9- Kehidupan Mahasiswa

1144 Kata
Argan dan Nino tetaplah mahasiswa selayaknya biasanya. Mereka tetap belajar dan mengerjakan makalah kelompok mereka. Meskipun sesibuk apapun, mereka tidak akan pernah mangkir dari tanggungjawab sebagai seorang mahasiswa. Entah mereka mengumpulkan tugas bab yang sudah dibagi- bagi saat kelompok, atau mengerjakan laporan individual. Seperti pagi ini, Nino sudah berada di kelasnya meskipun jam masih menunjuk pukul setengah tujuh pagi. Ia dan kelompoknya hari ini mendapatkan jatah untuk mempresentasikan materi mereka untuk mata kuliah Kewirausahaan. Nino lah yang mendapatkan jatah untuk menyusun materi Powerpoint sehingga sejak tadi ia sudah ada di dalam kelasnya. Satu per satu teman kelasnya memasuki kelas. Nino hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan menyusun materinya. Sesekali ia melirik jam tangan di pergelangan tangan kanannya, dan beberapa kali mengembuskan napas. Sebenarnya, alasan Nino mengerjakan tugas powerpoint- nya di kelas pagi ini, yaitu karena kemarin ia dan Argan disibukkan dengan orderan dari klien mereka. Sedangkan malam harinya digunakan untuk beristirahat. Jadi, berakhirlah ia mengebut untuk menggarap tugas powerpoint itu. Padahal Nino sudah disuruh oleh teman- temannya sejak seminggu yang lalu, namun selalu ia tunda. Kini sudut mata Nino menangkap pergerakan seorang mahasiswa masuk ke dalam kelas mereka. Kemudian setelah ia menyadari bahwa mahasiswa tadi adalah bagian dari kelompok makalahnya, Nino mendadak makin mempercepat gerakan tangannya. Nino gugup seketika. Mahasiswa bernama Rio itu mendatanginya sembari masih menenteng tas ranselnya. "Gimana, No? Udah selesai?" tanyanya. Nino hanya mendongak dan tersenyum tipis. "Sebentar lagi," balasnya. Kemudian ia menyengir lebar sembari menambahkan, "Lima menit lagi beres." Rio tampak mengangguk. Lalu mengitari kursi Nino untuk mengecek materi powerpoint yang tengah digarap Nino. Mata Rio membelalak melihat layar laptop Nino sekarang. Lalu ia menepuk bahu Nino dengan bangga. "Bagus. Sip, No. Entar lo yang jadi moderator, ya," kata Rio seraya tersenyum lebar. Ia puas melihat tampilan materi presentasi yang akan dibawakan kelompoknya. Setelahnya, Rio melangkah menjauhi kursi Nino dan menuju kursi di sisi lain. Kemudian menduduki kursi itu dan memainkan ponselnya. Tugasnya sudah selesai. Nino hanya melirik kemudian mengembus napasnya lega. Sebenarnya ia hanya ditugasi mencari sumber materi yang sangat sedikit, berbeda dengan teman- temannya yang lain yang bahkan harus menyalin dari buku yang berlembar- lembar itu. Jadi Nino mendapatkan tugas tambahan untuk membuat powerpoint ini. Namun ia tidak pernah menyangka akan menjadi moderator. Bukannya apa, namun Nino ini tidak terlalu percaya diri jika bicara di depan publik. Mungkin hal yang aneh untuk seukuran mahasiswa semester empat. Namun memang begitu- lah kenyataannya. Apalagi Nino juga tidak ikut unit kegiatan mahasiswa apapun di kampus. Yang seharusnya lewat UKM itu lah dapat melatih public speaking seorang mahasiswa. Jam sudah mendekati angka tujuh. Teman sekelasnya kini mulai berdatangan. Ditambah oleh adik- adik tingkatnya yang sengaja mengambil kredit atas, tepatnya mengambil mata kuliah kakak tingkatnya itu. Nino kemudian melihat seorang mahasiswi yang masuk ke ruang kelasnya, mahasiswi berparas cantik dengan rambut tergerai panjang itu. Mahasiswi bernama Hani itu menatap Nino, lalu tersenyum padanya. Membuat Nino salah tingkah beberapa saat. Namun tak hanya sampai di situ, Hani kini melangkahkan kaki menuju kursi Nino. Lalu tanpa tahu hati Nino sudah berdebar kencang, Hani duduk begitu saja di kursi di sebelah pemuda itu. "Gimana? Udah beres?" tanya Hani sembari mencuri lirik pada PPT yang disusun Nino. Lalu takjub saat melihat hasilnya. "Wih, keren banget, No." Hani tersenyum lebar menatap wajah Nino. "Ah, biasa aja," ucap Nino salah tingkah. Ia menyengir menampakkan mata bulan sabitnya. "Nanti gue aja yang jadi moderator, gak apa- apa, kok." Hani kini mulai mengalihkan tatapannya dan meletakkan tasnya ke atas papan yang berfungsi sebagai alas untuk menulis itu. Papan yang menyambung dengan kursi besi yang ia duduki. Nino menoleh seketika. Ia seperti mendapat angin segar. "Serius?" tanyanya. Hani menatap Nino sembari terkekeh. "Iya." Lalu ia mengalihkan tatapannya seketika, dan melambai tangannya ke arah orang yang baru masuk ke dalam kelas itu. Nino sontak ikut menatap orang itu. Dan begitu tahu siapa orangnya, ia mencebik sebal. Orang itu adalah Beno, pacar Hani. Beno dengan semangatnya berlari ke arah kursi di sebelah Hani dan duduk di sana. Lalu mulai mengobrol panjang lebar dengan pacarnya itu. Membuat Nino seperti obat nyamuk saja. Beberapa menit kemudian, sang dosen mulai memasuki ruang kelas. Dosen laki- laki berkacamata itu mulai mengabsen satu per satu mahasiswa di kelasnya. Lalu sesaat kemudian mempersilakan kelompok pemateri maju ke depan kelas. Sontak Nino, Hani, dan Rio maju ke depan kelas dan mempersiapkan materi yang akan mereka presentasikan itu. "Silakan dimulai presentasinya." *** Berbanding terbalik dengan Nino, mata kuliah di jurusan Argan mengharuskan pemuda itu untuk selalu berkutat dengan laboratorium. Entah laboratorium Fisika atau Kimia. Seperti hari ini, di saat Nino tengah sibuk berpresentasi di kelasnya, Argan tengah melakukan praktikum di laboratorium kimia di fakultasnya. Meskipun ini adalah Praktikum Kimia Dasar karena hanya mencakup eksperimen- eksperimen untuk siswa SD, SMP, SMA, namun Argan terkadang masih bingung. Ia memang berkuliah di prodi Pendidikan IPA, namun tidak semua mata kuliahnya ia sukai. Ia lebih suka tentang Biologi dibanding Kimia. Jadi ia tidak terlalu senang sebenarnya ketika berhadapan dengan pipet, tabung reaksi, atau senyawa- senyawa kimia yang ada di dalam lab itu. Argan tengah memperhatikan dosennya yang menjelaskan tentang Hidrokarbon, ketika ponselnya bergetar. Ia melirik sekilas namun tidak mencoba untuk membuka pesan yang masuk itu. Ia memilih kembali memperhatikan dosennya itu. "Pertama kita masukkan minyak goreng ke dalam tabung reaksi sebanyak satu mililiter, kemudian masukkan cairan KMnO4 sebanyak lima tetes. Lalu goyangkan selama dua menit," jelas sang dosen wanita berkerudung itu. Ia tengah membandingkan satu per satu cairan yang akan diuji Baeyer dengan KMnO4. KMnO4 ini sendiri yaitu Kalium Permanganat adalah suatu senyawa kimia anorganik dan obat-obatan. Sebagai obat senyawa yang digunakan untuk membersihkan luka dan dermatitis. Senyawa ini merupakan garam yang mengandung ion K⁺ dan MnO−4. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi kuat. Sehingga dapat diuji dengan berbagai macam cairan yang akan membuktikan reaksinya. Uji Baeyer sendiri adalah uji yang menunjukkan kereaktifan Hidrokarbon terhadap Oksidator KMnO4. Argan mencatatnya dengan baik. Selanjutnya ia mulai mencoba sendiri seperti penjelasan yang tadi disampaikan sang dosen. "Lalu kita akan coba uji Baeyer minyak jelantah. Silakan kalian coba sendiri dengan dua cairan lain yang ada di atas meja." Dosen itu kembali bersuara. Kini mulai berkeliling melihat mahasiswanya mempraktikkan materi yang ia ajarkan tersebut. Argan menatap cairan Parafin di depannya yang akan segera ia uji Baeyer dengan menggunakan bahan yang sama seperti tadi. Lalu menggelengkan kepalanya ketika melihat bahwa dirinya ternyata bisa mempraktikkan hal yang sang dosen contohkan. Cairan itu membentuk warna ungu terang tidak seperti hasil minyak goreng tadi yang gelap. Dosennya yang tengah berkeliling itu tiba- tiba datang ke arah Argan. Lalu begitu ia melihat tabung reaksi yang tengah dipegang oleh Argan menghasilkan warna yang berbeda, ia mengangguk senang. Argan hanya menyengir. "Bagus." Dosen itu tersenyum menatap Argan. Kemudian segera beralih ke mahasiswa lain yang tengah berkutat dengan praktikum mereka. Argan memanfaatkan kesempatan itu dengan memeriksa pesan yang masuk tadi ke ponselnya. Dan begitu Argan membaca pesan tersebut. Ia membelalakkan matanya lebar. Nino: Gue ke luar dari tempat kerja gue. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN