Tidak sedar sudah enam bulan lamanya Joshua menjalinkan hubungan serius bersama Ariana. Sesuai dengan persetujuan bersama mereka menjalani hubungan itu dengan senyap dan bersikap profesional saat di kantor. Projek pertama yang mereka usahakan berhasil dan mendapat pujian dari semua pihak. Joshua mengadakan rapat bersama semua team divisi yang telah bersusah-payah menjayakan projek ini.
Joshua mundar-mandir di ruang kerjanya. Dari tadi dia berusaha untuk menghubungi Ariana. Ada rasa khawatir kerana sejqk pagi tadi dia tidak dapat menghubungi sang kekasih. Lebih-lebih lagi pagi tadi kondisi kesihatan Ariana sedikit kurang membaik. Dia semakin salah tingkah dan emosinya seakan ingin memuncak.
"Kamu ke mana saja Ari?", tanya Joshua sedikit meninggi saat kekasih menjawab telepon. Ariana terkejut sekali ini pertama kalinya Joshua meninggikan suara.
"Maaf tadi aku lagi nyetir, ini baru sampai di parkir. Rapat belum dimulai kan?", Ariana seperti biasa menjawab dengan penuh kelembutan.
"Huhhh kamu merisaukan ku sayang, maaf aku sedikit kasar. Aku tungguin kamu di sini ya?", Joshua sedikit menyesal kerana gagal mengawal emosi. Ariana hanya mengiyakan dan segera beredar dari parkir.
Ariana terus menuju ke ruangannya dan mengumpulkan segala laporan pembangunan dan perkembangan projek hunian berkonsepkan botanical itu untuk dibawa ke ruang rapat. Lima belas menit lagi rapat akan dimulai. Dia segera ke ruang rapat dan melihat sudah ada beberapa kepala team sudah mengambil tempat. Joshua tiba tepat waktu dan semua orang menunduk memberikan hormat.
"Karena tiada lagi yang perlu kita revisikan. Kita bisa fokus untuk proses akhir pembangunan", Joshua sungguh senang projek ini berjalan lancar dan dia sangat pasti projek ini bisa terealisasi dan selesai dalam target yang sudah perusahaan tetapkan.
"Pak, team pembangunan sudah berbincang dengan kontraktor dan kami yakin projek ini bakal selesai dalam empat bulan ke depan", kepala divisi pembangunan memaklumkan. Joshua mengangguk faham dan yakin dengan keupayaan mereka.
"Ari apa di bahagian pemasaran sudah menyelesaikan masalah model untuk mempromosi projek ini?", rapat sebelumnya mereka masih belum menemukan konsep bagi pelancarkan projek ini kerana belum bisa menemukan model yang sesuai.
"Ya Pak, saya tadi barusan baru berjumpa dengan agensi permodelan dan mereka sedang dalam peringkat tapisan akhir untuk kita pilih siapa model yang bakal mewakili projek kita", ya tadi Ariana sedikit lewat tiba di kantor kerana berusaha merampungkan masalah pencarian model.
"Kalau begitu lanjutkan semua pekerjaannya. Aku percayakan semuanya kepada kalian. Aku rasa pertemuan ini hari ini sudah cukup. Kalau ada yang kurang atau lebihnya kita bahas lagi di lain waktu", Joshua mengakhiri rapat dan segera keluar. Sebentar lagi waktu jam kerja selesai, dia tidak ingin mengambil masa karyawan dan ingin mengajak kekasihnya makan siang.
Joshua menghemparkan badan di sofa. Dia sungguh lelah sekali mengurus proyek ini mumpung sudah sampai di fasa terakhir. Memejamkan mata seketika dan merogoh ponsel di saku jas ingin menghubungi Ariana yang sejak tadi belum kunjung tiba di ruangannya. Entah apa saja yang sedang dilakukan oleh wanitanya padahal rapat sudah habis sejak tadi.
"hrmm kamu cuekin aku lagi sayang", gumam Joshua. Berulang kali membuat panggilan namun Ariana tidak mengangkat telepon. Segera menghantar pesan.
" Sayang kamu lagi ngapain. Kok ngak angkat telepon"....lima belas menit berlalu tiada balasan.
" Sayang.....
" Kamu ke mana sihh....
" Awas ya pulang nanti aku beri hukuman. Berani sekali kamu cuekin aku sayang......
