"Kita kemana?" tanya Aron.
"Kita ke rumah aku dulu.. Nanti aku akan antarkan kamu. Lagian, perjalanan juga jauh. Jika tidak naik kendaraan memangnya bisa sampai dia ana dengan cepat." kata Elson. Dia terus berjalan diikuti Aron dari belakang.
Sementara Selly yang masih berada di rumah sakit. Dia merasa tubuhnya juga aneh. Wajahnya mulai pucat pasi. Bibirnya gemetar. Kedua matanya mulai terpejam. Seolah dia akan memulai ritualnya sendiri untuk melihat masa depannya selanjutnya yang akan terjadi. Selly menggenggam tangannya sangat erat. Kedua tangannya mengepal sangat keras. Dia menghirup udara dalam-dalam.
"Arrggg..." teriaknya sangat keras. Hingga beberapa suster yang melintas di tangannya. Segera berlari masuk ke ruangannya. Dua suster yang masuk terlihat panik saat tubuh Selly yang berbaring di ranjang mulai menegang. Kedua matanya melotot ke atas. Bola mata itu hampir saja lepas dari kerangkanya.
"Huaah.." mulut Selly terbuka lebar. Dia merasakan kekuatannya ingin membunuh secara perlahan. Tubuhnya hampir dikuasai. Sekujur tubuhnya terasa sangat lemas. Ujung kali sampai wajahnya memerah seketika. Wajah yang tak bisa dikenali jika melihatnya. Beberapa suster memegang kedua tangannya. Selly terus menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Membuat para suster kewalahan harus memegang kedua tangan dan kaki. Selly terus memberontak.
"Aku merasa tubuhku terasa amat sangat sakit. Aku lelah, aku ingin sekali pergi. Aku ingin jalan-jalan. Aku ingin bersama mereka semuanya. Aku ingin merasakan seperti manusia normal." ucap Selly dalam hatinya. Dia mengatur napasnya. Wajahnya mulai memucat. Dia menggenggam tangannya sangat erat. Berharap jika ada keajaiban sendiri baginya.
Selly perlahan mulai mengatur napasnya. Membiarkan aliran darah sedikit panas itu menelisik setiap nadinya. Meski terasa sangat sakit. Selly mengerutkan wajahnya. Menggigit bibir bawahnya. Bahkan sampai menimbulkan darah kental di bibirnya. Hingga beberapa menit merasa sekujur tubuhnya tidak bergerak lagi. Para suster mulai terdiam mereka memanggilkan dokter. Hingga diberikan obat penenang untuknya. Dirinya sudah di anggap sebagai obat jiwa. Perbuatannya tadi membuat kegaduhan bagi kamar di sekelilingnya.
Perlahan Selly mulai reda. Tubuhnya yang lemas mulai mendingin. Wanita itu berkata terasa sangat pusing. Selly memegang tangannya. Dia melihat sosok ya yang terangkat perlahan mulai turun. Selly memekakkan kedua matanya. Sembari menunggu Aron juga belum datang. Bahkan tidak ada orang yang bisa di ajak satu dokter umum berbicara. Lagian kenapa juga dia pergi. Tidak ada yang menjaga Selly sama sekali.
**
Tak lama Aron yang baru saja sampai di rumah sakit. Dia dj antarkan oleh hang terlihat begitu asing bagi Selly. Aron berjalan mendekati Selly yang masih berbaring di ranjangnya. Tetapi kedua matanya masih terbuka sangat lebar.
"Kamu gak tidur?" tanya Felix pada Selly.
"Enggak, kayaknya!" ucap Selly.
"Kenapa jadi kayaknya, padahal padahal tadi sehat." kata Aron.
Selly menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu. Kenapa dengan diriku. " ucap Selly. "Aku boleh bilang sesuatu tidak?" tanya Selly.
"Memangnya kamu mau bilang apa?" tanya Aron.
"Aku kalau sakit tolong jaga akh. Aku sekarang tidak bisa seperti biasanya. Aku jufa merasa tidak bisa jika harus sendiri. Aku takut. Jika semua orang bilang kalau aku adalah konter. Aku takut, Aron.. Aku takut masa ketika mereka menghina terulang lagi." ucap Selly dengan tubuh gemetar. Bibi dan tangan ikut gemetar. Selly menggelengkan kepalanya. Menghela napasnya berkali-kali.
