Setelah selesai mendengar tuturan yang Atlas ucapkan Baleri bernafas lega, senyuman manis nan menawan itu terlihat jelas di raut wajah canitk Valerie.
“Ternyata memang sudah ku duga kau hanya sedikit tidak baik-baik saja,” Tanpa pernisi Valerie memeluk tubuh Atlas, menyembunyikan wajahnya di d**a bidang laki-laki itu.
“Awh!”
“Ah! Maaf,” Ucap Valerie saat dirinya baru saja memeluk tubuh Atlas, “Ada yang sakit ya? Apa itu sangat parah?”
Valeri sedikit memberi jarak di antara mereka berdua, “Banyak desas desus saat kau berhasil pusaka emas itu, dan jujur aku sangat khawatir saat semua berbicara bahwa kau terluka sangat parah,”
“Apa itu ulah Kavior atau?” Tanya Valerie yang sengaja perkataannya ia gantungkan.
Kavior? Ya tuhan! Siapa lagi nama jelek yang baru saja di ucapkan oleh Valerie.
Mengapa Yara dan Carlos tidak menjelaskan dan memberitahu siapa orang tersebut.
Atlas menarik nafasnya, menutupi kegugupan yang sedang ia rasakan. Karena jujur jika ia terus-terusan seperti ini yang ada Atlas bisa kelepasan dengan sikap kebodohan dan kecerobohannya yang selalu melekat di dalam dirinya.
“Entah aku tidak ingat, aku benar-benar tidak ingat siapa orang yang telah menusukku,” Jawabnya tenang.
“Karena jujur setelah aku berhasil mendapatkan pusaka emas dan memenangkan misi pertama ini aku tidak sempat ada orang di sekitarku,” Jelas Atlas yang penuh dengan kebohongan dan skenario di kepalanya. Memalukan.
Valerie menatap Atlas dengan tatapan yang sedang berfikir, kemudian gadis itu mengusak wajahnya pelan dengan kedua telapak tangannya.
Helaan nafas itu terdengar ke indera pendengarannya, “Terkadang kau memang seceroboh itu, sebagaimana otak di kepalamu itu sangatlah pintar. Itu tidak mengurangi sifatmu yang tampak terlihat bodoh di depan banyak orang,”
Atlas terkekeh canggung, bersikap seolah-olah menyetujui apa yang Valerie ucapkan padahal sejujurnya ia tidak mengerti arah pembicaraan yang di lakukan Valerie sebenarnya. Astaga Atlas sikap kau yang seperti ini mengapa bisa terbawa ke dimensi lain sih?
Dan juga coba liat? Di dunia ini sepertinya Atlas benar-benar menjadi anak emas dan juga banyak di kenali semua orang. Tidak seperti di dunianya yang ia tinggali, dirinya selalu di injak-injak bahkan di jadikan bahan rundungan oleh semua orang karena nama konyolnya.
Kekasih yang cantik, dirinya yang banyak di puja-puja oleh semua semua murid di akademi ini. Bahkan lingkaran pertemanan yang sehat, ya walaupun mungkin sifat kedua manusia itu sedikit aneh dan terkadang membuat Atlas pusing melihatnya.
Baru saja beberapa jam dengan mereka aja itu cukup membuat Atlas lelah, belum lagi jika mereka berdebat masalah yang spele atau semacamnya. Itu bisa membuat keduanya bisa berdebat bahkan saling melempar sihir yang mereka miliki secara masing-masing.
Sihir ya? Ngomong-ngomong ketika melihat kemampuan sihir yang di miliki Carlos dan Yara membuat Atlas berpikir.
Apa yang ia miliki? Di saat dirinya bertanya kepada mereka berdua saja mereka tidak tahu persis karena yang ia tahu bahkan semua murid di akademi ini bahwa dirinya lah yang terpintar secara teori dan belum mengeluarkan apa kekuatan sihirnya.
“Atlas?” Suara pelan Valerie yang memanggilnya terdengar ke indera pendengaran miliknya, membuat laki-laki tersebut sedikit mengerjapkan kedua mata pelan.
“Ya?”
“Kau melamun? Memikirkan apa?” Tanya Valerie.
Atlas menggeleng kepala pelan, “Tidak, aku tidak melamun. Hanya sedikit kecapekan saja dan juga a-“
“Atlas?” Suara laki-laki memanggilnya dan itu cukup membuat ia dan Valerie menoleh ke arah sumber suara itu.
“Tuan Vion?” Ucap Valerie terkejut dan sedikit merendahkan tubuhnya sedikit sebari menghadap ke arah laki-laki tersebut.
Rambut hitam legam dengan mata indah berwarna hijau menatap Atlas dengan serius, namun sebelumnya ia menganggukan kepalanya kepada Valerie untuk membalas sapaan gadis itu.
“Apa aku mengganggu waktu kalian berdua?” Tanyanya sebari menatap mereka berdua secara bergantian.
Valerie menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa kehadiran Vion tidak terlalu mengganggu dirinya dengan Atlas karena sejujurnya pembicaraan mereka berdua memang sudah selesai sejak tadi saat Atlas tiba-tiba melamun dan tidak mendengarkan apa yang ia ucapkan.
“Tidak Tuan, kami baru saja selesai berbicara,” Jawab Valerie sopan.
“Benarkah? Apakah itu penting atau?” Vion menggantungkan perkataannya sebentar kemudian tertawa pelan. “Maaf jika aku sedikit lancang berbicara seperti itu,”
“Tetapi jika begitu,” Vion melirik kepada Valerie, menatap gadis tersebut dengan kedua manik matanya. “Bisakah aku meminjam kekasihmu sebentar? Karena ada sesuatu yang penting dan akan kami bicarakan secara berdua, apa kau tidak keberatan?” Tanya Vion hati-hati.
Valerie terdiam, kedua matanya menatap Vion dan Atlas secara bergantian, namun pandangannya berhenti kepada Atlas yang entah mengapa wajahnya terlihat tegang lagi seperti tadi saat ia bertemu dengan Atlas.
Akhirnya gadis itu hanya mengangguk pelan, senyuman kecil itu terukir di wajahnya.
“Tidak, aku tdak keberatan Tuan. Kau bisa berbicara dengan Atlas sekarang, seperti yang kau inginkan,” Jawabnya mantap.
Vion menarik kedua sudut bibirnya menjadi bulan sabit, wajahnya terlihat semakin tampan jika laki-laki itu tersenyum, “Baiklah terima kasih, kau bisa pergi terlebih dahulu ke tempat makan. Aku akan pergi bersama Atlas nanti setelah pembicaraan kami selesai,”
Valerie membalas senyumannya sebari mengangguk pelan, “Baik Tuan, aku akan pergi terlebih dahulu. Permisi,” Ucap Valerie sebari melangkahkan kakinya secara lebar dan pergi dari situ tanpa menatap kepada Atlas lagi.
Tangan kanannya menyentuh lengan kirinya, sedikit membelai lembut pelan. Entah kenapa melihat sikap Atlas sedari tadi membuat Valerie sedikit berfikir dan pastinya khawatir.
Karena pada dasarnya Atlas tidak pernah bersikap seperti itu, ayolah! Sikap ketakutan dan wajahnya yang menegang itu membuat Valerie berfikir yang tidak-tidak.
Bahwasannya, Atlas yang ia kenal tidak seperti yang Valerie lihat sejak beberapa waktu yang lalu.
Belum lagi saat asisten professor Khalid datang dan menyapa mereka berdua, wajah Atlas benar-benar terlihat sangat kebingungan.
Padahal biasanya mereka berdua jika bertemu satu sama lain tidak sekaku dan secanggung yang ia lihat, mereka berdua memang sangat akrab belum lagi karena Atlas murid kesayangan professor Khalid. Alhasil itu membuat Vion dan Atlas dekat seperti halnya dengan Carlos dan Yara.
Memikirkan hal tersebut membuat
kepala Valerie sedikit pening, ia lupa bahwa dirinya juga sedang tidak enak badan saat melakukan misi yang kepala sekolah sekaligus professor Khalid selenggarakan.
“Sepertinya kau baru saja menemui kekasihmu bukan?” Ucap Kavior tiba-tiba yang sudah ada di hadapan Valerie, yap! Laki-laki dengan rambut hitam legam dengan kedua mata berwarna merah terang itu menghadang langkah Valerie.
“Kavior?!” Ucap Valerie terkejut.
Laki-laki tersebut tertawa kecil sebari mengangguk pelan kepalanya, “Yes i am,”
Kedua tangannya ia lipatkan di depan d**a bidangnya, “Jadi, bagaimana kabar laki-laki itu?” Lanjutnya sebari melemparkan pertanyaan kepada Valerie.
Gadis tersebut memutar kedua bola matanya, malas berhadapan dengan laki-laki aneh seperti Kavior. Belum lagi dengan sikap psycho sekaligus obsesinya dengan kekuatan-kekuatan para petinggi di akademi ini.
“Itu bukan urusanmu,”