“Kakak yakin?” Mirza masih mempertahankan pendapatnya. Akupun lama kelamaan juga semakin goyah. Aku terus menghindari kontak dengan Mirza yang semakin membuatnya kian curiga. Mirza menarik lenganku lalu aku bisa melihat bagaimana dia menatapku serius. Mirza benar-benar tumbuh kian dewasa. Ada janggut tipis dengan perawakannya yang tinggi, menambah penampilannya yang kian memesona. Ia juga semakin tampan ketika mengenakan pakaian kantor resmi. Namun jika sedang keluar hangout bersama temannya, ia benar-benar bersahaja dan senantiasa wangi. Aku yakin jika kami jalan berdua, malah tak tampak bahwa kami adalah saudara kandung. Wajahnya yang khas melayu – arab itu membuatnya kian tampan. Sama seperti almarhum papa. Kini ia bahkan lebih tinggi dari pada aku. Dia lah yang akan men