“Selamat pagi mbak Arumi,” sapa Sonya santai. Ia terlihat sudah cantik dengan pakaian kerjanya. “Bukannya kemarin kamu sudah aku usir ya?” tanya Arumi santai walau sedikit bingung. Saat menuju ruang makan, ia sempat melihat kamar dimana Sonya berada terbuka dan semua terlihat kosong tak ada barang yang tersisa. “Iya, tapi saya kembali bukan untuk tinggal disini. Saya mau menjemput mas Ren, kami biasanya berangkat kerja bersama.” Arumi dan Sri saling beradu pandang sesaat. Arumi menyadari bahwa Sonya yang tampak muda dan polos itu memiliki keberanian yang luar biasa. Untung saja ia tidak memiliki perasaan pada suaminya, istri lain mungkin sudah merajam perempuan ini dengan batu. “Kalau kamu mau menjemput suamiku untuk berangkat bekerja, panggil dia pak, bukan mas!” tegur Arumi tak ing