" Sayang.....
Tiada sebarang balasan dari Ariana. Joshua segera ke meja kerja dan mengambil beberapa berkas yang perlu dia tandatangan. Membiarkan seketika masalah Ariana yang tidak membalas pesannya. Akhirnya semua berkas itu habis disemak. Joshua semakin heran. Melangkah keluar menuju ke ruangan Ariana namun tiada sesiapa di sana.
" Haishhh ke mana saja anak ini", emosi Joshua semakin tidak terkawal. Dia benar-benar tidak suka diabaikan seperti ini. Segera menuju semula ke kamarnya dan berusaha menenangkan diri. Joshua sedang tidak baik-baik saja. Dia berasa marah dan khawatir dalam masa yang sama. Tiba-tiba dia mendengar pintu diketuk keras.
" Masuk...
" Tuan, mbak Ariana pingsan di lobi sebentar tadi. Pak Jonathan minta saya segera maklumkan tuan...
" Apa !!! Dimana dia sekarang... Joshua buru-buru berdiri, dia sungguh khawatir sekali. Berbagai mjuncul di pikirannya. Sungguh dia sangat cemas sekali.
" Lagi dibawa ke ruang perawatan Tuan..sejak tadi mbak masih belum sadar dari pingsan. Kata team kesihatan mereka berencana membawa mbak ke hospital segera..
Tidak menunggu lama Joshua segera menuju ke lift dan bergegas ke lantai dua kantor. Dia panik sekali. Tidak pernah Ariana mengalami kejadian seperti ini.
" Dok, Ari lagi kenapa..Jelas kekhawatiran di muka Joshua.. Doktor yang memang ditugaskan di kantor untuk kebajikan para pekerja sedang sibuk mengecek suhu badan Ariana.
" Saya kurang pasti Tuan, saya juga baru tiba. Sepertinya kita perlu bawa Ariana ke rumah sakit..
" Ya sudah kamu di sini saja biar saya yang bawa Ariana.. Joshua segera merengkuh tubuh Ariana terburu-buru menuju ke mobil.. Beberapa karyawan membantu Joshua hingga ke mobil. Mereka juga risau akan kondisi Ariana yang tiba-tiba saja jatuh pingsan. Joshua melajukan mobil ingin segera tiba di rumah sakit.
" Gila ini anak seperti ketiduran padahal orang bingung semua..kamu kenapa sihh", Joshua merengus. Tiba di rumah sakit dia segera mengangkat Ariana dan menuju ke ruangan UGD mendapatkan pertolongan secepatnya. Joshua menunggu dengan cemas di luar. Dia seperti tidak dapat berfikir dengan baik.
" Helo ma, Ari lagi di hospital. Josh risau banget ma. Apa mama bisa ke sini", Joshua akhirnya memutuskan menghubungi Maria.
" Apa sayang?!! Ya sudah mama ke sana sekarang", Maria sungguh terkejut sekali. Tanpa aba-aba dia memanggil suaminya dan mereka segera ke rumah sakit. Ariana sudah seperti anak mereka sendiri. Tidak pernah sekali Ariana mengalami kondisi seperti ini.
*****
"Apa yang terjadi nak. Ari baik-baik aja kan. Kamu ngapain sampai Ari bisa pingsan kek gini Josh", Maria yang baru tiba mencecar begitu banyak pertanyaan. Dia sungguh gelisah sepanjang perjalanan ke rumah sakit tadi. Anthony merangkul pundak Maria mencoba memberi ketenangan.
"Ma, Josh juga ngak tahu ma. Josh ngerasa bersalah ma. Sememangnya kantor masih banyak kerjaan ngejar dateline proyek", jawab Josh melemah. Dia terus memandang ke ruangan UGD merisaukan sang buah hati.
"Ya, sudah. Kita seharusnya berdoa dari mencari silapnya di mana. Papa yakin Ari pasti baik-baik saja. Mungkin hanya kelelahan", Anthony mengingatkan sang ibu dan anak. Kedua mereka hanya mengangguk. Anthony memapah Maria duduk di kerusi manakala Joshua tetap mondar-mandir di depan ruang perawatan.
Tidak lama pintu UGD terkuak. Mereka buru-buru mendekati doktor.