Aron beranjak duduk. Dia memegang tangan Selly. "Iya, aku akan menjaga kamu. Tenang saja. Aku akan selalu bersama denganmu." kata Aron. Dia menggenggam sangat erat tangan Selly. Selly merasa perasaan takut di hatinya mulai pudar. Sentuhan tangan Aron begitu lembut baginya.
"Aku sekarang akan selalu jaga kamu jangan khawatir.," kata Aron. "Apa kamu bisa jelaskan kenapa kamu tadi? Apa tubuh kamu juga sakit? Apa sakitnya semakin parah?" Aron menjatuhkan beberapa pertanyaan sekaligus.
Selly menghela napasnya perlahan. "Aku sama sekali merasa tidak baik-baik saja sekarang. Bisa bisa jika kita langsung pulang. Aku tidak mau di rawat di rumah sakit lagi. Aku takut semakin banyak orang yang tahu." kata Selly menjelaskan.
"Aku akan ceritakan semuanya di rumah."
Aron menganggukan kepalanya. "Baiklah!" jawabnya.
"Baiklah! Aku akan urus pembayarannya. Dan, sekarang aku akan minta untuk pulang." Aron beranjak berdiri. Melepaskan tangan Selly. Dia membalikkan badannya melangkahkan kakinya pergi dari kamar itu. Tanpa harus basa-basi lagi menunggu dan menunggu kabar dari Selly. Aron berjalan menuju ke perawat.
"Sus, untuk p********n dimana ya?" tanya Aron.
"Anda bisa le loket pembayaran." ucap suster itu.
"Baiklah, makasih!" ucap Aron. Dia segera ke loket p********n. Meski tidak tahu, dia terus berjalan saja tanpa basa-basi.
Sampai di loket dia membayar beberapa uang pada kasir di rumah sakit itu. Setelah semuanya sudah lunas. Aron segera kembali lagi. Dia berjalan kembali ke kamarnya. Tanpa memberi tahu dokter atau bahkan suster. Mereka segera membawa pergi Selly secara diam-diam.
"Gimana? Apa sekarang kamu siap pergi?" tanya Aron. Dia merentangkan kedua tangannya. Dia mencoba untuk membantu Selly, mengangkat tubuh Selly duduk di kursi roda.
Dia segera membantu kakinya agar tidak terlalu menggantung. Aron dengan segera membawa Selly keluar dengan cara sembunyi-sembunyi. Saat ada suster datang. Dia sembunyi di balik dinding. Sampai tepat sampai di luar rumah sakit. Aron mengangkat tubuh Selly ala brutal style. Dia berlari segera menuju ke parkiran mobilnya. Aron meletakkan Selly di tempat duduk depan.
"Kamu menunduk saat keluar dari sini." kata Aron.
"Baiklah! Makasih!" kata Selly, dia melirik ke arah Aron. Sembari tersenyum tipis padanya.
"Kenapa kamu berterima kasih padaku." tanya Aron bingung.
"Kamu baik!" kata Selly. Dia menundukkan kepala dan badannya. Dan, segera pergi dari sana. Mobil mulai jalan dari parkiran mobil menuju ke jalan raya. Merasa terbebas. Mereka segera kembali duduk semula.
"Kita berhasil." kata Aron. Dia tersenyum lebar pada Selly.
"Iya, kita akhirnya keluar juga. Aku mau pulang. Aku mau istirahat dulu di rumah. Jangan pergi ke luar kita dulu. Tubuhku masih belum terlalu kuat. Sekarang, kita di rumah selama beberapa hari." kata Selly. Selly terdiam sejenak. Dia menatap wajah Selly ada di depannya. Selama sekian detik menunggu apa yang harus dijawab. Aron menarik dua sudut bibirnya tipis.
"Baiklah! Kamu harus cepat sembuh." ucap Aron. Jemari tangannya mengusap lembut rambut Selly. Sentuhan lembut itu mampu menusuk sampai hatinya.
"Makasih!" ucap Selly. Dia tidak pernah berhenti terus mengucapkan terima kasih.
"Tidak masalah!" ucap Aron.
Dalam perjalanan mereka saling berbincang tentang masalah mereka masing-asing. Tetapi, Hanya Aron yang menceritakan apa yang terjadi tadi pada dirinya. Selly merasa dirinya sama dengan Aron. Tetapi sedikit berbeda apa yang harus di lakukan.
Tepat jam 11 malam. Aron baru saja sam9ai di rumahnya. Dia sempat keliling kota lebih dulu. Mencari tahu jalanan yang dj lewatinya tadi.