Setelah mengantar Nessa pulang kantor tempo hari, Andra jadi keranjingan menjemput dan mengantar Nessa seperti seorang laki-laki yang sedang mendekati calon pasangan kencannya. Padahal sejujurnya Andra melakukan pendekatan itu semata hanya ingin mendapat jawaban dari Nessa soal alasan gadis itu memutuskannya begitu saja tiga tahun yang lalu. Untuk saat ini, Andra belum berani menyimpulkan rasa apa yang sedang dia rasakan di hatinya. Meskipun Andra tahu Nessa juga sendiri seperti dirinya, tapi Andra tidak mau gegabah mengambil keputusan, apalagi urusannya soal hati.
Dalam lubuk hatinya yang terdalam, Nessa seolah menyadari apa tujuan Andra mendekati dirinya lagi. Pertahanan untuk hatinya semakin dia perkokoh saat dia mulai menyadarinya. Nessa lebih tahu bahwa Andra yang sekarang bukan Andra yang dulu. Perubahan Andra cukup membuat Nessa minder pada dirinya sendiri. Hal itu pula yang membuat Nessa sadar diri bahwa kesalahannya terlalu fatal untuk mudah mendapatkan maaf dari Andra.
Tiga tahun lalu, saat usia pacaran mereka memasuki angka ke tujuh, Nessa memilih mengakhiri hubungan asmara yang telah terjalin sekian lama begitu saja hanya karena sebuah pertengkaran kecil yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Namun, pertengkaran kecil seperti sebuah bom waktu yang sudah tiba waktunya meledak. Nessa mulai tidak tahan dengan sifat Andra yang terlalu santai, slengek'an dan masa bodoh terhadap masa depan hubungan mereka. Memang Andra itu setia dan selalu ada untuk Nessa, tetapi sikap seperti itu ternyata tidak cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan.
Nessa capek jika harus terus mengingatkan Andra untuk segera menyelesaikan skripsinya daripada nge-band sana sini. Nessa lelah jika terus-terusan mengingatkan Andra untuk solat dan tidak begadang setiap malam daripada nongkrong bersama teman-teman band-nya yang Nessa tahu tidak ada yang 'beres'. Nessa sangat tahu kalau teman-teman band Andra saat kuliah semuanya pecandu alkohol dan n*****a. Nessa juga yakin kalau Andra saat itu sudah mulai terjerumus ke dalam lembah hitam n*****a.
Nessa masih mengingat dengan baik bagaimana Andra lari tunggang langgang saat mengetahui teman band-nya meninggal di depan kedua matanya karena sakaw. Andra yang sangat ketakutan menjadi incaran pihak berwajib lantas mencari perlindungan hingga ke kota tempat Nessa sedang menimba ilmu dibangku kuliah. Tidak ada satu pun pihak keluarga Andra yang tahu menahu soal itu. Nessa menyembunyikannya dengan rapi bahkan hingga saat ini.
Belum lagi jika mengingat perjuangan Nessa saat mereka SMA, rasanya kurang kalau hanya dibalas dengan sebuah kesetiaan. Nessa rajin menemani Andra mojok di WC sekolah yang sudah tidak terpakai bertahun-tahun sebagai tempat strategis membolos mata pelajaran hanya demi menghisap glintingan rokok. Nessa juga dulu pagi-pagi sekali menemukan Andra tergeletak dalam keadaan mabuk berat di jalanan dan membawa pulang ke rumah Nessa. Hal tersebut membuat Nessa harus menerima amukan dari Papanya karena membawa pulang laki-laki yang sedang tidak sadarkan diri akibat minuman keras. Hal itu juga yang membuat akhirnya Papa Nessa tidak pernah memberi Nessa restu untuk melanjutkan hubungannya dengan Andra.
Jika ditanya Andra pernah nakal? Pernah banget. Senakal apa? Segala minuman keras dari yang berkelas sampai yang ada di warung remang-remang juga pernah Andra coba. Andra pernah 'makek' juga? Iya, tapi tidak sampai kecandauan. Kalau sekadar mencoba dan tahu, rasanya pernah semua dilakukan oleh Andra. Bohong banget kalau ada yang ngaku anak band trus bersih dari minuman keras dan n*****a.
Padahal Andra itu tergolong remaja cerdas, tapi malasnya tidak ketulungan. Dia lebih mementingkan idealisme dan prinsipnya sendiri. Andra itu setia sama pacarnya, tapi kadar kenakalan remajanya diambang batas. Meski taraf kenakalan Andra hampir di ambang batas, tapi Andra tidak pernah memainkan hati perempuan apalagi sampai melakukan seks bebas. Sederhana saja pemikiran Andra kala itu, dia punya Mama, kakak perempuan, saudara sepupu yang hampir semuanya perempuan. Andra tidak mau satu dari mereka sampai mendapat karma akibat perbuatan bodohnya.
Ada satu hal yang membuat Nessa heran, Andra itu nakalnya cuma di luar rumah. Di rumahnya, Andra menjadi anak baik, pendiam dan penurut, terutama kepada Papanya. Nessa juga lah yang banyak membantu menutupi dengan baik semua kenakalan remaja Andra dari keluarganya maupun keluarga Andra sendiri. Jiwa Andra masih terlalu meledak-ledak kala itu untuk diajak membicarakan sebuah hubungan ke langkah serius. Di otak Andra hanya ada musik dan kopi. Meski memiliki tempat khusus di hati Andra, Nessa tetaplah hanya sebuah pelengkap. Nessa tahu hanya dia yang ada di hati Andra, tapi Nessa tidak puas hanya dengan tempat khusus yang sudah pernah Andra berikan untuknya. Dan dia juga sudah terlalu lelah menghadapi Andra.
Penyesalan begitu mendalam ketika Nessa terbawa emosinya sendiri dan memilih memutuskan Andra saat dirinya sendiri masih dalam kondisi hati sedang sayang-sayangnya dengan Andra. Awalnya Nessa cuma ingin memberi Andra efek jera, ternyata Andra menganggap keputusan Nessa sudahlah final dan tidak mau mencoba memperbaiki hubungan mereka. Sebisa mungkin Nessa berusaha menepis rasa penyesalan itu. Nessa akhirnya menerima tawaran bekerja di luar kota Jember, yang menjadi jalan satu-satunya untuk move on dari Andra.
Namun, Tuhan berkata lain, beberapa minggu menjelang tiga tahun putus dari Andra, Nessa harus dimutasi ke Jember, dan Nessa tidak bisa menolak tuntutan pekerjaannya itu. Demi mengejar puncak karier, Nessa rela menjejaki kembali kota penuh kenangan itu. Sayang sekali usaha keras yang sudah ia lakukan selama tiga tahun untuk melupakan Andra pun seolah sia-sia. Nessa sudah gagal, gagal move on dari Andra.
Bagaimana tidak membuat gagal move on jika melihat Andra yang sekarang, memiliki wajah yang lebih tampan, cara berpikir lebih matang, emosi lebih tenang, tubuh cekingnya sudah lebih berisi, dan Nessa juga merasa Andra sedikit lebih tinggi dari terakhir perjumpaan mereka. Meski style-nya tetap santai dengan rambut sedikit gondrong, Nessa tidak bisa memungkiri Andra yang dulu tampil berandalan kini sudah menjadi good looking. Andra sudah jauh lebih baik dan Nessa lega melihat perubahan itu.
Sudah satu minggu ini Andra berhasil melakukan pendekatan dengan Nessa. Andra sudah beberapa kali mengajak Nessa bertemu di luar kegiatannya mengantar jemput Nessa kerja. Selama itu, Andra belum menunjukkan kode-kode ingin balikan kepada Nessa. Sikap Andra masih lempeng saja seperti jalan tol. Nessa hanya mengikuti saja arus yang ditunjukkan oleh Andra. Dia takut tenggelam dalam perasaannya sendiri jika keluar dari arus yang telah ditentukan oleh Andra.
“Kamu udah lama tinggal di perumahan yang sekarang?”
Andra bertanya saat mereka sedang menghabiskan malam Minggu di sebuah kafe milik teman Andra. Letaknya masih di sekitaran kampus Universitas Jember, tidak jauh dari rumah Nessa.
“Udah 2 tahunan.”
Andra menatap bola mata Nessa yang mengerjap. Senyum tipis Nessa mengingatkan dia saat pertama kali melakukan pendekatan dengan gadis itu. Nessa yang dulu pemalu, tidak berani menatap Andra lama-lama, sekarang sudah berani menatap Andra saat berbicara empat mata seperti ini.
“Rumah yang dulu?” tanya Andra lagi.
“Dijual. Kenapa?” nada bicara Nessa agak sinis saat bertanya.
Andra hanya menggeleng tak berniat melanjutkan rasa ingin tahunya lagi, Nessa terlihat memasang wajah tidak suka saat Andra membicarakan soal rumahnya.
“Papa bangkrut. Kena tipu sama temannya sendiri waktu ikut kerjasama bisnis beras dan gula.” Jawaban Nessa yang tiba-tiba ini membuat Andra cukup terperangah.
Andra ingat betul siapa Papa Nessa. Seorang juragan beras yang kaya raya dan cukup terkenal karena memiliki pabrik beras yang bisa dibilang paling diandalkan sebagai pemasok beras terbaik di kota Jember. Pria paruh baya itu dulu terang-terangan menolak hubungan Andra dengan Nessa, bahkan pernah mengusir Andra dari rumahnya menganggap Andra seperti sampah dan tidak berguna sama sekali.
Entahlah, saat ini Andra mesti bersikap bagaimana menanggapi jawaban Nessa. Harus senang atau ikut bersedih. Andra memilih untuk tidak membahas lagi soal Papa Nessa. Dia mengajak Nessa pulang meski jam masih menunjukkan kurang dari pukul sembilan malam. Nessa menurut saja diajak pulang oleh Andra. Nessa merasa ada kecanggungan setelah pembahasan soal Papanya. Nessa memilih bersikap netral, seolah mengerti perasaan Andra yang masih menyimpan rasa sakit hati akibat sikap Papanya kepada Andra dulu. Saat ini, dia sedang tidak ingin berpihak kepada siapapun.
Sepulang dari mengantar Nessa, Andra mendapat sebuah chat dari sahabat lamanya saat kuliah di Bandung. Meskipun sudah tidak pernah betatap muka lagi dengan kawan-kawannya semasa kuliah, Andra selalu berusaha menjaga tali silaturahmi dengan teman-teman lamanya. Walaupun hanya sekadar say hello lewat media sosial dan harus dia dulu yang menyapa teman lamanya, Andra senang melakukan hal remeh seperti itu demi tidak kehilangan kontak dengan teman-teman lamanya.
Sampai sekarang bahkan nomor ponsel Andra tidak pernah ganti sejak dia pertama kali diperbolehkan pegang ponsel oleh Papanya. Kira-kira sudah sepuluh tahun, satu nomor ponsel itu masih Andra gunakan sampai sekarang. Jadi teman-temannya dari masa SMA, kuliah, teman selain di luar sekolah, semuanya masih bisa dengan mudah menghubungi Andra.
Febian: Dra, minggu depan bisa ke jkt nggak? Jd band pembuka utk acara soul of music sama penggalangan dana utk panti2 rehabilitasi n*****a.
Febian:Kapan lg sepanggung sama GIGI, bro?!?!?
Andra tersenyum saat membaca pesan yang terakhir itu. Sebenarnya, Andra sudah dua kali ditawari ikut mengisi acara musik tahunan paling bergengsi di tanah air itu. Waktu acara digelar di Bali, Andra menolak karena malas, yang berikutnya di Surabaya, juga Andra tolak dengan alasan sibuk mengurusi panen kebun sengonnya. Kali ini Andra tidak akan menolak, apalagi dengan tawaran menggiurkan bakal sepanggung dengan band papan atas sekelas Gigi. Semalas dan sesibuknya Andra juga dia bakal berangkat ke Jakarta.
Musik sudah menjadi bagian dari hidup Andra. Dia sudah tergabung dengan sebuah band sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Andra sudah sering ikut event-event musik bersama bandnya sejak SMP. Bagaiman tidak mendarah daging, Andra saja sudah belajar menggebuk drum sejak kelas 3 SD. Jadi jangan kaget jika terkadang kaki dan tangan Andra suka tidak bisa diam saat mendengar alunan musik apa pun.
Ya, Andra itu dulunya seorang drummer. Namun, kegiatan nge-bandnya terhenti saat dua orang sahabatnya meninggal tepat di depan mata akibat overdosis n*****a jenis g***a. Andra seperti dikejar malaikat maut sejak saat itu. Tidak berselang lama, teman main band nya yang lain juga dikabarkan meninggal akibat sakaw.
“Kenapa sih senyum-senyum nggak jelas gitu, dek?” tegur Kiara saat melintas di depan Andra.
Pertanyaan Kiara menyeret Andra keluar dari lorong waktu, mengembalikan kesadarannya kembali ke dimensi waktu sekarang. “Sabtu ke Jakarta yok, Mbak. Aku ada perlu. Mbak bisa ketemuan sama mas Dastan.” Andra sedang meluncurkan jurusnya merayu Kiara.
Kiara mendengkus lalu mengempaskan tubuhnya di kursi rotan yang berada di beranda samping rumahnya. “Males, kamu pergi sendiri aja.”
“Loh, kenapa? Emang mbak Kiky nggak pengin ketemu mas Dastan? Nggak kangen?” Andra menyentuhkan pundaknya ke pundak Kiara.
Kiara hanya mengedikkan bahu tak menjawab. Kiara seolah sedang menyimpan masalah besar yang menimpa dirinya dan calon suaminya itu. Meski Kiara yakin tidak bisa menyembunyikan raut wajah penuh masalahnya pada Andra, kali ini dia memilih diam, sama sekali tidak berani menceritakan masalahnya kepada siapa pun termasuk Andra.
“Lagi tengkar ya? Kata orang emang gitu kalau mau nikah. Cobaannya gede, tengkar mulu bawaannya,” jawab Andra teoritis dengan tampang sok tahunya.
Kiara menarik ujung rambut Andra yang tidak ikut terikat. Andra hanya meringis dan mengusap kepalanya karena perlakuan kakak perempuannya itu.
“Sok tau kamu. Pacar aja nggak punya ngomongin nikah.”
Andra tertawa terbahak menanggapi ejekan Kiara.
“Ketawanya nggak santai gitu? Apa karena gebetan baru nih?” cetus Kiara dengan nada menyindir.
Andra terbatuk saat Kiara bertanya hal itu. “Gebetan opo? Siapa yang nyebar gosip?” tanyanya sambil membulatkan kedua bola matanya. Kiara hanya tertawa geli melihat ekspresi Andra.
“Mbak lihat motormu lewat depan campus center. Mbak dari kantor sana. Pas mau keluar dari gerbang liat kamu bonceng cewek pakek seragam kantoran gitu, warna merah. Lagi ketawa-ketawa sampai nggak kelihatan sama mbak, padahal udah mbak klakson beberapa kali.”
Andra otomatis tertawa mendengar penuturan Kiara. “Itu Nessa. Mbak masih ingat dia?” tanya Andra di sela tawanya.
Kiara mencoba mengingat sebuah nama yang disebut oleh Andra. Kening Kiara sampai keriput mencoba mengingat pemilik nama itu. Sebenarnya Kiara ingat betul siapa Nessa, hanya saja tidak menyangka jika Nessa yang dimaksud Andra adalah Nessa yang ia kenal.
“Nessa anaknya juragan beras? Pacarmu dulu?” tanya Kiara.
“Sekarang udah mantan, mbak Ki.”
Andra memberengut kesal karena jawaban Kiara. Kakak perempuan Andra itu beranjak dari kursi rotan tempat mereka menghabiskan waktu sejak tadi.
“Lagu Kembalilah Kasih milik Gigi bakal jadi hymne wajib nih kayaknya,” ejek Kiara sebelum pergi sambil menyanyikan sepenggal lirik lagu yang dia katakan tadi. Andra hanya bisa tertawa terbahak mendengar celetukan Kiara, sambil menyimpan rasa penasaran atas hal besar apa yang sedang disembunyikan oleh Kakak perempuannya itu.
~~~
^vee^