Sebagai satu-satunya seorang Putra diantara keempat kakak perempuan di keluarganya kedua orang tua Panca selalu mendidik laki-laki itu dengan keras, sejak kecil kedua orang tuanya selalu mengatakan dia harus menjadi laki-laki yang kuat dan laki-laki tidak boleh menangis, tapi keadaan ini benar-benar membuat hati Panca hancur hingga laki-laki itu kini menangis di tempat duduknya sambil menggenggam jemari yang masih terasa lunglai terbalut rasa dingin. Panca tidak menghapus air matanya, tidak berusaha mengelakkan jika dia memang benar sedang terluka, saat ini ia tatap wajah Pesona yang masih terlihat pucat dan memancarkan aura dinginnya. "Sona, Mas mohon bangunlah, jadilah Pesona yang kuat seperti biasa. kamu pasti belum melihat wajah Putra kita kan? Dia sangat tampan seperti yang waktu