Bossy

990 Kata
Taksi turun tepat dipelataran mansion, Andrew membayar dengan beberapa dollar sebelum memasuki mansion yang terlihat sepi tersebut. Malam selarut ini pasti semua orang telah tertidur, Andrew mengetatkan coat yang ia pakai. Suhu dingin membuat tubuhnya menggigil apalagi dimalam larut seperti ini. Tok... tok... Beberapa ketukan dipintu namun tidak ada tanggapan, sementara Andrew hampir menggigil memasukan kedua tangannya kedalam saku. Drrtt... drrtt... Andrew melirik ponselnya dan menjawab panggilan telpon, "masuk saja! Tidak dikunci." Tut... tut... Andrew tersenyum miring, hanya itu? Wanita itu memang bukanlah tipe wanita yang banyak bicara. Ia segera membuka pintu utama lalu menutupnya kembali. Melihat-lihat seisi bangunan mewah yang dilengkapi barang antik dan beberapa bingkai foto terpajang didindingnya. Beberapa tahun bekerja untuk Daisy, Andrew sangat hapal setiap bagian rumah ini. Ia menaiki tangga, menuju ruangan kerja Daisy yang bersebelahan dengan kamarnya. Lalu mengetuknya dengan pelan sebelum ia memasukinya, karena ia tahu, Daisy tidak menyukai orang yang lancang, apalagi statusnya yang hanya sebagai pegawai Daisy. "Masuk!" Terdengar suara merdu dari dalam sana, Andrew mengernyit heran. Kemana suara ketus dan galak yang biasa ia dengar? Meghiraukan suara itu, Andrew membuka kenop pintu. Terlihat bosnya itu tengah berkutat didepan laptop seraya memijit kepalanya, kelihatannya sedang pusing. "Tutup kembali Andrew!" Ujar Daisy dari kejauhan, ia menutup pintu kembali dan berjalan perlahan menuju meja kerja Daisy. Dengan jarak yang cukup dekat Andrew dapat melihat dengan jelas sesuatu yang menonjol dari luar kamisol yang dikenakan Daisy, Andrew menegak salivanya sendiri, mencoba mengalihkan perhatiannya dan menyerahkan sebuah amplop besar yang diminta oleh wanita itu. "Sekali lagi kau membawa pulang berkas kerja, aku akan memecatmu Andrew!" Ancam Daisy, masih berkutat dengan pekerjaannya. "Sorry miss, aku tidak sengaja memasukannya kedalam tas kerjaku" ucap Andrew penuh penyesalan, Daisy menghela nafas kasar, jika Andrew bukan karyawannya yang penurut ia pasti sudah akan memecat pria itu. Seketika Daisy mengernyit melihat kearah Andrew, "kemana pakaian kerjamu?" Tanya Daisy heran, pria itu hanya mengenakan coat tebal dan jeans. "Uhm... ini sudah larut malam miss, lagipula aku tidak bekerja dihari libur" jawab Andrew dengan nada sopan, Daisy lalu menghela nafas kasar seraya mengusap kasar wajahnya, sepertinya ia terlalu banyak bekerja hingga melupakan hal-hal kecil. "Andrew bisa kau tolong aku? Kerjakan ini, aku ingin beristirahat sebentar. Jika kau tidak keberatan?" Pinta Daisy seraya menatap Andrew penuh arti. Ditatap seperti itu membuat Andrew terdiam membeku ditempatnya, pikirnya bosnya itu sangat cantik malam ini, hanya berbalut kamisol pendek yang mengeskpos seluruh paha dan kaki mulus itu. "Andrew!!!" "Ahh, ya miss?" "Kau mendengarkanku? Apa yang kau lihat?" Cecar Daisy mendapati pria itu melirik kearah selangkangannya. "Ya miss, aku akan membantu." Ujar Andrew tergagap seraya menundukan kepalanya. Daisy berdiri dari duduknya, mendekati Andrew yang masih tertunduk. "Sekali lagi kau melakukan itu maka aku tidak segan-segan memutuskan hubungan pekerjaan denganmu Andrew, tunjukan rasa hormatmu padaku!" Desis Daisy tepat diwajah Andrew meski pria itu tidak berani menatapnya dan hanya mengangguk. "Maafkan aku miss, itu tidak akan terjadi lagi" ujar Andrew menyesali perbuatannya, jika ia kehilangan pekerjaan ini ia tidak dapat menafkahi ibu dan adik-adiknya. Dahi Andrew berkeringat, padahal cuaca sangatlah dingin tapi sekarang suhu tubuhnya terasa meningkat. Apalagi ketika bosnya itu membusungkan d**a kearahnya, terlihat sekali sesuatu itu menyembul dan hanya tertutup kain tipis. Sial! Apa yang terjadi pada dirinya, Andrew merutuk dalam hati. Apakah ini efek dari ciuman Carol tadi? "Cepat kerjakan Andrew! Aku harus membawanya besok pagi-pagi sekali." Kata Daisy lalu berpaling menjauh dari Andrew. Andrew melihat wanita itu membaringkan tubuhnya diatas sofa yang terletak disudut ruangan, memeluk bantal dan menenggelamkan kepalanya dilipatan kursi, terlihat sekali bahwa wanita itu sangat lelah. Andrew mengerti, tidak mudah baginya hidup dan menjalankan sebuah perusahaan seorang diri. Andrew menghela nafas, ia lalu duduk dimeja kerja Daisy dan melanjutkan pekerjaan wanita itu. Sambil menempelkan headphone nya kembali ketelinga, Andrew lebih nyaman bekerja jika ditemani alunan musik. Jika berada dikantor, Daisy pasti tidak mengijinkannya mendengarkan musik meski tidak mengganggu orang lain, namun jika Daisy memanggilnya Andrew pasti tidak dapat mendengarnya, dan malah akan menyebabkan wanita itu murka. Well, dasar wanita... Jemari itu begitu lincah menekan tombol keyboard, begitu asik bekerja hingga lupa ada sosok wanita yang tengah mendengkur diatas sofa dan mungkin saja tengah bermimpi indah saat ini. Andrew mengernyitkan kening, ia membuka headphone dan melirik kearah Daisy. Kamisolnya tersingkap keatas, membuat paha mulus itu terlihat begitupun dengan dalam berenda berwarna hitam. Andrew kembali berkeringat, ia buru-buru mencari sesuatu agar tak menghilangkan konsentrasi pada pekerjaannya. Ia keluar dari ruangan kerja Daisy, menuju kamar wanita itu guna mencari sesuatu. Andrew merutuk dirinya sendiri, jika Daisy tahu ia memasuki kamar wanita itu tanpa permisi maka ia akan murka. Pada akhirnya ia menemukan sesuatu, Andrew kembali keruangan kerja dan wanita itu masih terdengar mendengkur. Sudut bibir Andrew terangkat, melihat wanita itu tertidur terasa sangat damai. Sepertinya hanya ketika tidur Andrew dapat melihat kedamaian, tidak seperti biasanya wanita itu tidak pernah berhenti bicara seolah lidahnya tidak mengerti titik dan koma. Andrew mendekati sofa, menutupi tubuh Daisy dengan selimut dengan perlahan. Takut membangunkan singa betina itu dan akan membuatnya mengomel hingga menyebabkan gendang telinga Andrew sakit. Nafasnya teratur dan kedua mata dengan bulu mata lentik itu tertutup, masih memeluk bantal begitu cantiknya ketika ia tertidur seperti ini. Andrew baru menyadari bahwa bosnya ini ternyata sangat cantik, Andrew tidak mengerti mengapa diusianya yang sudah kepala tiga namun belum memutuskan untuk menikah. Daisy hanya tergila-gila pada pekerjaan dan terus memantapkan karirnya, tidak seperti saudari perempuannya yang mungkin kini telah bahagia dengan pilihan hatinya. Tubuhnya sedikit bergerak, Andrew sedikit menjauh agar tak mengejutkan wanita itu ketika melihatnya berada disampingnya. Andrew kembali melanjutkan pekerjaannya setelah melihat wanita itu kembali terlelap, Andrew tak henti-hentinya tersenyum. Mungkin saja bosnya itu sedang berada dialam mimpi yang indah, mungkin saja ia bermimpi menikah dengan Andrew. Nah! Andrew hampir tertawa terbahak, mengapa tiba-tiba ia memikirkan hal tersebut. Pria sepertinya tak mungkin dapat menyaingi pesona Mr. Osborn, dan lagi ia bukanlah pria yang memiliki segalanya untuk memanjakan wanita seperti Daisy. Oh, jangan bermimpi Andrew. Daisy terlalu sempurna untukmu, dan kau hanyalah seekor tikus got yang telah ditolong oleh Daisy.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN