POV Luna " Bagaimana kalau kita ikut program hamil " ucapnya sambil mengelus perutku, seketika darahku berdesir. Kami saling menatap, ia memberi kode agar aku memberi tanggapan. Segera aku menyingkir dari pangkuannya. Aku diam menatap layar televisi tak berkedip. Sebaris kalimat yang ia ucapkan tadi membuat aku termenung, punya anak ? apa ia meminta itu hanya untuk membahagiakan nenek ? kasihan sekali anak kami yang hadir tanpa ada rasa cinta yang menyertainya, dia ? laki laki dengan seribu pesona itu apa mungkin mencintaiku ? Bagaimana kalau seandainya nanti kami berpisah. " Jangan terlalu di pikirkan, aku tahu kamu masih ingin bekerja, jangan di anggap serius " bisiknya sambil membelai tepi rambutku. " Aku belum siap punya anak Dev " ujarku dengan suara berat. Ku tundukkan kepala, u