Awal keanehan

2328 Kata
Disebuah rumah yang lumayan jauh dari pusat kota. Sekitar 20 menit perjalanan. Tapi bagi mereka tidak begitu jauh. Dia tinggal disebuah rumah yang sangat sederhana. Tetapi keluarga mereka lebih dari kecukupan. Rumah itu baginya hanyalah sebuah rumah kecil untuk penelitiannya. Seorang pasang suami istri itu sangat bahagia. Hidup sederhana di rumah sederhana yang mereka buat bersama. Dengan nuansa pemandangan yang indah. Pohon-pohon masih tumbuh alami. Udara yang begitu tentram dan sangat sejuk bagi siapa yang menghirupnya. Satu keluarga tinggal untuk mengasingkan dirinya. Dari pada tetangganya. Mereka mencoba hidup sendiri. Berinteraksi dengan diri sendiri. Rumah mereka tidak terlalu jauh dari keramaian. Hanya beberapa kilometer saja. Tetapi, dia lebih memilih untuk tetap diam di rumah. Dan, tidak mementingkan dunia luar yang hanya membuat masalah bagi dirinya. Pasangan itu semakin bahagia saat sang istri mengandung anak pertama. Perutnya sudah berusia sekitar 8 bulan. Dan satu bulan lagi dia akan melahirkan. Keluarga itu sangat menantikan buah hatinya. Rasa bahagia dan senang terpancar di raut wajah mereka. Tetapi, setiap saat sang istri selalu merasa lapar. Dia bingung membelikan semua makanan untuk sang istri Tetapi dia tidak mau memakannya. Apa saja yang di inginkan sudah di belinya. Tetapi, Sang istri terlihat mulai aneh. Dia menatap makanan di depannya seolah jijik. *** Kali ini, jarum jam menunjukan pukul 9 malam. Dirinya yang sempat berbaring di ranjang nya. Seketika bangun. Iya, Belinda. Wanita cantik yang semula berasal dari keluarga berada. Serta suaminya Verlos adalah penguasa yang bekerja sebagai pegawai biasa di perusahaan pusat kota. Namun, dia sebenarnya adalah prof muda yang sangat di takuti. Tidak ada yang tahu. Hanya keluarganya, dan itu alasan dia menyembunyikan semua identitasnya. Dan, hidup lebih menjauh dari dunia luar. Agar tidak ada yang mengenali siapa dirinya. Dia bahkan diam-diam melakukan semua penelitiannya sendiri. Bahkan istrinya saja tidak tahu. Dia membuat ruangan sendiri. Tanpa istri Setiap hati sang suami. Saya pulang kerja selalu membawakan makanan. Tetapi kali ini dia lupa. Dan, tertidur lelap di ranjang nya. Meski baru jam 9 malam. Sementara Belinda yang merasa sangat kesal. Dia keluar sendiri. Mencari sesuatu yang bisa dimakan. "Perutku lapar" ucap Belinda. Dia mengambil satu gelas air putih di dapur. Meneguk satu gelas air putih itu sampai habis. Meletakkan kembali gelas kosong di atas meja. Pandangan matanya berkeliling. Hingga dia menemukan sebuah hewan yang sangat aneh. Wajahnya terlihat mengerikan jika di lihat dari dekat. Namun, bentuknya sangat kecil seperti seekor kupu-kupu. Dengan kepala yang mengerikan. Seolah menatapnya ingin memangsanya. Tetapi, pandangan Belinda berbeda. Dia seperi seorang pshyco yang siap mencabik-cabik hewan di depannya. Belinda mengerutkan keningnya, senyum mengerikan terukir di bibirnya. Dia melangkah lebih dekat. Melihat sosok kupu-kupu itu, rasa laparnya mulai menjadi. Dia mengusap perutnya. Sembari memainkan lidahnya. Bersiap memaksanya. Belinda mencoba menangkap perlahan kupu-kupu aneh yang hinggap di samping gelas yang baru saja dia letakkan. Saat berhasil menangkapnya dengan mudah. Wanita itu mematahkannya. Dia mencoba untuk memakannya. Dengan mulut yang sudah terbuka sangat lebar. Suara seseorang mengejutkannya. "Sayang!" teriak Belinda sangat keras. Suara itu menggelegar seluruh penjuru ruangan. "Sayang.." suara Belinda semakin berat. "Uhuk... uhuk..." Belinda tiba-tiba merasa tenggorokannya sangat gatal. Dia mencoba mengambil satu gelas air putih. Meneguknya hingga tersisa setengahnya. Suaminya yang semula masih berbaring di kamarnya. Dia seketika terbangun dari ranjangnya saya tak melihat istrinya di samping. Dia bergegas keluar. Kedua matanya terbuka lebar saat melihat istrinya. Berada di luar sendiri. "Kenapa kamu ada disini?" tanya Verlos. Kedua matanya membulat sempurna saat melihat sang istri hampir saja menelan hewan yang sedari tadi masih di tangannya. Dia mencoba untuk membuka mulutnya. Menelan serangga di tanganya. Verlos yang terkejut melihat serangga yang tampak tak asing baginya. Dia mencoba meraih dari tangan istrinya. Tapi, malah terjatuh tepat di dalam mulutnya yang masih terbuka. Perlahan masuk ke dalam seolah tanpa mengganjal sama sekali. Serangga itu masuk sangat sempurna. Belinda mengerutkan keningnya, dia bingung, kenapa dirinya seolah tidak merasa menelan apapun. "Belinda, apa yang kamu lakukan?" teriak seorang laki-laki yang mengejutkan Belinda. Tatapan matanya juga terlihat sangat bingung. Suara kerasnya seketika membuat Belinda hanya bisa menciutkan tubuhnya. Hingga sosok serangga dalam tangannya yang semula hampir saja masuk tiba-tiba tertelan begitu saja. Tubuhnya terasa mulai aneh, sekujur tubuh Belinda mengeluarkan cahaya yang amat menyilaukan. Rumah yang terlihat emang nampak terlihat sangat cerah. Lebih cerah dari lampu penerangan jalan. Sang suami, Verlos merasa aneh pada istrinya. Dia mencoba melihat apa yang terjadi. Dia mencoba Mendekatinya, tetapi cahaya itu semakin membuat matanya tak bisa melihat dengan sempurna. Silunya semakin menyiksa matanya. Dalam waktu sekejap saja tubuhnya memancarkan sinar yang begitu terang. Smebetara Verlos hanya diam, menatap antara aneh dan kagum. sosok wajah yang begitu tampan itu terlihat mendekatinya. Tetapi tubuhnya terasa tak bisa dipakai olehnya. Sekalian terang semakin silau di matanya. Dia bahkan tidak bisa melihat Belinda dan lainya di rumah itu. Cuaca sangat gelap. Tetapi, panasnya masih ada. "Belinda.. Dimana kamu?" tanya Verlos. "Verlos.. Aku disini? Kenapa dengan tubuhku. Verlos tolong aku.. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa tubuhku mulai memancarkan cahaya." Belinda mengangkat kedua tangannya. Kedua matanya tidak berhenti menatap bingung dengan kejadian yang dialaminya. Merasa tidak percaya dengan apa yang sudah di dalamnya. Belinda mulai lemas, dan hampir saja terjatuh. Dengan sigap, Verlos mengangkat tubuh Belinda. Dia mencoba menyadarkan sang istri. Menepuk kedua pipinya bergantian. Hingga perlahan cahaya itu mulai redup kembali.. "Sayang, bangunlah! Apa yang kamu lakukan? Bangun… Sayang.. Bangunlah!" Velos tidak berhenti terus mencoba membangunkan dirinya. Verlos tertegun seketika saat dia merasa tubuh istrinya perlahan mulai pulih. Cahaya itu semakin redup, dan semakin menghilang dari tubuhnya. Tetapi perutnya terlihat sangat aneh. Usia kandungannya yang masih 8 bulan tiba-tiba terlihat semakin membesar. Dan perut itu semakin ke bawah. "Sayang, bangunlah! Apa kamu akan melahirkan di rumah?" tanya Verlos terlihat semakin bingung. Kejadian aneh yang membuat kepalanya terasa sangat pusing. Dia seolah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Verlos mengangkat tubuh Belinda membawanya segera menaiki mobilnya. Dengan kecepatan tinggi dia membawa istrinya ke rumah sakit terdekat dari rumahnya. belum sampai di sebuah rumah sakit. Belinda yang masih belum.sadarkan diri. Dia mulai mengeluarkan anaknya. Verlos yang terkejut ketika menginjakkan rem mobilnya sangat keras. Dia melihat anaknya terbaring di bawah jok tempat duduk istrinya. Menangis histeris seperti sosok bayi pada umumnya. Menangis setelah keluar dari kandungan ibunya. Verlos mengambil anaknya. Dan memberikan pada pangkuan ibunya. Dia mulai mengemudi mobilnya Dengan kecepatan sedang. Hanya 10 menit sampai di sebuah rumah sakit. Verlos berteriak sangat keras memanggil petugas rumah sakit. Tak lama perawat datang membawa tempat tidur dorong. Dia menggendong anaknya. Dan berlari mengikuti istrinya. Saat sampai di dalam sebuah ruangan inkubator. Bayi itu menolaknya. Inkubator itu tiba-tiba pecah dan mengeluarkan cahaya yang membuat ruangan itu tampak sangat cerah. Mengetahui hal aneh itu para dokter tidak bisa berbuat apa-apa. Dia bingung dengan kejadian langkah itu. Sementara Istrinya masih berbaring di atas ranjang rumah sakit. Dokter memberikan pertolongan pada istri Verlos dengan segera. Dia baru saja selesai di jahit. Dan sekarang masih belum sadarkan diri. Saat semua mulai kembali pulih. Belinda mencoba membuka matanya. Dia memegang kepalanya yang masih terasa sangat pusing. Kedua bola matanya mulai berputar melihat sekelilingnya. Dia sama sekali tidak tahu dimana dirinya sekarang. Kedua matanya tertuju pada suaminya yang baru saja masuk ke dalam ruangan nya. "Verlos. Dimana aku?" tanya Belinda bingung. "Kamu ada dirumah sakit!" ucap Verlos. Seketika Belinda teringat dengan kandungannya. Kedua tangannya mulai meraba perutnya. Kedua matanya mengikat saat perutnya terasa datar. Dia meriah tangan suaminya. Menari-narik tangannya. "Mana anakku? Dimana dia?" tanya Belinda. "Mana anakku? Apa yang terjadi dengan anakku? Dimana dia? Apa yang kamu lakukan? Dimana dia sekarang… Kembalikan anakku.. Aku mohon kembalikan.." mata Belinda menatap ke arah para suster dan dokter di depannya. Dia terus memohon pada suaminya. "Suster dimana bayiku? Kenapa dengan kandungannya? Dimana anakku sekarang? Kenapa kandungannya tidak ada?" Belinda beranjak dari ranjang. "Belinda tenangkan diri kamu. Dia baik-baik saja." "Jika dia baik-baik saja dimana dia?" pekik Belinda. "Tenangkan dulu dirimu!" Belinda menarik tangannya. Kembali meraih tangan sang dokter. Mencengkeramnya seakan menunjukan rasa emosi yang begitu besar pada semuanya. Air mata jatuh membasahi ke dua pipinya. Wajah yang begitu cantik mulai terlihat kusam dan penuh air mata. "Dok.. dimana dia? Dimana anakku… dimana?" teriak Belinda. "Tenangkan! Kondisimu belum pulih. Bayi kamu sedang di ruang inkubator. Dia baik-baik saja. jadi kamu sekarang istirahat saja." ucap sang Dokter. "Apa benar?" Belinda menatap ke arah suaminya Verlos. "Dok… Dok.. gawat." seorang suster berlari masuk ke dalam ruangan Belinda. Semua mata tertuju padanya bingung. "Ada apa?" tanya dokter itu. "Di ruang inkubator. Salah satu bayi mengeluarkan cahaya. Inkubator itu meledak tetapi, anehnya tidak mengenai bayi yang lain." "Apa?" Sementara Belinda dan Verlos terlihat sangat panik. Dia mengingat tentang bayinya. Mereka segera berlari keluar menuju ke ruang inkubator. Pandangan matanya tertuju pada bayi yang menangis sangat keras. Belanda yang masih sakit memaksakan dirinya untuk ikut melihat anaknya. "Apa itu anak kita?" tanya Belinda pada Verlos. "Iya.. Itu anak kita." Belinda tersenyum tipis. Dia berjalan masuk ke dalam dan mengambil anaknya. Dia menimang bilang anaknya yang terlihat sangat lucu. Tetapi berbeda dengan suaminya. Dia merasa sangat aneh. Saat anaknya yang berjenis kelamin laki-laki itu punya tanda mengerikan di tangannya. Dan, masih mengeluarkan cahaya meski tidak terlalu terang. "Belinda.. Kembalikan dia disana. Biarkan dokter dan suster yang menanganinya." "Tidak. Aku akan merawatnya." ucap Belinda. "Lihatlah Anak kita. Dia terlihat sangat aneh. Lebih baik kembalikan saja dia. Jangan buang-buang waktuku. Lihat sekitarnya. Dia membuat kerusuhan. Bisa menghancurkan inkubator. Dan, kamu malah menggendongnya. Lebih baik kembalikan. Aku tidak mau kamu kenapa napa." teriak Carlos khawatir. "Cepat kembalikan!" pekik Verlos. "Tidak!" tegas Belinda menatap tajam suaminya. "Aku bilang cepat kembalikan." Verlos mencoba Mendekati Belinda. Tetapi, wanita itu berjalan mundur menjauh darinya. Dia bahkan menyembunyikan anaknya dalam palukannya. "Tidak, Verlos…" Belinda tetap bersikukuh untuk mempertahankan anaknya. Dia menggendong, Dan, memeluknya sangat erat. "Lihatlah anak ini, dia sama sekali tidak tahu jika dirinya terlihat aneh. Anak ini masih sangat polos. Dia juga butuh kasih sayang, dan. Bagaimanapun keadaannya. sampai kapanpun juga aku akan tetap menyayanginya. Dia tetap anakku, darah daging kita. Jangan pernah kamu mencoba untuk memisahkan aku dengannya." "Belinda…" "Verlos.. Bukanya kamu sangat mengharapkan anak. Kenapa setelah anak kita lahir kamu terlihat berbeda. Apa yang kamu inginkan sebenarnya, apa kamu tidak yakin ini anak kamu." Verlos terdiam, dia menatap kedua ujung sepatunya. terbesit dalam pikirannya tentang apa yang sudah pernah dia lakukan. Sebuah penelitian yang membuat semuanya kacau. Entah apa yang terjadi pada istrinya. Dia melahirkan anak dengan kekuatan yang luar biasa. Verlos mengangkat kepalanya. Dia berjalan pelan mendekati Belinda. Memegang kedua lengannya. "Belinda.. Bukanya aku tidak sayang dengan anak kita." ucap Verlos. "Aku takut jika kejadian ini akan membuat banyak orang curiga. Apalagi, jika ada seorang ilmuwan yang akan mengambil anak kita. Dia akan dijadikan sebuah penelitian. Lebih baik, kita pergi dari sini. Jauh dari kota." Belinda tersenyum samar. "Jadi, apa kamu mau menerima anak ini?" tanya Belinda menyakinkan. Verlos menganggukan kepalanya. "Iya.. Aku sangat menginginkannya. aku ingin punya anak. Tapi, kita harus segera pergi dari sini. Apapun yang terjadi, hanya pernah bilang keadaan anak kita dari dunia luar." "Apa anda akan membawa bayi itu pergi?" tanya suster yang baru saja mengambil beberapa bayi yang ada di sana. Untuk dipindahkan ke inkubator lainya. "Kenapa kamu terlihat cemas. Kita pegel sekarang. Sebelum banyak orang yang tahu." "Tapi, anda harus istirahat sekarang. Keadaan anak juga harus diperiksa lebih lanjut." Dokter