Barbatos masih mengamati dengan raut wajah penuh minat ketika sosok Arthur, kini mulai melayang perlahan berselimut Rantai Hantu nan mengerikan, bak perwujudan dari seorang panglima neraka baru naik keatas dunia fana untuk mencari mangsa dibawah turun kembali bersamanya.
"Hmmmm…!"
Tak langsung mengambil langkah, Arthur menyempatkan untuk mengamati progres dari Jubah Bayangan menyerap sebaran kabut biru muda disekitar.
*Tapp…!!!
Sampai akhirnya, saat intensitas kabut biru muda Bunga Udumbara sudah berada pada kepadatan tipis tertentu, ia melakukan satu sentakan ringan yang mendorong tubuh kedepan.
*Sraaakkk…!!!
Diawali satu rantai hantu terlepas untuk mengikat tangkai Bunga Udumbara, rantai-rantai lain, mengikuti kemudian.
Puluhan rantai, mengikat tangkai tipis memanjang Bunga Udumbara yang masih bergoyang lembut hingga kemudian, dalam ikatannya, Rantai Hantu tiba-tiba mengeluarkan bunyi mendengung keras saat Arthur mulai mengendalikan luapan Chi Kuno Rasa takut, untuk semakin memberi tekanan pada pergerakan Bunga Udumbara.
"Huuuu…!!!"
"Huuuu…!!!"
"Huuuuu….!!!!"
Tekanan berkembang mengeras tiap waktu dari Rantai Hantu yang mengikat tangkai tipisnya, bersambut suara seperti tangisan dimana begitu menyayat hati semakin jelas terdengar ditelinga Arthur dari arah Bunga Udumbara.
Suara misterius cenderung menyeramkan khas yang akan selalu dikeluarkan oleh tiap jenis Bunga Udumbara.
"Hmmmm…?"
Nyatanya, itu bukan sekedar suara tangisan semakin terdengar keras, terbawa bersama adalah luapan kabut biru muda milik Bunga Udumbara dimana tadi sempat terserap menipis oleh Jubah Bayangan, kini kembali meluap hebat.
Bunga Udumbara, tampak sedang coba melakukan perlawanan dari aksi mengikat dan menekan sedang dilakukan oleh Arthur.
"Hmmm… Bunga Udumbara, sepertinya adalah makhluk yang keras kepala!" gumam Arthur.
Sang Putra Kegelapan, lantas menanggapi perlawanan dari Bunga Udumbara, dengan melepas deru kobaran Hell Fire. Mengaktifkan selubung Api Hitam yang segera memperberat tekanan bagi targetnya.
Nyala liar Hell Fire, menyebabkan usaha perlawanan sedang dilakukan oleh Bunga Udumbara, kembali bertemu dengan jalan buntu.
"Huuuhhh…!!"
"Huhhh…!!!"
"Huuuuhh…!!"
Hanya saja, seperti tak ingin menyerah, suara tangisan sendu, seketika bertambah keras bersama Bunga Udumbara, kini mulai melepas sesuatu macam serbuk bunga dari kelopak yang berada pada puncak tangkai.
Sari Serbuk bunga dimana lekas menyebar luas memenuhi ruang, memiliki efek menambah kecepatan produksi dari kabut biru muda dihimpun olehnya.
Tangkai tipis memanjang yang sempat ditekan oleh Rantai Hantu Arthur, kini perlahan mulai kembali bergoyang. Pendar kabut biru muda pekat, merebak luas sekali lagi memenuhi lokasi celah perbukitan mengikuti gerak bergoyang lirih Bunga Udumbara.
"Hei…! Makhluk t***l keras kepala! Aku sudah cukup baik dengan coba memindahkan! Bukan langsung menebangmu!" bentak Arthur. Memasang wajah kesal
Menggerakkan tangan untuk meraih seluruh rantai terikat didada, Arthur yang menggeggam seluruh rantai dengan dua tangan, mulai coba melakukan tarikan.
"Lebih baik kau menurut!" lanjut Arthur, masih membentak kesal.
*Wuuungg…!!!
Mengikuti gerak menarik dilakukan oleh Arthur yang mana tampak sedang coba mencabut tangkai Bunga Udumbara, Jubah Bayangan, kembali mengeluarkan bunyi mendengung keras, mempercepat proses penyerapan untuk mengimbangi aksi produksi ulang sedang dilakukan oleh Bunga Udumbara.
"HUUUU….!!!"
"HUUUUHH…!!!"
"HUUUUUHHH…!!"
Benar-benar tak bersedia untuk tunduk, Bunga Udumbara, semakin keras suara tangisnya. Kali ini bukan sekedar sebaran serbuk sari bunga, sebuah kelopak, gugur untuk berubah menjadi ledakan kabut biru muda, semburat tersebar kesegala arah.
"Benar-benar keras kepala!" dengus Arthur. Terdorong mundur oleh sebaran pekat kabut biru muda intens Bunga Udumbara yang berpendar dalam gejolak luar biasa pada aksi mengorbankan salah satu kelopaknya.
"Hmmm… Pandangku mulai kabur? Ada apa?" gumam Arthur. Menggosok mata dengan gerak kasar beberapa kali sapuan telapak tangan.
"Sedang coba kau tangkap itu, coba kau pindahan, adalah Bunga Udumbara Fatamorgana!"
Arthur masih coba mengembalikan fokus saat suara Barbatos, terdengar dari arah belakang.
"Salah satu jenis Variant Bunga Udumbara unik yang tak memiliki atribut Mana atau Chi!" lanjut Barbatos.
"Namun, meski tak memiliki atribut, itu mampu mengeluarkan sari serbuk khusus yang memberi efek halusinasi bagi siapapun terus menghirup secara berkala!"
"Dan yang menjadikan ini konyol, kau yang tak memiliki informasi apapun, dengan sembrono melempar diri kedalam kebut berwarna biru muda! Serbuk sari unik Bunga Udumbara Fatamorgana!" tutup Barbatos.
"Menyebabkan halusinasi ya?" gumam Arthur. Memilih untuk mengesampingkan terlebih dahulu rasa kesal atas aksi Barbatos yang sekedar diam saja, coba memproses informasi baru disampaikan Ras Iblis itu.
"Haaahhh… Lebih baik tak perlu memikirkan yang rumit!" bentak Arthur. Tiba-tiba membenturkan kepala sendiri pada tanah dengan keras. Aksi untuk memaksa tubuh kembali fokus, menggunakan rasa sakit sebagai stimulan.
"Kau punya serbuk halusinasi! Aku punya Hell Fire! Kita adu saja!" seru Arthur. Sebelum tanpa menunda, lekas menambah intensitas deru kobaran Api Hitam. Menyebabkan tekanan pada wilayah sekitar, bertambah beberapa kali lipat.
"HUUUUUHHH….!!!"
"Huuuhhh….!!"
Menerima efek dari tekanan Hell Fire, Bunga Udumbara tak henti menangis pilu. Tangkai tubuh yang menjulang, seketika bergoyangan lirih, jelas mulai tak kuasa menahan tekanan membara dari Hell Fire sedang berkobar liar.
"Hahahhaha…! Rasakan itu! Sekarang kau mengerti siapa berkuasa disini! Seharusnya kau menurut dari awal!" seru Arthur. Kembali melangkah kedepan. Menatap tajam kelopak Bunya Udumbara yang saat ini berada dalam posisi lunglai, rendah hampir menyentuh tanah.
Seperti sempat disampaikan oleh Arthur sebelumnya, ia bisa saja melakukan aksi mudah dengan segera memotong tangkai Bunga, mengambil Cristal Plant. Hanya saja, ia memiliki pemikiran berbeda sebagai bentuk mengurus Bunga Udumbara.
Bagaimanapun juga, ada dihadapan Arthur saat ini, adalah Variant Bunga Udumbara pertama yang ia jumpai langsung. Ditambah pula informasi dari Barbatos, mengatakan bahwa itu merupakan satu dari jenis langka, semakin menambah minat Arthur untuk tak langsung menebang begitu saja, memutuskan untuk tetap mempertahankan Bunga Udumbara ditangkap Hidup.
Menyimpan di dalam Spacial Ring dalam kondisi tetap tumbuh, jelas adalah opsi terbaik bagi Arthur agar ia bisa melakukan beberapa percobaan tertentu, memanfaatkan produksi serbuk sari unik dari Bunga Udumbara Fatamorgana.
Memiliki sumberdaya unik serbuk halusinasi yang diproduksi dalam jumlah tak terbatas. Dapat terus dimanfaatkan tiap saat, tentu adalah hal yang bagus.
Dengan kebutuhan kultivasi yang terus meningkat tiap saat ketika ia naik ke kelas yang lebih tinggi dalam jalan Hunter, juga tantangan yang tentu akan semakin berat menghadang dalam usaha menaklukan Tartarus Land, Arthur tentu membutuhkan tambahan hal-hal bermanfaat tersimpan dibalik lengan bajunya.
"Hehehe…. Ini seperti memang Dewa Keberuntungan, sedang sangat baik padaku! Mungkin berniat menjadikan semacam anak angkat atau sejenisnya!" gumam Arthur. Menampilkan senyum lebar menatap langit. Seolah sedang berbicara dengan sosok Dewa Keberuntungan. Membayangkan jika itu memang benar ada, pasti saat ini sedang menatapnya balik dengan senyum lebar sama.
Sempat bertahan beberapa saat menampilkan raut wajah bodoh menatap langit, Arthur kembali mengalihkan pandangan kepada Bunga Udumbara Fatamorgana saat merasakan pergerakan tertentu masih coba dilakukan oleh makhluk tersebut.
"Hei Bunga cengeng! Berhenti keras kepala! Aku akan merawatmu dengan baik…!" bentak Arthur. Benar-benar kesal saat Bunga Udumbara Fatamorgana, tak juga menyerah dalam upaya perlawanannya.
Arthur, cukup frustasi karena harus menjaga agar Bunga Udumbara Fatamorgana, tak rusak oleh tekanan Rantai Hantu dalam proses pemindahannya.
Kembali coba menarik Rantai Hantu hitam legam, untuk mencabut akar yang tertanam pada tanah.
"Hmmmm…"
Tampak kesulitan, Arthur seketika menghentikan aksi. Mulai mengerutkan kening saat seperti mendapat satu ide tertentu.
"Kurasa sedikit bantuan akan membuat semua menjadi lebih mudah! Kenapa tak ikut membantu agar cepat selesai?" ucap Arthur. Seraya mengambil tatapan kearah belakang. Pada sosok Barbatos yang sedari tadi, masih bertahan melayang tiduran di udara.
Sekedar bersikap santai, seperti cukup menikmati segala pertunjukan ditampilkan oleh Arthur mengurus Bunga Udumbara Fatamorgana.
"Ohhh, meminta bantuan?" tanya Barbatos. Mengerutkan kening, menampilkan sorot mata merendahkan kearah Arthur.
"Hmmm… Sebenarnya bukan bantuan, sekedar aksi kolaborasi!" balas Arthur.
"Tapi jika kau tak mau juga tak ada masalah! Aku masih ada cara lain, semisal mengganggu istirahat Lord Kegelapan!" lanjut Arthur. Membalas sorot mata merendahkan Barbatos, dengan wajah tengil.
*Tapp…!!
Diawali dengan deru kobar Hell Fire menyala terang, sosok Barbatos tiba-tiba lenyap. Hadir kembali melakukan pendaratan ringan disebelah Arthur tepat setelah mendengar kalimat terakhir disampaikan Sang Bocah.