"Aku senang. Akhirnya salah satu impianku telah terwujud." "Impian apa?" tanyaku penasaran. Calvin menoleh lalu menatapku dengan seksama. Memperbaiki khimarku yang entah kenapa terlihat salah baginya lalu mencubit pipiku pelan. Aku tersipu sendiri dengan perbuatannya itu. "Impian seperti ini lagi. Melakukan hal menyenangkan berdua saat kita masih remaja dulu. Bedanya —" Calvin meraih tanganku lalu menyatukan jari jemari kami. Aki sendiri cukup terkejut namun tak cukup berani untuk menolak. Lagi pula, dia sah saja untuk melakukan itu, kan? "— bedanya sekarang aku bisa bebas genggam tangan kamu kayak gini." Pikiranku tiba-tiba blank. Sampai tidak sadar kalau aku refleks menarik tanganku darinya. Calvin tentu saja tampak bingung. Ada raut wajah kekecewaan saat ak