"Dia ngak apa-apa kan dok. Tiada masalah serius kan", tanya mereka bersamaan saat melihat doktor keluar dari UGD. Sang doktor tersenyum melihat kekhawatiran tiga beranak di depannya.
"Pasien hanya kelelahan juga kekurangan air dalam badan. Dia perlu total istirehat kerana tekanan darahnya drop sekali sehingga pitam. Cadang saya agar pasien tinggal di rumah sakit agar kami bisa memastikan tiada apa-apa masalah lain"..
"Baik doktor, saya mohon tempatkan anak saya di ruang perawatan vvip", Maria menginginkan yang terbaik untuk Ariana. Dia menjeling ke arah Joshua seolah menyalahkan Joshua akan kondisi Ariana saat ini.
"Kalau begitu akan saya utarakan hal ini secepatnya ke pihak administrasi. Permisi bu", ujar sang doktor.
"Josh apa di kantor banyak sekali pekerjaan", tanya Anthony. Joshua salah tingkah kerana akibat kecerewetannya banyak hal perlu diselesaikan oleh Ariana sendiri.
"Papa memang ngak ada niat lagi mencampuri urusan kantor tapi papa yakin team kantor saling mendukung. Apa kamu tidak mepercayai kemampuan mereka", tanya Anthony.
"Ya pa, Josh sadar sikap sukar percaya masih ada. Josh juga menyesal sudah menyebabkan Ari sakit begini", jawab Joshua sambil menundukkan kepala. Dia sungguh sedih melihat kondisi Ariana yang sedang lemah.
"Sudah, malu-maluin pa, josh..Ini rumah sakit ngak ada apa pun hal berkaitan kantor mahu pekerjaan dibahas di sini", tegas Maria sambil mengikuti perawat yang sedang menolak katil Ariana menuju ke ruangan vvip di tingkat lima.
Maria segera menempatkan diri di tepi bankar. Dia sungguh sedih dan air matanya tidak henti-henti mengalir. Ariana yang kelihatan sungguh lemah benar-benar meruntun jiwanya.
"Pa, Ari pasti baik-baik saja kan. Mama khawatir sekali", Anthony segera mendekati isterinya dan mengusap air mata yang mengalir. Sungguh dia berasa sangat sakit sekali melihat keadaan sang isteri yang bersedih.
"Ma, doktor sudah bilang Ari hanya kelelahan. Sebentar lagi pasti baikan", Anthony memujuk. Maria melototkan mata ke arah Joshua. Ingin sekali dia memarahi Joshua.
"Ma, maafin Josh ya", Joshua benar-benar rasa bersalah.
Anthony menuntun Maria ke sofa. Risau jika tangisan Maria membangunkan Ariana yang masih dibawah pengaruh obat. Maria menghamburkan pelukan di d**a suaminya. Anthony mengusap pelan punggung isterinya berharap ia berasa lebih tenang.
Joshua yang tadi hanya berdiri mendekati Ariana dan duduk di sampingnya. Mengusap pelan wajah pucat sang kekasih dan mengambil tangan Ariana. Anthony yang sedang memeluk isterinya terkesiap. Perlakuan Joshua amat berbeda. Dia melihat dengan jelas itu bukan perhatian yang biasa.
Tanpa Joshua sedari dia mengelus pelan tangan kekasihnya dan mengecupnya lama. "Maafkan aku sayang", gumam Joshua di dalam hati. Anthony yang memandang dari sofa semakin heran. Kerisauan mula menjalar di hatinya.
"Erghhh", kedengaran suara Ariana. Dia berasa perih sekali. Berusaha membuka mata dan terkejut melihat infuse di tangan. Erangan kecil itu menyadarkan semua yang berada di ruangan. Maria melepaskan pelukan dan segera berdiri.
"Syukur kamu udah sadar", Joshua tanpa sadar melabuhkan ciuman di dahi Ariana dan segera menekan tombol kecemasan berniat memanggil doktor.
"Josh apa-apaan kamu", teriak Maria. Dia seperti Anthony terkejut melihat perlakuan Joshua yang melebihi dari seorang atasan. Sungguh dia risau sekali.
Joshua punya masa lalu yang sedikit tragis. Joshua juga amat perhatian dengan Rachel mantan kekasihnya. Maria risau jika Joshua khilaf dengan perasaannya sendiri kerana anak kesayangannya itu pernah menderita psikomatis yang teruk. "Ya tuhan jangan-jangan Joshua lagi menganggap Ari sebagai Rachel", gumam Maria dalam hati.
Joshua salah tingkah. Dia risau sehingga lupa akan kehadiran sosok orang tuanya. Dia sudah berjanji akan merahsiakan hubungan mendadak mereka dari semua orang. Berusaha bersikap tenang.
"Apaan sih ma, Josh hanya risau dan ambil berat aja", Joshua memberi alasan.
"Ya ngak usah cium-ciuman segala. Ari bukan perempuan bule ya. Sesuka hati kamu mau cium", Maria menasihati walaupun dia sedang diruntun banyak persoalan. Anthony hanya mendiamkan diri. Kondisi Ariana perkara terpenting saat ini.
"Iya, Josh hanya risau", Joshua menjawab sambil ketawa kecil menyembunyikan perasaannya. Ariana pasti marah besar jika hubungan mereka sampai ketahuan walhal dia sudah berjanji akan merahsiakannya.
Doktor tiba dan segera mengecek kondisi Ariana yang masih lemah. Tidak ada apa yang serius. Tekanan darah juga sudah semakin normal. Hanya perlu istirehat total dan mengambil beberapa vitamin.
"Sayang kamu udah ngerasa lebih baik", lembut sekali Maria bertanya. Ariana berusaha bangun dan Joshua membantunya untuk duduk. Maria hanya membiarkan.
"Ngak apa-apa ma, hanya sedikit capek aja. Sebentar lagi pasti baikan", Ariana mengelus pelan tangan wanita itu. Perlakuan ini benar-benar menghangatkan hatinya. Ariana walau apa keadaan sekalipun tetap mengutamakan dirinya.
"Mama jewer nanti telinga Joshua. Berani sekali dia mengerah tenaga kamu sampai terkuras begini hanya kerana pekerjaan yang boleh dibagi-bagi", marah Maria. Ariana hanya tertawa kecil dan mengangguk.
"Ya sudah. Kamu pasti belum makan kan. Papa udah pesan makan siang sebentar lagi pihak cafe bawa ke sini", Anthony tahu jika Ariana pasti belum makan sejak pagi sebelum jatuh pingsan. Dia kenal benar anak itu bila bekerja.
"Terima kasih pa, ma. Maaf udah ngeropotin kamu", Ariana memberikan senyuman. Joshua yang berasa terabai mula bersuara.
"Ari kamu berat sekali tahu, terima kasihnya hanya untuk mama papa. Aku gendong kamu dari kantor lorr", adu Joshua. Ariana hanya ketawa kecil dan membiarkan Maria menjewer telinga anaknya.
"Ngak perlu ungkit-ungkitan Josh. Ini juga ulah kamu", Maria memarahi Joshua. Makanan yang dipesan tiba. Anthony segera menghentikan perdebatan anak-beranak itu.
"Ari kamu cuti aja seminggu, papa ngak mau kamu pingsan lagi. Proyek juga udah hampir selesai kan", Anthony seakan memerintah. Joshua salah tingkah dia bisa galau jika Ariana bercuti. Ngak masalah jika sang kekasih ngak ngelakuin apa-apa di kantor asal dia melihat kekasihnya setiap hari.
"Ishh apa-apaan sih pa. Seminggu itu lama sekali", protes Joshua. Maria yang sedang menyuapkan Ariana segera meletakkan sudu. Menjetak dahi putranya.
"Kamu ingat Ari itu mesin Josh. Ya harus berehatlah. Ngak usah dengarin Josh. Kamu istirehat ya nak", Maria mengusap pelan kepala Ariana. Ariana hanya mengangguk. Joshua melototkan mata kepada Ariana dan hanya dibalas senyuman manis dari sang kekasih.
"Papa yang minta Josh bukan Ari. Ngak bukan minta papa perintah", arah Anthony. Joshua benar-benar ngak karuan. Dia melanjutkan makan dan memprotes dalam hati.
"Dua hari aja Pa. Josh CEO papa ngak usah ikut campur. Josh janji ngak akan biarin Ari ngelakuin pekerjaan yang bisa ia stress di kantor. Cukup sekadar menemani Josh mengecek berkas", Joshua bertegas. Anthony dan Maria berpandangan. Sungguh ini bukan Joshua sama sekali. Joshua tidak peduli. Dia bisa mati kerinduan jika Ariana bercuti selama seminggu. Itu terlalu lama. Ariana hanya melongo melihat tingkah Joshua.
****
Setelah dua hari berehat dia rumah sakit kini Ariana dibenarkan keluar dan Maria menawarkan agar Ariana berehat di kediaman Anthony saja. Ariana menolak halus. Itu nama saja seperti mencari bala.
Ponsel Ariana berbunyi saat dia sedang mengemas barang. Mendengus sebal sekali melihat mesej itu dari Joshua.
Joshua : Sayang kamu udah siap? Aku jemput ya.
Ariana : Ngak perlu repot. Aku balik guna jasa taksi online aja. Kamu benaran kerja sana.
Joshua mengacak rambutnya. Ariana benar-benar menghindar darinya. Ntah apa saja yang dipikirin oleh buah hatinya itu. Joshua segera menelepon tidak berniat membalas mesej namun nihil Ariana hanya membiarkan panggilannya.
Joshua : Sayang..ya sudah kabarin aku setelah sampai di rumah ya..
Ariana : Okey..kamu lanjutin aja pekerjaanmu. Ada rapat penting sebentar lagi kan. Jangan bolos. Bye..
Joshua hanya terkesiap membaca mesej itu. Dia sungguh pantang dicuekin. Ariana menyulut emosinya sejak masuk rumah sakit. Rapat dengan wakil dari agensi permodelan mengurungkan niat Joshua menjemput Ariana. Dia segera menelepon Maria.
"Ma, ngak ke mana-mana kan", tanya Joshua terus.
"Kamu ihhh telepon mama bagi salam dulu dong", Maria sebal sekali. Anthony yang ada di sebelah hanya bisa ketawa. Ada saja tidak kena di antara isteri dan putra bongsunya.
"Ma, Ari udah dibenarin doktor keluar rumah sakit. Mama ngak jemput? Kata sayang sama Ari. Mama yang benar saja sih, masa Ari dibiarin guna jasa taksi ma?," cecar Joshua. Maria melongo di sebalik telelon. Bisanya Joshua berkata sedemikian.
"Kamu marah kenapa sih. Ya mama udah tau kok Ari sebentar lagi keluar", jawab Maria singkat.
"Mama udah tahu malah biarin Ari naik taksi ma. Apa papa udah ngak punya uang ngebayar gaji pemandu ma", ketus Joshua. Dia masih amat frustasi saat Ariana cuek sekali.
"Hey kamu apa-apaan sih Josh. Iya mama tahu la Ari udah kabarin mama dari pagi tadi malah menolak pelawaan mama. Dia juga bilang ngak mau dijemput. Salah mama di mana sih", tanya Maria. Joshua bukan menjawab malah mematikan telepon.
"Pa, Joshua ada apa sih. Mama risau pa. Papa faham kan?, Maria berkata sambil duduk berdepan dengan suaminya.
"Apa kita lansung tanyain ke Josh ma", Anthony menjawab. Dia juga panasaran dengan sikap protective putranya. Sungguh setelah setahun Joshua menyendiri dia seperti orang yang sedang bercinta apa lagi dengan segala perhatiannya kepada Ariana sangat berbeda sekali. Joshua bukan orang yang mudah mendekati mahupun mengambil berat tentang seseorang melainkan orang itu punyai kedudukan istimewa di hatinya.
"Pa, apa kerisauan mama benaran pa. Mama ngak tega ngebiarin Ariana menderita pa. Mama takut Joshua hanya khilaf dengan perasaannya sendiri", Maria benar-benar risau.
"Mama menyayangi Ari seperti anak mama sendiri. Ya mama pasti bahagia kalau benar mereka punya hubungan spesial pa. Tapi ini ngak mendadak kan", luah Maria lagi. Anthony hanya diam dan merasakan sama seperti isterinya. Ariana anak yang baik tidak mungkin dia membiarkan Joshua mempermainkan Ariana.
"Lebih baik kita tanyain dulu hal ini ke Joshua ma. Ngak enak sekali kita menerka-nerka seperti ini", Anthony akhirnya bersuara.
"Papa juga risau kalau perasaan Joshua itu hanya kekhilafan atau sekadar menghilangkan rasa kecewanya. Papa juga sayang banget sama Ari ma", Anthony tahu dia harus meluruskan segala ketidakpastian ini. Nekad untuk mencari tahu hal sebenarnya.
Sementara di tempat lain. Ariana yang baru tiba di apartment menghempaskan badan di kasur. Sungguh rumah adalah tempat terbaik untuk berehat berbanding dengan rumah sakit. Ponselnya berbunyi. Ya, Maria adalah sang pemanggil.
"Helo ma, maaf Ari ngak ngabarin mama Ari udah sampai rumah"..
"Ya ngak apa-apa. Kamu udah makan sayang",..
"Udah ma"..
"Petang nanti mama ke apartment kamu ya, mama udah masakin kamu bubur ayam"..
"Aduhh ma, Ari baik-baik aja ma. Paling tidak Ari turun ke bawah makan di cafe aja",..
"Hihihi mama kangen sama kamu",..
"Kelak Joshua ngambek deh ma. Dia itu cemburuan banget",..
"Kok kamu tahu sayang",...
"Ya tahu la ma, dia kan anaknya manja banget"..
"Ya sepertinya gitu la Joshua.. Sepupu kamu udah ngak tinggal bareng kamu lagi ya nak. Soalnya mama kemarin datang ngisi kulkas kamu tapi ngak ada orang di rumah"..
"Ohh iya ma. Eira lagi tinggal di kost sama temannya. Masa kerjanya ngak menentu ma jadi dia milih tinggal di daerah sekitar"..
"Ohh gitu. Jessica teman jamu juga pindah sayang"..
"Iya deh ma padahal Ari ngak masalah dia tinggal bareng Ari tapi malah milih tinggal di kuarters. Ya ngak apa la asal happy ya udah Ari ngikutin aja",..
"Ya udah kamu mendengin istirehat. Petang nanti mama ke sana ya"..
Ariana mematikan telepon. Sungguh dia merasa disayangi. Sesekali risau jika hubungan curi-curi bersama Joshua ketahuan. Dia bisa aja bersikap biasa tapi mustahil sekali Joshua. Lihat saja di rumah sakit bisanya hampir keceplosan. Untung saja bisa ditutupin dengan sandiwara murahan.
Baru ingin memejamkan mata ponselnya berbunyi nyaring. Joshua menelepon. Ariana hanya membiarkan. Dia sungguh lelah dengan sikap protective jejaka itu. Pesan masuk.
"Sekali lagi aku telepon kamu ngak angkat aku aduin ke mama kamu cuekin kekasih kamu"...
Pantas Ariana mendail nombor Joshua. Bisa gawat jika Joshua benar-benar ngelakuin itu semua.
"Kamu cuekin aku sayang"..
"Apa-apaan sih Josh. Kamu pikir ngugut aku kek gitu seronok ya"..
"Ya kamu yang dulu dong sayang"..
"Ada apa. Aku lagi butuh istirehat Josh"..
"Aku mau kabarin aja balik dari kantor aku singgah ya sayang"..
"Jangan gila kamu"..
"Aku kangen..udah dua hari lohhh..Aku temanin kamu ya. Aku udah pesan makanan dari resto kegemaran kamu"..
"Ngak usah mama ke sini petang nanti. Kamu ngak usah banyak tingkah ya"..
"Ya udah aku datang aja sekalian mama"..
"Ngak usah deh..mendingan kamu balik ke kondo istirehat"..
"Ngak mau..kalau kamu ngak benarin aku ngambek..aku telepon mama papa aja sekalian aku juga pengen jumpa kamu..Kalau kamu ngak mau jugak aku ngaku aja dehhh"..
"Joshuaaaaaaaaaaaaaa
Joshua mematikan telepon. Dia tahu Ariana ngak akan menolak. Dia sudah kangen separuh mati ngak ketemu dengan kekasih hatinya. Pesan singkat masuk.
"Ya udah kamu datang aja..ngak perlu repot pesan makanan mama bawain bubur ayam..kamu tega banget sihh ugut aku kek gitu"...
Joshua tersenyum.
"Sayang kamu..peluk cium dari jauh sayang"...
Ariana yang membaca pesan itu berasa sebal sekali. Benar-benar menguras emosinya. Dia butuh air dingin saat ini.
"Aku punya dosa apa saja di masa lalu punya kekasih nyebelin seperti ini"..