Apa yang kamu lakukan?

1656 Kata
Hari menjelang malam. Aron dan Brian sama sekali tidak mencari apapun di rumah itu. Mereka masih capek karena perjalanan yang sangat jauh. Aron hanya diam duduk di sofa. Sementara Brian dan Dan ella dia hanya diam di duduk di lantai. Dengan wajah tampak lesu. Brian sengaja duduk di bawah. Lagian di sofa hanya muat untuk dua orang saja. Tidak mungkin bisa jika bergandengan tempat jauh apalagi dengan keadaan mereka yang masih di borgol. "Hai..." ucap Ella, dia menepuk lengan tangan Brian. Brian yang hampir saja ketiduran. Membuka matanya, dia mengerjapkan matanya yang masih terasa sangat lengket. Mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya. "Ada apa?" tanya Brian. "Aku mau ke kamar mandi." ujar Ella. "Mau ngapain?" Brian mengerutkan keningnya. Menatap gerak-gerik Ella yang membuatnya curiga. "Buang air kecil," bisik Ella. Brian mengerutkan keningnya dalam-dalam. "Oke, bentar!" Brian beranjak berdiri. Dia mengulurkan tangannya tepat di depan wajah Ella. "Kenapa kamu tidak buka saja. Gimana aku mau buang air kecil jika aku tidak bisa membasuhnya." ujar Ella beralasan. "Kalau memang kamu tidak mau ya, sudah. Aku tidak melarang kamu. Lebih baik aku tidur lagi." kata Brian, dia yang merasa sangat capek. Ingin sekali berbaring di ranjang. Ella menggigit bibir bawahnya. Memutar matanya kesal. Dengan terpaksa mau tidak mau Ella harus menuruti apa yang dikatakan Brian. Brian sudah tidak bisa lagi menahannya.. "Baiklah!" ucap Ella terpaksa. Ella menerima uluran tangan Brian. Dia segera berdiri. Brian berjalan mencari toilet hang sedari tadi dia belum tahu tempatnya. Dimana toilet itu. Mau tanya Aron, dia juga bahkan dari tadi masih melamun. Brian tidak mau mengganggu Aron. Dia pasti masih mengingat kenangan bersama kedua orang tuanya. "Dimana, aku udah gak tahan lagi." ucap Ella mencengkeram celananya. Dia menggerakan kakinya, tak bisa menahan lagi untuk buang air kecil. Seketika Bria menoleh ke kanan. Sebuah kamar mandi yang terlihat kosong di sana. "Itu, ada akan mandi." ucap Brian menunjuk ke arah tempat kamar mandi itu. Tak banyak bicara, Ella berlari tangannya menarik Brian untuk masuk ke dalam.. "Brian, apa yang kamu lakukan?" tanya Ella. "Kenapa?" tanya Brian tanpa rasa bersalah sedikitpun. "Kamu keluar, memangnya kamu mau masuk ke dalam?" geram Ella. Brian mengangkat tangan mereka yang masih di di borgol satu sama lain. "Arrggg..." Ella menggelengkan kepalanya frustasi. "Oke.. Oke! Tapi, ingat jangan menyentuhku atau bahkan melecehkanku. Jika kamu berani meniduriku. Aku akan melaporkan kamu pada polisi untuk pasar pelecehan." ancam Ella. Menarik salah satu alisnya ke atas. Dengan tatapan sedikit menantang. "Balik badan!" pinta Ella. Dia segera buang air kecil. Setelah selesai, wanita itu melirik ke arah Brian. Laki-laki itu ternyata benar. Dia sama sekali tidak menatap ke belakang sama sekali. Dia terlihat begitu tampan saat dari samping. Ingin sekali aku memeluknya. Tapi, itu hanya keinginan hatinya yang terasa sangat konyol. Dam tidak mungkin. Hal bodoh jika harus memeluknya. "Oke, silahkan!" Brian membalikkan badannya. Tatapan matanya mengarah ke arah pintu kamar mandi. Beberapa menit dia menunggu Ella di kamar mandi. "Apa yang kamu lakukan. Cepat!" geram Brian. "Boleh kan aku mandi sekalian. Di sana ada bathup. Aku mau mandi sebentar." kata Ella. Dia yang sudah selesai buang air kecil. Segera beranjak berdiri. "Kalau kamu mandi. Gimana cara lepas bajuku. Lagian kamu dan aku masih satu. Tidak bisa kami melepaskan baju kamu. "Bisa, aku hanya ingin mandi. Tubuhku terasa lengket. Jika aku tidak mandi. Kau juga tidak bisa tidur." kata Ella. Dia mengerucutkan bibirnya. Brian melirik sekilas ke belakang. Melihat wajah Ella yang cemberut. Dia seketika tak tega. Mau tidak mau dia juga harus membiarkan Ella mandi. "Baiklah!" Cepat, aku akan tunggu kamu." ucap Brian. Ella melayangkan senyuman tipis. Dia segera berjalan penuh semangat, menyalakan kran, mengisi bathup yang masih terlihat kosong. Dia segera melepaskan kain yang menempel di tubuhnya satu persatu. Brian tak sengaja melirik ke belakang. Melihat tubuh Ella, seketika Dia segera membalikkan wajahnya lagi. Menutup matanya rapat-rapat. "Sementara Ella, dia segera masuk ke dalam bentuk. Membasuh tubuhnya perlahan. Karena larangannya yang masih di berotot. Terpaksa tangan Brian juga ikut masuk ke dalam bathin. Ella melirik ke arah Brian. Dia duduk sembari memejamkan kedua matanya sangat erat. "Eh.. Kamu tidak melihatnya kan." ucap Ella. "Tidak, tenang saja." jawab Brian. Ella merasa lega. Dia tersenyum simpul. Lalu, melanjutkan mandinya. Saat Ella mencoba untuk berdiri. Seketika tubuhnya terpeleset, dia terjatuh lagi ke dalam bathin. Tangan Brian tertarik hingga tubuhnya masuk ke dalam bathin berdua. Brian seketika terkejut, dia yang semula hampir ketiduran terkejut dengan tingkah Ella. Brian mengusap wajahnya yang basah. Kedua mata mereka saling tertuju satu sama lain. Kedua tangan Brian tak sengaja menyentuh gundukan yang terasa kenyal. Dia mengerjapkan kedua matanya. Menelan ludahnya susah payah. Apa yang di lamunannya. Membuat dia terdiam seribu bahasa. Apa ini? Kenapa terasa kenyal. Brian terus bergumam dalam hatinya. Dia juga tidak hentinya. Untuk berusaha memalingkan wajahnya. Tetapi, kali ini akan tangannya yang tidak bisa diajak kompromi. Sementara Ella, dia jalan diam seperti patung di depannya. Wajahnya memerah. Wanita itu terlihat biasa saja. Bahkan dia terlihat menyukai apa yang dilakukan Brian. Dasar wanita aneh. Apa dia dia sengaja melakukan ini. Apa dia ingin supaya aku melakukan itu dengannya. Haha.. Tapi, itu tidak akan bisa. Tegas Brian dalam hatinya. "Maaf!" ucap Brian. Dia segera menarik kembali tangannya. Memalingkan wajahnya. Sembari melirik ke arah sekitarnya. Tanpa memandang wajah Ella yang terlihat lebih menakutkan sekarang. Ella mencengkram tangan Brian. Mencegahnya pergi. Ella mendekatkan wajahnya. Perlahan dirinya semakin dekat dan dekat. Napas mereka mulai tak beraturan. Apalagi Brian, dia bahkan tidak pernah melihat wanita sangat dekat seperti itu. Sebuah kecupan mendarat tepat di bibir Brian. Kedua mata Brian melebar sempurna. Dia merasakan bibir kenyal itu, berada di bibirnya. Sialan! Dia membuat aku tidak bisa berkutik. Apa ini. Lebih baik aku lepaskan saja. Tapi, apa ini trik dia agar aku mau melepaskan tangannya. Brian seketika menarik sudut bibirnya. "Kamu wanita yang tidak terlalu mahal ternyata." ucap Brian, dia memegang kedua sisi kanan dan kiri kepalanya. Mendekatkan wajahnya lagi. Memberikan kecupan panas seketika. Ella yang terkejut dengan perlawanan Brian. Dia tak bisa berkutik dengan kecupan panas brian Tubuhnya terasa menikmati apa yang di lamunannya. Meski hatinya terus saja menolak. Sialan! Aku hanya ingin memancing dia kenapa jadi aku yang terkena sialnya. Aku yang harus berhubungan dengannya, Arrggg.. Tidak! Tidak! Ella mendorong tubuh Brian menjauh darinya. "Hentikan!" pinta Ella. "Kenapa?" tanya Brian. Menarik sudut bibirnya. Penuh dengan tatapan licik. "Bukanya itu yang kamu mau?" geram Brian. "Tidak!" pekik Ella. Brian dengan tubuh basah kuyup. Dia beranjak berdiri, melangkah keluar dari dalam bathup. "Kali ini aku lepaskan kamu. Tapi, Aron yang akan aku minta untuk menjagamu." ucap Brian. Kedua matanya berkeliling, mengamati sekeliling ruangan. Ruangan itu sangat tertutup. Tidak ada jendela sama sekali. Hanya ventilasi udara kecil di dinding. Merasa tidak akan ada gerak-gerik Ella bisa keluar dari sana. Brian merasa sedikit lega. Dia mengeluarkan kuncinya dalam saku celananya. Dengan segera membuka borgol itu. Seketika senyum tipis terukir di bibir Ella. Akhirnya dia bisa bebas dari orang gila di depannya. lagian, aku bukan penjahat kenapa dia mau menangkapku. Ella menganggukan kepalanya pelan. Menunggu Brian seger membuka borgol itu. Setelah terbuka. Dengan segera Ella menarik tangannya. Dia mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit dan tampak memerah kebiruan. "Shit.. Tanganku!" rengek Ella. "Jangan manja jadi wanita. Hanya segitu saja kamu merengek." sindir Brian kesal. "Memangnya salah? Ini itu sakit. Lagian aku uang dari tadi dari kamu. Kamu gak sengaja jatuh gara-gara aku." gerutu Ella. Mengedipkan kedua matanya. Dia memasang wajah ikutnya. Bukanya kagum, Brian tampak sangat dingin. Mendekatkan wajahnya. Sembari berbisik pelan di telinga kiri Ella. "Memangnya kamu pikir aku tertarik dengan tubuhmu. Lihatlah, dia Milikku tidak ada isinya." Kedua mata Ella membulat sempurna. Pupuk matanya hampir saja keluar dari kerangkanya. Wajahnya tampak memerah. Ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya. "Issh... Dasar otak m***m" umpat kesal Ella. Ia menggerakkan giginya, menguntupkan bibirnya Menahan amarahnya. Brian berbisik lagi. Sembari menyilakan rambut panjang Ella yang berada di depan menutupi lengannya. "Aku tidak seperti yang kamu bayangkan. Tapi, bukannya kamu senang. Sampai kamu ingin memulai lebih dulu." kata Brian. Brian menarik sudut bibirnya sinis. "Jangan jadi wanita yang terlalu murah. Di pasar banyak cabe-cairan yang mahal. Bahkan harga kamu lebih mahal dari cabe. Ingat, kamu boleh membunuh. Terserah apa yang kamu lakukan. Tapi, murahan jangan. Ingat, harga diri kamu jauh lebih mahal dari berapapun gaji yang kamu dapatkan saat tugas." ujar Brian, sok bijak. Ella terdiam seketika. Kedua matanya berkedip menatap ke arah Brian. Batu kali ini dalam hidupnya bertemu dengan laki-laki yang sangat berbeda dari laki-laki lainya. Dia menghargai Wanita. Meski berbicara dan berbisik padanya. Laki-laki itu masih tetap menutup kedua matanya. Ella tak berhenti terus menatap kagum wajah Brian. Bukan karena dia tampan. Tapi karena hatinya, yang bisa menjaga wanitanya dengan baik. "Apa yang kamu katakan." tanya Brian. "Terus, jaga mata kamu. Jangan terlalu lama menatap wajah Brian. Atau, wajahku terlalu tampan?" goda Brian. "Sudah, pergilah!" pinta Ella. "Baik, jangan coba kabur dari sini. Aku bisa lacak kamu dimana saja saya kamu pergi. Ingat, Aron bisa melihat apa yang tidak bisa aku lihat. Kamu bersembunyi dimanapun. Dia bisa melihatnya." kata Brian. Tanpa menunggu jawaban dari Ella. Brian segera melangkahkan pergi, dia keluar dari kamar mandi dengan badan yang masih basah. "Kak Brian, kamu kenapa?" tanya Aron. Berjalan mendekati Brian. "Jaga wanita yang ada di dalam kamar mandi. Jangan biarkan dia keluar dari sana." pinta Brian. "Baik, kak." ucap Aron. Brian yang semula ingin melangkahkan kakinya. Dia mengurungkan niatnya. Merasa ada sedikit yang berbeda dengan diri Aron. Brian menggerakkan kepalanya pelan. "Aron," panggil Brian. Menghentikan langkah Aron yang berjalan menuju ke kamar mandi. "Ada apa?" tanya Brian menoleh. "Tadi kamu panggil aku apa?" tanya Brian. "Kakak." jawab polos Aron. "Apa aku salah memanggil seperti itu. Tetapi, kamu pernah menyuruh aku memanggil dengan sebutan seperti itu." kata Aron. "Iya, baik! Kamu tetap saja panggil seperti itu. Anggap aku sebagai kakakmu." ucap Brian, mengangkat ibu jari tangan kanan nya. Melayangkan senyuman tipis di wajahnya. "Iya.." Aron segera melangkahkan kakinya pergi. Sementara Brian berjalan menuju ke kamar. Semua barang-barang sudah di masukan ke dalam kamar orang tua Brian. Dia segera pergi untuk ganti baju.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN