April, Lyra, lalu Firhan. Tiga remaja dengan jeda umur dua tahun terhadap satu dan yang lainnya, yang membawa marga sang ayah – Rasyid Arzan Lubis. April si sulung nan penyayang, Lyra si tengah sang pengatur, dan Firhan si bungsu yang pendiam. Namun, pemuda pembawa marga berikutnya itu tak segan menunjukkan sikap jika merasa ada yang tak beres di hadapannya. Ucapan Firhan tadi, seolah menenggelamkan harga diri Hardi. Jika orang lain yang mendengar ujaran Adit, mungkin ujungnya hanya akan tak terima, dikuasasi emosi karena merasa dituduh sebagai anggota sekte hidup bebas. Namun, mengembalikan satu tuduhan dengan dugaan bahwa hal tak bermoral itu adalah karakter sang pem-bully, itu lebih butuh logika daripada emosi. Rasyid dan Indy masih terdiam usai pulangnya Hardi sekeluarga. Kelu deng