7- Drama Klien Pertama

1197 Kata
Nino tengah mengambil beberapa snack untuk ia masukkan ke keranjang belanjaan, hingga akhirnya ia merasakan ponselnya bergetar. Dengan cepat ia keluarkan ponselnya dari dalam sakunya dan mengeceknya. Mata Nino membulat begitu membaca notifikasi yang ada di paling atas. Tepatnya notifikasi dari blognya. "Gan!" Nino berseru agak keras, membuat bukan hanya Argan saja yang menoleh namun juga beberapa orang di sekeliling mereka. Namun mereka kembali acuh dan melanjutkan berbelanja. "Apa?" Argan mengerut alisnya. "Kita dapat klien pertama!" serunya dengan semangat. Nino menunjukkan layar ponselnya ke wajah Argan namun terlalu dekat hingga pemuda itu mundur. Argan tersenyum dan kembali mendekat pada Nino. Ia merebut ponsel Nino dengan cepat. Lalu ia mengulas senyum lebih lebar. "Suruh belanja?" tanyanya dengan kekehan kecil. Nino mengangguk. Lalu menjelaskan. "Iya, ini permintaan kecil dari klien pertama kita. Gak apa- apa meskipun permintaannya cuma suruh belanja doang." Ia menyikut lengan Argan yang masih terkekeh. "Sedikit demi sedikit lama- lama menjadi bukit," sambungnya. Ia merasa senang mendapatkan permintaan pertama yang masuk ke blognya. Ia menghargai apapun permintaan yang masuk. Meskipun hanya sebatas berbelanja barang. Setidaknya ... itu berarti blog mereka ada yang melirik, 'kan? "Iya, iya," balas Argan dengan mengangguk- anggukkan kepalanya berulang kali, namun masih terkekeh. "Bener kata lo. Sedikit demi sedikit lama- lama bisa membukit," sambungnya dengan terkekeh. Argan mendorong trolinya dan kembali melangkahkan kakinya. "Mumpung kita ada di sini, sekalian aja beli buat klien pertama kita itu," usulnya tiba- tiba. Nino yang mendengar itu mengangguk. Kemudian tampak membaca kembali permintaan yang tertulis. From: Karenina Permintaan: Beliin gue semua bahan- bahan kebutuhan makanan pokok yang ada di daftar ini, ya. Nanti gue kasih uang, lebihannya untuk kalian. Kirim ke alamat berikut. Tx. Kling Nino kini memandang notifikasi yang masuk kembali, ia melihat ada transferan yang masuk ke rekeningnya. Jumlahnya satu juta pas. Kemudian Nino kembali melirik bahan belanjaan yang harus ia beli. Sepertinya terlalu banyak. Maka dari itu si kliennya berani memberi uang banyak pula. "Belanjaannya banyak," kata Nino. Ia mengangkat kepalanya menatap Argan. "Kayaknya kita antarnya perlu pakai mobil deh," sambungnya lagi. Argan mengangguk- anggukkan kepalanya. "Oke, nanti coba kita sewa di aplikasi mobil online aja." Nino mengangguk- anggukkan kepalanya. Lalu mulai menyebut satu per satu barang belanjaan itu, sedangkan Argan yang mengambilnya dan memasukkannya ke dalam troli. Mulai dari bahan makanan pokok seperti beras, minyak, gula, kecap, telur, terigu, daging, lalu menuju ke barang seperti teflon, cetakan kue, sutil, dan lain sebagainya. Si kliennya juga menyuruh membeli bumbu- bumbu dapur seperti cabai, kunyit, jahe, garam, dan lainnya. Semuanya dalam berat yang bervariasi, ada yang satu kilo sampai tiga kilo. Lalu ada apron juga tertulis di orderan. Dari bahan- bahan yang dibeli, sepertinya kliennya ini sedang meng-stok ulang untuk keperluan bisnisnya. Sepertinya klien pertama mereka itu adalah pengusaha katering. Jadi mereka disuruh membeli barang yang akan digunakan untuk memasak masakan katering. "Gimana? Udah semua?" tanya Argan lagi memastikan semua barang yang di-order itu sudah berada di dalam troli yang ia dorong. Bahkan Nino kini mengambil troli lain. Sehingga totalnya ada dua troli untuk semua bahan yang di- order tersebut. Nino mengangguk. "Udah semua keknya," jawabnya sembari memastikan sekali lagi belanjaan si klien pertama mereka itu. Bahkan belanjaan yang semula mereka ambil untuk diri mereka sendiri, kini sudah tenggelam karena tertumpuk barang belanjaan milik klien mereka itu. "Oke," jawab Argan seraya mengangguk. "Ya udah, yuk kita bayar." Kemudian ia mendorong trolinya menuju kasir. Disusul di belakangnya oleh Nino yang tampak kesusahan mendorong troli yang penuh itu. Begitu sampai di deretan kasir, mereka mengantri. Antriannya cukup panjang karena mereka baru menyadari bahwa ini adalah hari libur. Bahkan mereka tidak menyadarinya sedari tadi. Hingga akhirnya mereka sampai pada giliran mereka. Nino dan Argan menuju kasir masing- masing. Mereka sengaja membedakan antrian kasirnya, agar proses penghitungan lebih cepat. Lalu kasir itu segera meng-scan barang- barang belanjaan mereka dan menghitung jumlah uang yang harus mereka habiskan untuk dua troli penuh. Mata Argan dan Nino hampir membelalak melihat angka yang mereka belanjakan. Dari semua uang yang masuk, sisanya hanya seratus ribu rupiah. Tidak kurang tidak lebih. Artinya mereka tepat membelanjakan sembilan ratus ribu rupiah. Belum lagi nanti jika mereka membayar ongkos untuk pengiriman menggunakan mobil. Mungkin hanya tersisa berapa puluh ribu untuk mereka. "Ini serius? Cuma sisa seratus ribu doang?" Argan bertanya pada Nino sekali lagi ingin memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Argan berulang kali membaca deretan harga dan jumlah total dalam struk di tangannya. Lalu sekali lagi ia menghitung dengan cepat. Namun jumlahnya tetap benar. "Wah, kita ditipu? Bahkan ini klien pertama kita?!" ujar Argan dengan menggebu. Ia tampak sebal sekarang. "Bahkan kita udah berjam- jam lho buat cari semua barang belanjaan itu, belum antrinya, belum bawanya ini berat banget. Upahnya cuma lima puluh ribu doang?" Nino ikut sebal, namun ia merasa bersalah sekarang. Bagaimanapun juga, ia yang tadi sangat antusias tentang klien pertama mereka. "Menurut lo gimana? Kita gak mungkin batalin orderannya dan balikin semua barang yang udah kita beli, 'kan?" tanyanya dengan nada yang ikut sebal. Jujur ia pun bingung sekarang. Argan menghela napas kasar. "Ya udah, mau gimana lagi, kita tetap antar aja sesuai alamatnya," katanya. Nino mengangguk. "Nanti gue coba bilang ke klien kita suruh tambahin upahnya lagi, ya. Tapi lo jangan marah lagi." Ia sudah tampak seperti seseorang yang merayu pacarnya agar tidak mengambek lagi. Nino tampak menyedihkan. Argan yang melihat Nino seperti itu kini terkekeh. "Iya ... iya, No. Gue gak marah lagi." Sebenarnya ia itu tidak marah pada Nino, namun ia kesal pada si klien pertama mereka itu. Bagaimana bisa klien itu mengirim uangnya hampir pas- pasan? Seolah sudah tahu seluruh harga- harganya, dan bertingkah pura- pura tidak tahu menahu. Bahkan sisa uangnya sangat mentok dengan ongkos mobil taksi online mereka. "Mobilnya bentar lagi sampai," ucap Argan sembari mengecek tracking mobil yang akan segera menjemput mereka. Kemudian ia menatap ke samping kirinya, tepatnya menatap beberapa kantung plastik belanjaan dan kardus- kardus yang berisi barang belanjaan kliennya itu. Bahkan barang belanjaan milik mereka sendiri hanya cukup dalam satu buah kantung plastik saja, tidak sebanyak barang milik kliennya. Argan menghela napas lagi. Hari ini akan menjadi pelajaran bagi mereka. Nino mengangguk mendengar perkataan Argan. Lalu ia mengetuk- ngetukkan kakinya, sembari menunggu mobil itu sampai. "Nanti kalau si klien itu gak mau nambahin uangnya, ya udah. Gak apa- apa." Argan berkata tiba- tiba. Membuat Nino menoleh padanya. Nino tampak mengerut dahi, namun hanya diam. Hingga Argan kembali melanjutkan kalimatnya. "Iya, buat pelajaran untuk kita. Lain kali kita harus buat kesepakatan dulu sama klien, upah untuk kita harus dipisahkan dari jumlah total yang akan dipakai untuk operasional," sambungnya. Kemudian tersenyum lebar. "Maaf, ya, tadi gue emosional banget. Bukan salah lo." Nino yang mendengar kalimat Argan itu tersenyum penuh haru. Benar yang dikatakan Argan. Padahal sebelumnya mereka sudah merencanakan hal itu, namun tadi ia lupa, karena terlalu antusias mendapatkan klien pertama mereka. "Iya," sahut Nino cepat, lalu mengumbar senyum lebar. Selang beberapa detik sesudahnya, mobil jemputan yang mereka pesan telah sampai. Dengan bantuan supir, Argan dan Nino memasukkan seluruh barang belanjaan itu ke dalam bagasi mobil. Beruntung mereka mendapatkan mobil yang cukup besar, sehingga sisa belanjaan yang tidak muat dalam bagasi, bisa mereka letakkan di kursi mereka. Mobil itu kemudian melaju meninggalkan mall, membelah jalanan ibukota dan menuju lokasi klien pertama mereka itu berada. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN