Chapter 9. The Beginning of The Game

1386 Kata
Takk.. Tokk.. Takk.. Tokk..             Agha dan sekretaris pribadinya berbalik badan mendengar Zuha  memanggilnya. Petra dan Lenata saling berpandangan. Mereka tidak tahu apa lagi yang akan diperbuat oleh Nona Besar mereka itu.             Agha masih diam dalam posisi berdirinya menatap Zuha yang berjalan anggun ke arahnya.             Rey lalu memundurkan langkahnya, memberi akses Miss White yang dia kenal berjalan ke arah Bos Besarnya.             Dia sendiri bahkan tidak tahu, apa lagi yang akan dilakukan oleh pemilik diskotik The Levent Coltar kepada Bos Besarnya saat ini.             Agha melempar senyuman manis pada Zuha. ‘Apa yang akan kau lakukan lagi padaku, bitch.’ Bathin Agha lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana panjangnya.             Zuha berhenti satu langkah tepat di hadapan Agha.             Dengan wajah menggodanya, Zuha mulai membuka suaranya. “Mr. Black. Aku berharap….”  Ucap Zuha lalu merapikan jas mahal Agha dengan mata nakalnya  terus menatap tajam manik mata pria yang ada di hadapannya saat ini. “Aku berharap kau tidak lupa, untuk tidak lagi…” “Datang ke diskotik ku ini.” Ucapnya lalu mulai memainkan jemari lentiknya pada leher Agha. Kemudian menjalar pada rahang tegas Agha yang terdapat bulu-bulu halus disana. Glek! ‘s**t!’ Bathin Agha mengumpat Zuha yang semakin gencar mempermainkan libidonya.             Sungguh, junior yang sedari tadi menegang kini semakin mengeras dan membuatnya sangat tersiksa.             Menahan itu semua, Agha hanya bisa menegukan salivanya berkali-kali dengan senyuman paksa di wajahnya.             Ingin sekali rasanya dia segera pergi dari ruangan itu dan melepaskan hasratnya dengan bermain solo. Tetapi, hatinya seraya menolak dan masih ingin menikmati perlakuan manis dari wanita yang berhasil menarik perhatiannya itu. “Jika itu mau mu….” Ucap Agha mulai bersuara berat. Sungguh dia tidak mau semua orang tahu, kalau saat ini dia sedang berusaha keras menahan gejolak panas di tubuhnya. “Aku akan penuhi itu, Miss White… Hmmmpphhh.” Ucap Agha lugas lalu menghisap pelan jari telunjuk Zuha yang masuk ke dalam mulutnya.             Kedua tangan Agha sudah menggepal kuat dibalik saku celana panjangnya.             Zuha menganga melihat Agha menghisap lembut jari telunjuknya yang sengaja dia masukkan ke dalam mulut Agha. Untuk mengalihkan kalimat kasarnya agar pria yang ada di hadapannya saat ini tidak terlalu merasa dihina oleh kata-katanya. ‘Kau pasti sangat berpengalaman, Miss White. Aku harus bisa mencicipi mu.’ Bathin Agha menghisap lembut jari yang ada di mulutnya, dengan fokus mata masih memandang manik mata genit di hadapannya.             Zuha menghela panjang nafasnya, merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Perlahan dia lalu mengeluarkan jemarinya dari mulut Agha. Lalu menyapunya pada jas mahal Agha, seraya membersihkan sisa cairan yang lengket di jemari lentiknya.             Mereka bertiga melihat tak percaya apa yang ada di hadapannya mereka saat ini.             Petra dan Rey berulang kali menegukkan saliva mereka. Seakan sedang menonton adegan panas, mereka menikmati sikap Bos Besar mereka tanpa mengusiknya dengan sebuah kalimat peringatan.             Sedangkan Lenata, ingin sekali rasanya dia  mengingatkan Nona Besar nya untuk tidak berlama-lama berhadapan dengan Agha yang dia tahu sebagai Mr. Black. Karena itu akan membahayakan diri Nona Besarnya dan juga usahanya.             Tetapi melihat Nona Besarnya berperilaku vulgar dengan pria itu, membuat Lenata seperti kehilangan akal untuk menghentikan aktivitas mereka. “Pergilah, Mr. Black. Dan jangan merindukan aku lagi.” Ucap Zuha sensual sambil menggigir bibir bagian bawahnya. Mengedipkan satu mata genitnya.             Agha hanya bisa menghela panjang nafasnya melihat godaan yang ditunjukkan oleh Zuha. “Tapi kau harus tahu satu hal Miss White…” Ucap Agha hendak menyentuh lengan mulus Zuha, tetapi Zuha segera mundur dua langkah ke belakang.             Seketika Agha diam. Dengan senyuman di sudut bibir seksinya, dia lalu membuka suaranya kembali. “Kita akan berjumpa lagi nanti.” Ucapnya kembali menerbitkan senyuman iblis di wajahnya.             Zuha hanya diam dan tidak merespon ucapan Agha. “Kita akan berjumpa di waktu dan tempat yang berbeda.” Ucap Agha dengan suara baritonnya. Dia mulai berwajah datar.             Dia lalu berbalik badan dan kembali melangkahkan kakinya keluar ruangan, membiarkan Zuha mematung di tempatnya.             Melihat Bos Besarnya sudah keluar ruangan, membuat Rey mengikuti langkah kakinya. “Kami permisi keluar, Miss White.” Ucap Rey sopan menunduk hormat, lalu keluar dari ruangan.             Zuha masih diam dalam posisi berdirinya.             Dia masih menelaah ucapan Agha padanya. Dia yakin, kalau pria bernama asli Agha yang dia tahu akrab disapa Mr. Black itu pasti akan merencanakan sesuatu padanya.             Dia yakin, kalau Agha akan melakukan hal-hal gila yang bisa menjatuhkan harga dirinya.             Pikirannya tiba-tiba tertuju pada perusahaan keluarganya. Tidak mungkin jika Agha memanfaatkan perusahaan keluarganya hanya untuk melakukan rencana jahat yang mungkin ada di kepalanya.             Karena sampai saat ini, Zuha masih mulus menutup rapat identitas aslinya sebagai Miss White, pemilik The Levent Coltar. Dan tetap menepis berita-berita tentangnya. Berita yang menyatakan bahwa dia adalah cucu satu-satunya pemilik salah satu hotel berbintang lima di Dubai, The Levent Coltar. Cucu dari Okan Gulbahar, pemilik The Levent Coltar Hotel.             Bukan dia tidak mau mengakui Grandpa nya sendiri, tetapi ini memang demi kebaikannya.             Dulu Grandpa nya, Okan sempat marah karena Zuha tidak mau mengakui dirinya sebagai kakeknya di hadapan publik. Tetapi melihat Zuha yang serius dengan ucapannya, membuat Okan menyetujui keputusan cucu semata wayangnya itu.             Di hadapan publik, yang mereka semua tahu kalau cucu Okan satu-satunya adalah Zuhayra Can Gulbahar. Seorang wanita polos dengan kaca mata tebal dan rambut di kepang kuda. Dengan hiasan breket palsu yang kadang bertengker di gigi rapinya.             Tetapi di belakang publik, Zuha tetap lah cucu aslinya. Cucunya yang selalu bersikap manja padanya. Yang selalu liar pada dunia malamnya bersama dua orang asisten pribadinya yang siap menemaninya kemana pun dia pergi. …             Melihat Nona Besarnya yang diam sedari  tadi, membuat Lenata mendekati dan memanggilnya. “Nona.” Panggil Lenata dan direspon oleh Zuha. “Ya. Saya masih sadar, Len.” Ucap Zuha menjawab Lenata.             Dia lalu berbalik badan dan berjalan menuju kursi kebesarannya.             Petra hanya diam melihat Nona Besarnya yang mulai berwajah datar.             Lenata ikut berbalik badan mengikuti langkah Nona Besarnya dan kembali membuka suaranya. “Nona…” Ucapnya dan mendapat respon tangan oleh Petra.             Petra menggelengkan kepalanya seraya mengatakan kepada Lenata untuk tidak mencecar Nona Besar mereka dengan kalimat apapun.             Lenata mengangguk iya seraya mengerti.             Zuha mendaratkan b****g seksinya di kursi kebesarannya.             Dia lalu menyanggah siku kanannya pada pinggiran kursinya. Dan mulai memijit keningnya dengan jari lentiknya.             Petra dan Lenata hanya diam dalam posisi berdiri mereka di hadapan Nona Besar mereka saat ini.             Melihat Nona Besar mereka yang seperti mulai kesulitan untuk bersikap tenang, Lenata lalu berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil jus apel hijau kesukaan Nona Besarnya. Menuangkannya pada gelas kristal mewah. Dan membawanya, meletakkannya di meja kerja Nona Besarnya. “Silahkan diminum, Nona.” Ucap Lenata sopan dan menunduk hormat.             Mendengar itu, Zuha seketika mendongakkan kepalanya. Lalu menjangkau segelas jus apel kesukaannya. Dan meminumnya tanpa meletakkan gelas itu kembali di meja kerjanya.             Dengan fokus matanya menatap jus apel yang ada di gelas kristal itu, membuat Zuha mulai membuka suaranya. “Kalian tahu….”             Mereka semua mulai fokus melihat dan mendengar ucapan dari wanita seksi bergaun merah yang merupakan pemilik diskotik berbintang lima itu. “Gelas ini berwarna putih s**u….” “Terlihat manis dari luar….” “Tapi jika lidah kita mulai mencicipinya….” “Terasa asam….” “Bahkan bila dicampur gula pun, rasa asam itu akan tetap ada.” Ucap Zuha lalu meminum jus itu kembali.             Mereka mulai berkeringat dingin. Seakan sedang berhadapan dengan pria tua yang selalu menyuruh mereka untuk memantau dan mengawasi wanita bergaun merah itu. “Aaahhh aku ini berbicara apa. Konyol sekali.” Ucap Zuha meletakkan gelas kristal itu dalam sekali hentakkan. Tak!! Zuha lalu beralih menatap Petra dan Lenata. Mereka berdua mulai bergidik ngeri. “Apa kalian tahu, apa yang harus kalian lakukan selanjutnya ?” Tanya Zuha dengan wajah datarnya. Menyematkan jemarinya, dan menopang dagunya.             Petra dan Lenata saling diam. Mereka bingung harus menjawab apa, karena mereka sendiri juga tidak mengerti kemana arah pembicaraan Nona Besar mereka itu.             Melihat respon kedua asisten pribadinya yang tidak mengerti ucapannya, membuat Zuha menghela panjang nafasnya.             Dia lalu menyandarkan tubuh seksinya pada sandaran kursi kebesarannya. “Cari tahu apa nama perusahaannya. Dan…” “Siapa nama aslinya. Aku mau kalian dapatkan informasinya secepatnya.” Ucap Zuha lalu menatap mereka.             Mendengar kalimat lengkap Nona Besar mereka, mereka kemudian mengangguk iya seraya mengerti. “Baik, Nona.” Ucap mereka kompak.             Dia lalu memutar kursi kebesarannya menghadap jendela besar yang ada di ruangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN