“Kamu mau nikah sama aku kan, Na?” Akhirnya aku melamar Tatjana tepat di hadapan Ibu Rosma dan Gina. Aku harus membuktikan pada keduanya kalau aku memang serius dengan hubungan ini. Meskipun entah kapan sebuah pernikahan akan digelar, yang terpenting adalah kutunjukkan niatanku pada mereka. Tatjana menatap ke arahku tanpa sekali pun mengerjap. Jelas dia sangat terkejut mengingat semuanya terjadi sangat tiba-tiba. Aku hanya mengangguk ke arahnya. Membuatnya yakin kalau ini bukanlah sebuah sandiwara belaka. “Ka—kamu seriusan, Mas?” ucap Tatjana dengan nada terbata-bata. Aku mengangguk. “Coba ulangin lagi.” “Kamu mau nikah sama aku kan, Na?” ucapku lagi sesuai permintaannya. “Aku mau kamu jadi istriku, Na. Kamu mau?” Tatjana dan Ibu Rosma terlihat bahagia. Berbeda dengan Gina yang menata