berjalan pelan mencoba untuk mendekati dua pasangan suami istri itu. "Kalian jangan mendekat. Aku tahu apa yang akan kalian lakukan. Karena aku adalah profesor. Aku melakukan sebuah penelitian. Jika kalian ingin membuat anakku jadi bahan penelitian kalian, atau menjual pada para ahlinya. Maka anda akan berurusan dengan saya." ancam Verlos menatap tajam ke arah dokter di depannya. "Dengarkan saya. Saya tidak ingin melukai kalian semuanya. Tapi, ini juga demi kebahagiaan kalian juga. Keselamatan kalian. Bagaimana jika biarkan bayi itu ada disini. Saya janji akan merawat bayi kalian." "Tidak akan, kami akan pulang. Jangan khawatirkan tentang kita. Karena aku juga bisa menyelesaikan semuanya." Verlos berjalan mendorong dokter itu yang menghalangi langkah kakinya. Verlos mengambil kursi roda yang kebetulan dia melihat di luar ruangan. "Bu, Belinda. Berikan bayi anda. Kami akan memeriksa keadaannya." Dokter itu mencoba mendekati Belinda. "Tidak!" Belinda memeluk erat bayinya. Dia, berjalan pelan ke belakang. Verlos yang melihatnya. Dia mendorong kursi roda sangat keras. Hingga menabrak dokter dan menjatuhkannya ke lantai. "Jangan mencoba mengambil anakku. Aku akan bayar rumah sakit. Dan, sekarang juga kita akan pergi." Verlos menatap tajam dokter yang masih merintih sakit di lantai. Verlos membantu istrinya duduk di kursi roda. Dia segera berlari mendorong kursi roda untuk pergi. Sebelum banyak orang yang tahu kejadian tadi. Dan, dia juga akan jadi bulan-bulanan para ilmuwan lainya. "Verlos hati-hati, kasihan anak kita." ucap Belinda. "Tunggu!" teriak para suster yang berlari. Tak lama dokter dan keamanan rumah sakit mengejar ke arahnya. "Tidak, ada waktu Belinda. Kita harus pergi sekarang. Aku akan merawat anak kita di rumah terpencil. Dimana aku melakukan sebuah penelitian dulu waktu remaja. Sekarang, kita pergi ke sana untuk sementara waktu. Sampai Anak kita menjadi dewasa. Meski harus terlahir dengan kekuatan yang tidak sama seperti manusia pada umumnya." jelas Verlos. Dia terus berlari hingga sampai di depan rumah sakit. Melihat ada tangga turun. Dia menghentikan laju kursi rodanya. Verlos mengangkat tubuh Belinda. Membantunya berdiri. Dia mengambil kursi rodanya cepat. "Duduk kembali!" ucap Verlos terburu-buru. Kedua matanya was-was menatap ke arah beberapa orang yang mengejarnya. "Cepat pergi!" Belinda menarik tangan Verlos. Laki-laki itu mulai mendorong kursi kerjanya. Dan, segera menuju ke mobilnya. Verlos mengangkat tubuh Belinda dan anak dalam dekapannya masuk ke dalam mobil. Dia melipat kursi rodanya meletakkan di jok belakang. Lalu, dia berlari terburu-buru masuk ke dalam mobilnya. Mengemudi keluar dari parkiran rumah sakit dengan kecepatan tinggi. "Verlos.. Kita yakin akan pergi jauh." "Iya, lebih tepatnya jauh dari kota. Sebelum pergi aku akan menjual mobil ini. Kita hilangkan jejak tentang kita." "Kenapa kita terburu-buru. Biarkan anak kita istirahat dulu." "Tidak, aku tidak mau jika dia akan jadi bahan penelitian." "Tapi…" sang istri terdiam. Saat tangan Verlos menyentuh bibirnya. "Menurutlah! Apa yang kataku, Belinda." ucap Verlos. "Ini akan sangat bahaya juga bagi dia." lanjutnya. Melirik sekilas ke arah anaknya. Meski dia merasa takut. Tapi, anak itu terlihat snagat lucu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN