Udah bangun gih mandi sana. Aku sudah siapin sarapn, aku tunggu di ruang makan ya", Ariana segera menegakkan badan dan keluar dari kamar Joshua. Joshua hanya ketawa dan segera ke kamar mandi. Tidak lama kemudian Joshua tiba. Mereka mula bersarapan. Joshua tidak henti memuji masakan Ariana. Siap bersarapan Ariana segera mengemas dapur. Hujung minggu seperti ini Joshua akan balik ke kediaman Anthony. Dia sudah berjanji dengan Maria akan berkunjung setiap minggu jika tinggal sendirian di luar. Joshua anak yang taat dia tidak akan melanggar janji yang telah diperbuat.
"Josh kamu gerak jam berapa ke rumah mama", tanya Ariana sambil menyusun pinggan ke rak.
"Sebentar lagi sayang, kamu ikut sekali ya", Joshua masih menopang dagu di meja makan melihat Ariana berberes di dapur.
"Ngak ahh..aku sudah lama ngak ke panti. Aku udah janji dengan Bunda bantu masak makan siang nanti", jelas Ariana.
Joshua mengangguk. Dia bangga sekali punya kekasih seperti Ariana. Dia tahu setiap hujung minggu Ariana akan ke panti asuhan berdekatan kantor untuk membantu. Pernah sekali Ariana membuat proposal untuk memohon sumbangan dari perusahaan untuk membaiki bangunan panti yang sudah semakin usang itu. Joshua tidak menolak sama sekali. Tambah lagi menjadi tanggungjawab sosial bagi sebuah perusahaaan properti menyumbangkan sesuatu kepada mereka yang kurang berkemampuan apa lagi sebuah bangunan panti asuhan yang menjaga anak-anak yatim.
"Sayang lain kali aku ikut kamu ya, minggu ini udah janjian sama mama untuk makan siang bareng. Kakak ku juga pulang bersama isteri", Joshua berdiri dan terus ke kamar. Dia tidak ingin membuang waktu. Maria pasti ngambek kalau Joshua sampai kelewatan dari kedua kakaknya. Maria benar-benar tidak suka dengan perilaku akak iparnya yang sombong sekali. Jauh sekali sikap mereka berbanding Ariana yang bijak mengambil hati Maria.
Mereka bergandingan tangan menuju ke lantai parkir. Joshua membukakan pintu mobil dan memberikan kucupan di dahi Ariana seperti biasa. Mereka akan berpisah di sini dan bergerak sendiri ke tempat tujuan masing-masing. Ariana seperti biasa menitipkan banyak pesan kepada Joshua. Joshua hanya senyum mendengarnya. Sungguh senang sekali punya seseorang yang mengambil berat tentang dirinya. Dia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Dulu dia yang sentiasa bermati-matian berusaha mengambil hati pacarnya sehingga mengabaikan diri sendiri. Malah dia akan mengabulkan apa saja yang diminta oleh pacarnya.
" Ya sudah, kamu hati-hati nyetir ya sayang. Kabarin aku seperti biasa. Nanti aku sampaikan salam sayang peluk cium kamu ke mama. Mama pasti merindui kamu", Joshua berkata sambil menutup pintu. Ariana mengangguk dan segera bergerak. Joshua masih berdiri di parkir dan masuk ke mobil setelah kelibat mobil Ariana hilang dari pandangannya. Tidak lama kemudian dia tiba di kediaman mewah Anthony.
"Ma, ini Josh udah sampai. Mama lagi di mana", teriak Joshua dari muka pintu. dia tidak melihat Maria di sekitar ruang keluarga. Menuju ke dapur dan tidak menemui Maria. Joshua heran sekali. Segera bergerak ke ruang keluarga lagi. Menarik nafas lega bila melihat Maria keluar sambil tersenyum dari bilik baca Anthony. Segera menyalami Maria dan mengecup kedua belah pipi mama nya. sungguh dia sayang sekali dengan wanita ini. Malah pernah berjanji akan memberikan menantu yang menepati kriteria mama nya. Melihat senyum manis Maria, dia ingin sekali mengatakan bahawa Ariana kini sudah sah menjadi kekasih hatinya.
"Kamu ngak bawa Ari, Josh", tanya Maria dengan sayu. Sekian lama Ariana tidak berkunjung ke rumah kerana sibuk dengan projek mega yang sedang mereka usahakan.
"Ngak ma, Ari kan kalau waktu segini ke panti ma. Mama lupa", jawab Joshua sambil memimpin Maria ke sofa. Maria mengangguk senang. dia pernah ke panti bersama Ariana suatu masa dulu. Senang sekali melihat anak muda yang tidak melupakan tanggungjawabnya kepada sesama insan. Maria tahu Ariana merindui keluarganya yang jauh di desa malah kesemua adiknya kini kuliah di luar negeri.
"Ya ngak apa-apa tapi bisa ngak kamu nanti bila kerja makan siang di rumah nak. Mama rindu sekali dengan Ari", pohon Maria. Dia berasa sangat senang jika bersama Ariana. Ariana selalu setia mendengar semua cerita yang ingin dia kngsikan. Malah sudi menjadi teman curhatnya. Tidak pernah malu berjalan sama di shopping mall menemani Maria membeli keperluan. Malah dia sangat merindui saat mereka membeli barang kelengkapan dapur bersama. Ariana tidak canggung dengan hiruk pikuk pasar dan sangat tahu bahan-bahan masakan yang perlu dibeli. Mana tidak Ariana sungguh ramah dengan semua penjual dan bijak bernegosiasi saat membeli barang.
