"Sekarang aku tahu, kenapa Calvin begitu sukakan awak." Aku mengerjap. Apalagi saat ibunda Calvin mengusap wajahku lembut sambil tersenyum bahagia. "Semoga kalian bahagia." "Aisha!" Calvin datang dengan tergopoh-gopoh. Tanpa bicara apapun, dia langsung menarik tanganku lalu berpamitan dengan ibunya. Sesuatu yang buruk sepertinya terjadi. Sampai di dalam mobil pun, Calvin masih sulit untuk menceritakan semuanya. Dengan kecepatan tinggi, Calvin meninggalkan rumahnya. Membawaku pergi entah kemana. Sampai aku membujuknya untuk menenangkan diri lalu berhenti untuk tenangkan diri. Calvin menurut dan akhirnya kami berhenti di pinggir jalan. Ia menarik napas kuat-kuat lalu beristhigfar. Ini kali pertama, aku melihat keislamannya. Sungguh terasa aneh namun indah di