Tiba di gedung sekolah, kami berpencar begitu saja. Rendi seakan menyalahgunakan sepasang kakinya yang jenjang. Ia melangkah cepat hingga menghilang di sebuah tikungan. Ini aneh, padahal kami belajar di kelas yang sama, tapi dia malah pergi entah ke mana. Sempat kupergoki rona merah pekat menghiasi wajah Rendi, seakan demam parah tengah menggerogoti tubuhnya. Waduh, jangan-jangan dia marah? Aku tak tahu itu ungkapan kesal atau hanya gugup karena salah tingkah. Namun, tak ada lagi penjelasan logis untuk itu. Sepertinya bercandaku tadi agak keterlaluan. Tentu saja, mana mau dia digosipkan menjalin hubungan dengan seorang transgender. Meski jenis kelaminku seorang perempuan, tapi orang-orang lebih dulu mengenal sosok Dian sebagai seorang pria. Label seorang banci melekat erat padaku. M