"Ya ma, minggu depan Josh punya kerjaan di sekitar sini. Nanti Josh bawa Ari bersama ya. Dari tadi hanya nanyain Ari terus. Josh cemburu sekali ma", Joshua berpura-pura merajuk. Maria ketawa dan segera membawa Joshua ke dapur. Dia tidak berminta untuk memasak kali ini. dia akan memberikan intruksi saja kepada bibi. Makan siang bersama menantunya sebentar nanti seperti tidak emmberi kesan kepadanya. Berbeza dengan Ariana dia sungguh bersemangat sekali menyediakan makan siang. Menantunya seperti tidak suka dengan segala macam makanan yang Maria masak. Lidah mereka sepertinya tidak sama. Selera mereka beza sekali.
Tidak lama kemudian kedua abang Joshua tiba dan isteri sepertinya tidak senang. Muka mereka cemberut sekali dan hanya memberikan senyuman paksa. Makan siang juga sungguh hening seperti tiada apa yang menarik untuk dibicarakan sama sekali.
"Pa, aku butuh biaya untuk restoran baru ku di Singapore", tanya kakak Joshua tanpa basa-basi.
"Mana saja uang hasil perusahaan katering dan restoran kamu Neil", tanya Anthony. dia sungguh heran. Dari pengamatannya perusahaan tu tidak kalah maju dengan perusahaan properti yang sedang diusahakan oleh Joshua. Dia percaya kesemua anaknya punya karisma sendiri dalam mengurus perusahaan.
"Aku lagi butuh Pa, Jess perlu sedikit uang buka usaha butik. Aku ganti nanti Pa. Sekarang aku lagi perlu uang untuk cover renovasi di restoran di Singapore".. Joshua melihat jelas kakak iparnya senyum tanpa rasa bersalah. Sungguh serakah sekali wanita itu. Anthony hanya menghela nafas kasar dan mengiyakan permintaan anaknya. Dia bisa menebak kehadiran kedua anaknya hari ini punya tujuan lain selain makan siang bersama. Hanya Joshua yang sentiasa tulus bersama dnegan orang tua.
"Kamu Nathan butuh uang juga", tanya Anthony terus. Nathan seakan terkejut tapi mengiyakan. Anthony tidak banyak cakap. MAria kelihatan sungguh kecewa sekali. Ya dia tidak memasak makan siang ini tapi dia benaran rindu dengan anak-anaknya. Dia tidak peduli dengan menantunya yang asyik bersosial itu tapi sudah begitu lama dia tidak menemui mereka. Joshua saja yang sering memberi kabar dan menjenguknya di rumah.
Sungguh tidak disangka setelah menerima cek dari Anthony, isteri kedua anaknya buru-buru pulang. Sungguh mengecewakan sekali. Joshua ingin marah tapi mengurungkan niatnya. Perasaan kedua orang tuanya paling penting sekali ketika ini. Dia ingin menghiburkan kedua orang tuanya. Dia sedih sekali melihat Maria menitiskan air mata dan mengesatkan curi-curi. Baru ingin menuju ke ruang baca Anthony ponselnya berbunyi. Ariana menelepon. Dia tersenyum manis.
Joshua : Sayang kamu lagi dimana..
Ariana : Aku baru selesai ini baru siap mandi mau pulang. Kamu udah makan siang Josh.
Joshua : Ya baru saja. Sayang bisa ngak kamu datang ke rumah. Mama lagi sedih aku bingung mau ngapain. Mama ngak akan curhatan sama aku.
Ariana : Memangnya kenapa Josh. Bukannya kakak ipar kamu lagi berkunjung ke rumah.
Joshua : Ngak usah bahas mereka sayang. Kamu juga tahu kan mama bukan senang dengan mereka. Kamu datang ya sayang. Mama lagi sedih.
Ariana : Ya sudah, aku juga sudah selesai. aku terus mampir ke sana.
Joshua : Terima kasih sayang. Sayang kamu banget. Ya sudah kamu hati-hati ya. Aku samperin mama dulu.
Ariana hanya tersenyum sambil mematikan telepon. Dia segera menuju ke mobil. Dia tahu Maria pasti amat sedih ketika ini. Dia sangat sayang dengan wanita paruh baya itu. Sementara itu Joshua menemui Maria. Maria sungguh senang mendengar berita Ariana akan segera ke sini. Sinar bahagia terpancar indah dari bola matanya. Anthony juga sangat senang. Ariana sosok anak yang bisa menggembirakan orang tua. Dia juga senang dengan Ariana yang punya banyak idea menghiburkan mereka. Joshua memandang bahagia kegembiraan yang terbit ari muka orang tuanya. Sungguh kisah curi-curi cinta yang sedang mereka jalani ketika ini memberikan banyak suprise dan pasti akan menggembirakan orang tuanya. Dia sangat bahagia.