Valerie menaruh kecurigaan

1766 Kata
Sudah hampir dua jam, masih belum ada tanda-tanda kehadiran burung hantu miliknya. Dan itu cukup membuat Enola sedikit khawatir dan tidak tenang. Seperti perjanjian yang di buat Carlis, ia dengan teman-teman harus sudah berkumpul dua jam saat burung hantu itu tersebut sudah selesai menjalani pernelusuram sendirian itu. “Enola?” Panggil Valerie, yang sadar bahwa gadis yang sejak tadi bersamanya itu seperti tidak fokus dengan pembicaraan yang di lakukan olehnya. Enola langsung menoleh, tersenyum kikuk kepada Valerie yang tengah menatapnya dengan tatapan bingung. “Ada apa?” Tanya Enola kepadanya. Valerie mengerenyitkan keningnya, “Sepertinya aku yang harus menanyakan pertanyaan itu kepadamu Enola,” Celetuk Valerie. “Kau kenapa dan ada apa?” “Sepertinya kau sedang berfikir tentang sesuatu?” Enola menggelengkan kepalanya cepat, “Aku tidak, hanya sedikit tidak enak badan saja karena aku habis melakukan pelatihan untuk misi besok,” Jawab Enola bohong. Valerie mengangguk paham, gadis itu masih terus menatap Enola dengan tatapan heran. “Kau masih tetap untuk mengikuti misi ini?” Tanya Valerie memastikan. “Ya aku akan mengikutinya,” “Sendirian?” Enola kembali mengangguk, “Lantas dengan siapa lagi aku akan melakukan misi ini? Jelas-jelas kau bersama Duta tidak ingin mengikutinya bukan?” Valerie menghela nafas kasar, merasa tidak enak dengan sahabatnya itu yang mengharuskan mengikuti misi besar itu sendirian. “Ya, maafkan aku,” Ucapnya penuh dengan penyesalan. “Aku merasa menjdi sahabat yang tidak berguna jika seperti ini. Tetapi sejujurnya aku memang tidak punya keberanian yang kau miliki Enola,” “Jadi jika aku harus mengikuti misi tersebut tanpa pengetahuan kedua orang tuaku, aku tidak mau,” Enola menarik nafas panjang, menatap Valerie dengan tatapan yang sangat amat mengerti. Iya itu benar, bagaimana pun seorang Valerie yang memiliki silsilah keluarga yang menurut Enola rumit terlebih lagi ia tumbuh besar tepatya di berada kalangam bangsawan kelas atas yang hampir setara dengan kekaisaran kita semua. Dan seandainya jika Valerie melakukan tindakan seperti itu dan gadis itu terkena kecelakaan atau apalah itu namanya, ia akan sulit jika akan melakukan penerusan kandidat untuk di keluarganya yanh tidak Enola mengerti dan pahami. “Aku tahu Valerie,” Jelasnya dengan senyuman hangat yang tertuju pada gadis itu. “Kau tidak usah bersikap seperti itu, apalagi bersikap seakan-akan kau tidak enak melakukan penolakan tersebut kepadaku,” Kekeh Enola pelan. “Ayolah! Aku bukan berasal dari keluarga terhormat seperti mu, jadi kau tidak perlu merasa tidak enak atau merasa bersalah sebagaimana secara hukum itu tidak pantas,” Mendengar itu Valerie berdecak, rasanya jika membahas kesetaraan atau semacamnya seperti yang Enola obrolkan tadi membuat gadis tersebut sedikit kesal. Iya, Valerie sangat membenci jika semu orang memandang manusia hanya karena kesetaraan sosial yang mereka miliki saat ini. Sejujurnya, manusia di mata tuhan itu sama kan? Tetapi kenapa banyak manusia yang tidak sadar akan hal itu? Bahkan mereka terlalu angkuh dan sombong saat status sosial mereka lebih tinggi dari orang-orang di luar sana. Demi tuhan! Valerie membenci itu, dan sejujurnya ia juga ingin memdobrak kebiasan-kebiasaan yang jelek dan tidak masuk akal di kerajaan ini sebenarnya. Akan tetapi ia tidak tahu harus memulai dari mana dan dari siapa, akan sulit jika Valerie berkoar-koar di saat statusnya masih seorang siswi di tambah umur yanh masih terbilang sangat amat remaja. Yang ada Valerie akam di terrawakan dan di rendahkan oleh orang-orang yang angkuh itu. “Enola, sudahlah.” celetuk Valerie pelan, kedua matanya menatap ke arah Enola. “Aku sangat benci dan amat sangat tidak suka jika kau membahas obrolan ke arah sana,” “Kau tahu bukan aku benci perbedaan tahta atau berbedaan kesetaraan yang selalu orang lain lakukan selama ini?” Valerie menghela nafas panjang. Enola terdiam, sedikit mengagumi dengan pola pikir yang menurutnya berbeda dari yang lain. Coba kalian fikirkan lagi, dengan adanya wajah yang cantik, cara ia bersikap dengan semua orang terlebih lagi pola pikir yang unik dan berbeda dari yang lain itu sudah menjadi nilai plus untuk Valerie di akademi ini. Maka dari itu semua orang mengaguminya tanpa terkecuali, bahkan jika Atlas asli juga terkagum bahkan mencintai wanita ini juga wajar karena bagaimana pun Atlas pantas mendapatkannya. Tetapi kalau di ulang lagi moment di mana Atlas palsu yang tidak tertarik dengan Valerie membuat Enola tiba-toba emosi, kenapa bisa sih ia bisa tidak tertarik dengannya? Sial! Kalau di ingat-ingat lagi Atls yang baru saja ia temui itu memanglah sangat aneh dan sedikit menyebalkan, ya sebelas dua belas lah dengan Atlas asli yang selalu ia temui sejak dulu. Baru saja berniat membuka obrolan lagi dengan Valerie, pandangan Enola tidak sengaja jatuh kepada Carlos yang tengah berjalan ke arahnya. Ya tuhan! Ia hampir lupa. Ah! Tidak Enola benar-benar sangat lupa dengan apa yang sudah di janjikannya tadi. Bahkan si burung hantu tersebut belum ada tanda-tamda kembali, astaga! Kemana hewan itu pergi. “Carlos?” Ucap Valerie heran saat kehadiran laki-laki berambut silver itu datang menhampiri mereka berdua. Carlos tersenyum hangat ke arah Valerie, seperti halnya merespon panggilan gadis itu yang tertuju kepadanya. Lantas tanpa menjawab panggilan Valerie sama sekali pandangan Carlos jatuh kepada Enola. “Kau lupa?” Tanya Carlos to the point kepada gadis itu. Enola menghela nafas panjang, kemudian menggeleng pelan, “Tidak aku tidak lupa, hanya saja ia sedang mengalami kendala di sana,” Jujur Enola dengan raut wajah yang khawatir dan Carlos bisa menebak itu. Carlos memincingkan kedua matanya sebari berdecak pelan, rasa khawatir pun juga muncul ke dalam perasaan laki-laki tersebut. Mereka berdua seperti sedang terlarut dengan fikiran mereka berdua seperti halnya berfikir untuk bersikap seperti apa saat ini. Valerie yang memperhatikan mereka berdua sedikit curiga, oh itu jelas dengan semua yang aja itu membuat Valerie tidak mudah di bohongi atau semacamnya, karena bagaimana pun kekuatan gadis itu bisa membaca dan menalar pergerakan lawan atau sekitarnya dengan kurung persentasi sekitar delapan puluh tujuh persen dan itu tidak pernah meleset jika Valerie menebak langsung tanpa memikirkan hal tersebut dua kali. “Kalian sedang apa?” Tanya Valerie langsung kepada Carlos dan Enola. Kedua orang itu langsung menoleh, menatap Valerie dengan tatapan yang kebingungan, kemudian Enola dan Carlos saling pandang seperti halnya salingn bertukar pikiran dan melakukan telepati. Carlos menggeleng pelan ke arah Enola, dan itu membuat gadis tersebut paham dan mengerti dengan kode yang di berikan laki-laki itu. Valeri masih memperhatikan, menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan curiga. “Valerie,” Panggil Enola yang berusaha untuk membujuk gadis tersebut. “Kau tidak perlua se curiga itu kepada kami berdua,” Kekeh Enola dengan penuh candaan. “Lagi pula aku kan di bantu menjalankan misi dengan Carlos, Yara dan Atlas,” Valeri menaikan kedua alis matanya, “Mereka bertiga akan membantumu?” Tanyanya memastikan. Enola mengangguk mantap dan cepat, “Ya, jadi seperti yang aku bilang kau tidak perlu bersikap tidak nyaman, atau semacamnya apalagi mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja,” Valerie menghela nafas panjang, merasa lega dengan semua pernyataan yang di berikaan sahabatnya Enola itu kepadanya. Senyuman itu mengembang, “Baiklah aku mengerti sekarang!” Kedua tangannya ia lipatkan di depan dadanya. “Kau akan melakukan pelatihan dan persiapan misi besok dengan Atlas kan? Bisa kah aku ikut?” Pinta Valerie dengan perasaan yanga sangat antusias. “Aku ingin melihat kekasihku,” Sambungnya dengan sikap salah tingkahny sekaligus ucapannya yang sedikit malu-malu. Lagi dan lagi Caros dan Enola saling pandang, mereka berdua bingung untuk menjawab seperti apa. Karena sejujurnya percuma hal ini terbilang sangat rahasia dan jika orang lain mengetahui hal tersebut bisa-bisa kacau atau semacamnya. Sebenarnya Valerie bisa di andalkan kok, hanya saja Atlas sedang tidak ingin dekat-dekat dengan gadis tersebut, di tambah alasan yang jelas dan sekaligus pasti seperti halnya sebelum laki-laki menjelaskan alasannya seperti apa. Jadi kemungkinan Carlos dan Enola tidak bisa mengizinkan Valerie atau mengiyakan Valerie untuk datang atau pun sekedar melihat mereka saja. Yang ada rencana mereka akan gagal, belum lagi Atlas yang akan tiba-tiba mendadak moodnya akan turun drastis karena melihat Valerie di sekitarnya, itu sudaj pasti Enola sudah memprediksi itu, begitu pula Carlos. “Valerie,” Ucap Enola pelan. “Aku rasa untuk sekarang ini kau tidak perlu melihat Atlas berlatih atau semacamnya,” Jelasnya ragu. “Kenapa? Memangnya ada apa?” Enola menggeleng, senyuman kikuk itu ia tunjukan. “Tidak, sebenarnya tidak ada apa-apa juga. Benar kan Carlos?” Carlos mengangguk cepat, “Ya itu benar, Atlas sedikit sibuk akhir-akhir ini. Belum lagi dia sedang fokus dengan misi-misi yang akan di lakukan beberapa waktu ke depan,” Laki-laki tersebut tersenyum hangat sebari menjelaskan apa yang terjadi. “Jadi aku harap kau bisa memaklumi itu Valerie,” Valerie diam, tidak menjawab atau menggubris penjelasan mereka berdua yang terdengar masuk akal ke indera pendengarannya. Namun entah mengapa Valerie merasa aneh dan sedikit curiga, entah apa yang membuatnya curiga, namun penalaran yang ia lihat mengatakan hal itu. “Tumben,” Ucapnya setelah Valerie terdiam hampir beberapa menit. “Setau dan seingatku, Atlas sesibuk apapaun dirinya bahkan selelah apapun dia. Laki-laki itu akan senang jika aku kunjungi di tambah lagi jika aku terus menemaninya dan berada di sampingnya, bukankah begitu Enola?” Jelas Valerie sebari melempekan pertanyaan kepada Enola yang sudah gelagaban. “Aku rasa kau tahu kebiasaan laki-laki itu Enola,” Lanjutnya lagi dengan penuh keyakinan. Enola dan Carlos saling melirik sekilas, merasa kebingungan. Karena bagaimana pun kekuatan Valerie tidak dapat mereka berdua remehkan. Karena ia memiliki penalaran dan membaca gerak gerik lawan bicaranya, dan jika Emola dan Carlos melakukan kesalahan, Valerie akan curiga. “Ya kau benar Valerie, hanya saja aku sedikit yakin dengan ucapan Caros barusan,” Timpal Enola dengan pengelesan yang senatural mungkin. “Atlas akan lebih fokus dari biasanya, di tambah lagi saat professor mengatakan secara terang-terangan tadi pagi kepada kita semua bahwa akademi sedang tidak baik-baik saja,” Valerie kembali terdiam, menatap ke arah mereka berdua secara bergantian dan menaruh rasa curiga kepada mereka berdua. “Kalian membohongiku ya?” Tebak Valerie asal. Dan itu mampu membuat Carlos dan Enola berdiri kaku. “Apa?” Enola tertawa kencang, sebari menepuk pundak Carlos pelan. Laki-laki tersebut terkejut pelan, ia pun sedikit iku tertawa melihat Enola yang sedang tertawa. “Aku membohongimu?” Lagi-lagi ia tertawa kencang. “HAHAHA! Jelas tidak Valerie, aku tidak akan membohongimu jika itu berhubungan dengan Atlas, dan juga aku ras- AH! Itu Atlas!” Potongnya saat kedua matanya melihat Atlas yang tengah berjalan ke arah mereka bertiga. Baiklah memang sudah waktunya kesempatan mereka untuk menunjukan bahwa mereka tidak berbohong bukan? Atau minimal tidak membuat Valerie curiga kepada mereka semua. Mendengar nama Atlas di seneut Valerie menoleh, senyumnya mengembang saat melihat Atlas sedang berjalan ke arahnya. Baiklah, Atlas yang sepertinya mengetahui situasi tersebut mau tidak mau harus melakukan drama yang tidak ia sukai. Namun ia terpaksa harus melakukan hal ini!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN