Moni dan Merlin merasa takjub melihat rumah mereka yang besar ini. Dulu mereka mempunyai mimpi memiliki rumah dua tingkat saja sudah bersyukur, sekarang rumah mereka tiga tingkat dan tampak megah. Moni dan Merlin, menatap pada sudut yang tampak seperti sebuah lift.
Moni dan Merlin melihat pada Rangga dan pria itu mengangguk, membenarkan pemikiran kedua istrinya. Moni dan Merlin tidak menyangka kalau Rangga sangat kaya raya, sanggup membeli rumah sebesar ini dan megah. Apalagi rumah ini ada lift-nya.
“Rumah ini pasti mahal banget ya?” tanya Merlin.
Rangga mendekati kedua gadis itu dan membawa keduanya ke dalam pelukannya. “Ini tak seberapa dengan kalian mau menikah denganku. Dulu aku ingin melamar kalian berdua, tapi, aku takut kalian mengira aku pria b******n,” ucap Rangga, membawa kedua gadis itu untuk duduk di sofa ruang tengah.
Moni dan Merlin, kaget mendengar kalau Rangga ada niat ingin melamar mereka. tapi, karena pria itu takut kalau Moni dan Merlin akan berpikiran buruk pada Rangga, padahal Moni sudah memberikan kode pada Rangga kalau mereka menyukai pria itu. Dengan membawakan Rangga makanan setiap paginya, dan tak jarang mereka kelepasan memanggil Rangga dengan sebutan sayang.
“Kami sudah melamar kamu. Jadi, kamu juga sudah memiliki kami sekarang. Kau hanya boleh menikah dengan kami, tidak boleh menikah dengan wanita lain,” ucap Moni.
Rangga tersenyum mendengar ucapan Moni dan mencium secara bergantian pipi kedua istrinya. “Aku merasa gagal sebagai lelaki, masa aku harus dilamar oleh dua orang gadis sekaligus, dan aku tidak ada melamar kalian,” ucap Rangga memberengut.
Moni dan Merlin tertawa mendengar ucapan suami mereka. Memang benar Rangga tidak ada melamar mereka berdua, mereka langsung mengurus pernikahan, yang sebenarnya ayah Rangga yang lebih banyak mengurus. Mengurus surat-surat pernikahan mereka secara resmi.
“Tidak usah dipikirkan lagi, yang penting kita sudah menikah. Kami sangat mencintaimu, jangan pernah berpikir untuk menikah lagi. Walau kau sanggup memiliki istri tiga atau empat, tapi, kami tak mau kau menikah lagi.” Merlin menyandarkan kepalanya di atas d**a Rangga.
Rangga mengangguk, “aku tidak akan menikah lagi. Kalian saja sudah cukup.”
Moni dan Merlin sangat senang mendengarnya,berharap ucapan Rangga bukan kaleng-kaleng dan bukan hanya omongan kosong saja. Moni dan Merlin berharap pernikahan mereka akan bahagia sampai akhir hayat.
“Kalian, tidak mau melihat kamar kalian?”
Moni dan Merlin mengangguk, mereka ingin melihat kamar mereka. Rangga juga sudah menjelaskan kalau kamar mereka tidak sama akan dipisah. Dan Rangga juga sudah menjelaskan, kalau malam pertama akan dilakukan dengan yang pertama kali akad nikah dilaksanakan,berarti itu dengan Moni.
Moni yang mendengar itu mendadak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Selama ini Moni tidak pernah mau tahu bagaimana hubungan intim itu, hanya saja, beberapa kali Moni dan Merlin membaca buku tentang hal-hal berbau dewasa dan mereka seketika takut, yang mana di buku mengatakan kalau pertama kali melakukan itu akan sakit.
Rangga membawa Moni dan Merlin menuju lift, karena kamar mereka terletak pada lantai tiga. Sebenarnya Rangga mau kamar mereka terletak lantai dua saja, tapi, kamar di lantai tiga yang paling luas. Sehingga Rangga memilih untuk kedua kamar itu di lantai tiga.
Untuk meletakkan pakaian sendiri, Rangga merombak kamar yang berada di tengah-tengah kamar Moni dan Merlin, menjadi tempat pakaian mereka dengan pintu dihubungkan dengan setiap dua kamar itu. sehingga Rangga tidak akan membagi pakaiannya untuk diletakkan di kamar Merlin atau Moni. Karena pakaian mereka bertiga diletakkan di kamar itu, yang bisa disebut walk in closet.
Rangga mengajak kedua istrinya untuk melihat kamar Moni lebih dahulu, Moni yang sangat luas. Dengan warna putih mendominasi kamar Rangga dengan Moni ini, juga terdapat meja rias, televise 31 inci, kamar mandi, dan balkon yang menghubungkan langsung pada halaman belakang rumah.
“Kamu suka?” tanya Rangga.
Moni mengangguk, ini sangat menakjubkan baginya. Memiliki kamar seluas ini hanya dalam mimpinya dahulu, sekarang terwujud.
“Kita lihat kamar Merlin,” ucap Rangga dan mengajak kedua istrinya untuk melihat kamar Merlin—istri kedua Rangga.
Kamar Merlin sama luasnya dengan kamar Moni, tapi, yang membedakan hanya warna saja. Karena kamar Merlin di d******i oleh warna grey. Dan balkon kamar Merlin juga memperlihatkan halaman belakang rumah.
Halaman belakang rumah mereka terdapat kolam renang dan taman bunga, dengan tempat duduk dan meja yang berada di taman bunga tersebut. Merlin dan Moni sangat menyukai kamar mereka dengan Rangga.
Rangga memang bersikap adil dengan mereka dan tidak membedakan luas, bahkan, segala sesuatu dalam kamar tersebut. Moni dan Merlin, sudah yakin kalau Rangga adalah lelaki yang tepat untuk mereka. Melihat bagaimana Rangga bisa bersikap adil, dengan mahar yang sama besar, walau beda bentuk, kamar yang sama luas, dan ntah apa lagi nanti kejutan dari suami mereka ini.
“Senen sampai selasa, aku akan tidur bersama Moni, kamis sampai jumat, aku akan tidur dengan kamu Merlin, minggu kita tidur bersama dengan bergantian kamar kamu atau kamar Moni,” terang Rangga.
Moni dan Merlin mengangguk, kedua gadis itu tidak masalah dengan keputusan Rangga. Lagian mereka tidak ada cemburu sama sekali, bagi mereka sudah sangat adil begitu. Mereka juga akan tidur bersama hari minggu. Di sini mereka hanya tidur, dan tidak ada melakukan hal lain. Karena dalam islam diharamkan melakukan hubungan badan dengan salah satu istri dihadapan istri yang lain. Dalam islam juga dijelaskan, wanita yang melihat aurat wanita lainnya termasuk perkara yang disepakati keharamannya. Melakukan hubungan badan dengan salah satu istri dihadapan istri yang satunya, maka ia melihat dan mendengar suara desahannya termasuk perkara yang memalukan.
Jadi, mereka pada hari minggu tidur bersama, hanya tidur dan tidak melakukan hubungan intim. Karena jadwal dengan suami mereka sudah dibagi semestinya. Seharusnya mereka tidak ada acara tidur bertiga, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi, Rangga sudah mengatakan pada Moni dan Merlin, kalau mereka tidur bertiga semalam hanya untuk bersikap adil saja. Tidak merambat pada melakukan hal-hal intim.
Dalam berpoligami bukan sembarangan. Tinggal nikah dan beres. Hukum dan segalanya, harus dipelajari, tentang hubungan badan, dan lainnya. Maka dengan itu Rangga selalu membaca artikel-artikel berpoligami. Pria yang memadu istrinya harus bisa berlaku adil pada istrinya dalam menafkahi lahir dan batin. Jangan berpoligami kalau tidak bisa adil. Dan apalagi istri pertama yang tidak meridhoi suaminya menikah lagi, karena juga memerlukan persetujuan dari istri untuk menikah lagi.
Rangga tidak perlu meminta persetujuan lagi, Moni dan Merlin sendiri yang mau di poligami. Tapi, mereka tidak mau Rangga menikah untuk yang ketiga kalinya. Dan inilah yang dimaksud persetujuan istri, dan Rangga juga tidak berniat menikah untuk yang ketiga kalinya.
***