Part 06

1013 Kata
Moni menatap kebaya yang diberikan oleh pegawai butik padanya dan tersenyum melihat bagaimana elegannya kebaya tersebut, berwarna putih dan dihiasi oleh baru manik-manik berwarna putih dengan memiliki ekor panjang. Untuk rok Moni memilih batik berwarna coklat tua. Gadis itu sangat senang memilih kebaya untuk hari pernikahannya dengan Rangga.             Sedangkan Rangga tuxedo warna putih dan untuk bawahannya ia memilih batik serupa dengan rok Moni. Mereka terlebih dahulu memilih kebaya untuk Monidan setelah itu baru untuk Merlin. Tadi, pemilik butik mengira Rangga akan membeli dua pasang kebaya untuk Moni dan Merlin, karena pemilik butik itu mengira Rangga akan menikahi dua gadis sekaligus. Memang itu kenyataannya. Tapi, Rangga tidak akan mengatakan hal sebenarnya.             Rangga mengatakan kalau Merlin adalah sahabat calon istrinya dan pemilik butik itu mengangguk dan mengatakan maaf. Mereka juga menawarkan gaun bridesmaid untuk Merlin, mereka tentu saja menolak dengan halus. Mengatakan kalau pernikahan mereka hanya diadakan sederhana dan tidak memakai bridesmaid.             Pemilik butik tentu saja percaya saja dan tidak banyak bertanya lagi, membuat pelangganm mereka nanti tidak nyaman. Karena pelanggan mereka satu ini meminta kebaya yang terbaik. Dan kebetulan mereka mengeluarkan produk terbaru dengan harga lumayan.             “Ini sudah pas. Dan tidak perlu diperbaiki lagi, jadi semuanya berapa?” tanya Rangga pada pegawai butik.             Pegawai butik itu mengatakan jumlah semua belanjaan Rangga, dan Rangga memberikan kartu kreditnya pada pegawai butik. Moni dan Merlin menahan napas mendengar total yang harus dibayar oleh Rangga, seratus juta lebih. Sangat mubazir membeli pakaian yang hanya dipakai sehari saja dan harganya sudah semahal itu.             “Ayo, kita cari gaun untuk Merlin,” ajak Rangga mengambil dua paper bag dari pegawai butik.             Moni dan Merlin mengikuti Rangga dari belakang dan tidak bisa berkomentar. Orang kaya mah bebas. Apalah daya mereka berdua sering incar barang diskonan di Mal. Dan mereka lebih sering tidak membeli barang-barang yang mereka rasa tidak perlu.             Mereka lebih suka memberikan uang mereka separuh untuk panti asuhan dan menyenangkan adik-adik panti mereka. karena anak-anak panti adalah keluarga mereka dan selalui menjadi tempat mereka menghilangkan rasa gelisah dan sedih.             Rencananya Moni dan Merlin akan mendatangi panti asuhan dan mengatakan pada ibu panti mereka akan menikah. Walau ini adalah pernikahan yang terkonyol, dengan menikahi satu pria bersama. Tapi, ibu panti sudah tahu janji mereka dahulu dan tidak akan menjadi kejutan lagi.             ***             Merlin masih memilih model yang sama dengan yang dipilih oleh Moni tadi, namun, bedanya hanya warnanya saja yang berbeda. Merlin memilih kebaya creame gold dan roknya berwarna coklat muda. Rangga juga memilih warna tuxedo yang sama dengan Merlin dan bagian bawahnya sama.             Rangga juga memastikan kalau kebaya itu pas pada Merlin dan kembali membayar semua belanjaan mereka. pemilik butik di sini tidak ada bertanya-tanya dan hanya menuruti keinginan Rangga dan tidak ada rasa kepo terhadap Moni. Moni dan Merlin harus menahan napas lagi, karena total belanjaan di butik ini sama dengan total belanjaan di butik pertama hanya beda ratusan ribu saja.             Merlin dan Moni merasa uang dua ratus juta lebih, terbuang sia-sia saja dengan membeli pakaian dpakai sehari saja. Mending membeli hal-hal yang diperlukan daripada membeli gaun ratusan juta dan hanya dipakai sekali. Tapi, orang kaya beda pemikirannya dengan orang menengah bawah.             Merlin dan Moni yang mendapatkan gaji 5 juta perbulan saja sudah sangat bersyukur dan bisa membagi penghasilan mereka untuk panti asuhan. Tapi, bagi Rangga yang ketika memenangkan tender bisa mendapatkan milyaran rupiah tidak akan rugi bagi Rangga mengeluarkan uang ratusan juta seperti sekarang.             “Untuk cincin pernikahan aku pesan dari luar negeri nantinya, agar model cincin kita bertiga semuanya sama. Tidak mungkin aku memakai dua model cincin pernikahan,” ucap Rangga.             Moni dan Merlin menuru saja, mereka saja tidak sampai kepikiran ke sana. Mendengar harga gaun yang fantatis saja sudah membuat jiwa Misqueen mereka bergejolak. Jangankan beli baju ratusan juta. Beli ratusan ribu saja mereka harus berpikir dulu, apakah beli atau tidak. Tas mereka saja harganya paling tinggi hanya 150 ribu. Itu saja mereka cari yang diskonan.             “Terserah kamu saja, lagian kami tidak mengerti tentang cincin yang bagus. Kami selalu beli cincin imitasi,” ucap Moni.             Rangga tersenyum mendengar ucapan Moni, mulai sekarang mereka tidak akan memakai barang-barang imitasi lagi. Rangga akan membelikan berlian dan perhiasan yang asli untuk kedua gadis itu. Moni dan Merlin memang tidak pernah malu menunjukkan kalau mereka tidak mampu membeli barang-barang mahal.             Moni dan Merlin itu gadis sederhana dan tidak pernah malu-malu mengakui kalau mereka bukanlah gadis mampu. Dan mereka selalu memakai barang-barang yag diskonan dan tidak malu memakainya. Tidak seperti wanita-wanita yang berada di perusahaannya yang selalu ingin tampak glamor dan memakai barang-barang yang branded dengan cara kredit.             “Kalian mau makan?” tanya Rangga.             Moni dan Merlin mengangguk semangat. Perut mereka sudah berbunyi sedari tadi dan minta untuk beri makan. Mengatakan pada Rangga kalau mereka lapar, rasanya malu dan tidak enak. Karena Rangga hanya membawa mereka membeli baju pengantin bukan untuk pergi makan.             Rangga tersenyum melihat kedua gadis itu mengangguk semangat. “Ayo, kita makan.”             Moni dan Merlin mengangguk, mengikuti langkah Rangga di belakang pria itu. Sebenarnya mereka ingin berjalan di samping kanan dan kiri Rangga, tapi, takut mengundang hal-hal tak sedap dari mulut netizen yang nyinyir. Mereka hanya suka nyinyirin kehidupan orang lain, mereka tidak melihat pada kehidupan mereka sendiri sudah sempurna atau belum.             Apalagi kalau mereka mengomentari akun media social orang lain dan menghina atau mengejek orang lain. Dan sekarang banyaknya kasus artis melaporkan netizen karena komenan tak sedap. Bijaklah bertutur kata, menggunakan media social, dan introfeksi diri, apakah dirimu sudah baik?             Moni dan Merlin masih gadis yang tidak tahan dengan hinaan dan cacian. Mereka dahulu waktu SMP pernah di-bully dan dikatakan anak haram, anak pembawa sial, dan lainnya. Membuat Moni dan Merlin ingin berhenti sekolah dan tak mau pergi ke sekolah. Atas bujukan ibu panti, mereka bisa seperti sekarang. Mendapatkan beasiswa saat kuliah dan bekerja di perusahaan Rangga.             Padahal banyak perusahaan yang ingin mengajak mereka bekerja sama dengan gaji yang besar. Tapi, karena mereka ingin selalu dekat dengan Rangga, akhirnya mereka dibekerja di perusahaan Rangga dengan gaji standart dan bisa membantu ibu panti. Moni dan Merlin bersyukur bisa membantu ibu panti dan anak-anak panti.             Karena di panti mereka dibesarkan dan mengenal pahitnya hidup.               ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN