Bab 6. Terlambat Menjelaskan

1048 Kata
"Ambil ini dan habiskan," ujar Regan dengan wajah datarnya. Membuat Mita menatapnya dan terlihat tidak setuju. Dia tak suka dengan makanan yang Regan berikan padanya, kelihatannya sehat, tapi membuat Mita tak berselera. "Aku suka ayam pedas, bolehkah makan ini saja?" Regan menganggukkan kepalanya setuju, tapi mungkin tidak semudah itu. Dia memang membiarkan Mita memakannya. "Tapi sebelum itu, makan makanan yang Aku berikan. Makanan itu rekomendasi dari dokter untuk ibu hamil, tapi walaupun begitu Aku juga tidak akan melarangmu memakan ayam pedasnya. Makan saja sepuasnya, tapi sebelum itu habiskan makanan yang ini dahulu!" Regan menggeser ayam pedasnya dan memberikan sepenuhnya tempat pada makanannya. Mita terlihat enggan, tapi tatapan Regan membuatnya menurut. "Makanannya hambar sekali. Ch, ini pertama kalinya Aku makan tapi tidak ada rasanya!" gerutu Mita. Sebenarnya makanan itu enak, tapi untuk makanan gurih Mita sudah ketagihan dengan rasa pedas atau ekstra cabe. Wanita itu penyuka makanan pedas. "Minum ini juga," ujar Regan sembari menyodorkan segelas s**u. Mita mengerutkan dahi dan sedikit bingung. Dari tadi pria itu terasa aneh juga terkesan memaksa meski tidak menggunakan suara yang keras atau penuh tekanan. "Nggak ah, Aku bukan anak kecil yang harus minum s**u. Harusnya kalau baik mau menawarkan minum minimal teh atau kopi," jelas Mita menyarankan. Regan meletakkan gelas susunya, kemudian menyeka sudut bibir Mita dengan jadi jemarinya. Sedikit tersenyum, oh bukan senyum hanya sedikit garis bibirnya yang tertarik ke atas, tapi tidak sampai membentuk senyum. Membuat Mita tertegun, dan tanpa sadar memperhatikan Regan dengan seksama. 'Tampan. Hm, ternyata dia semempesona ini. Bagaimana bisa Aku baru sadar. Andai Aku beneran hamil, mungkin anakku akan setampan dia atau sangat cantik!' batin Mita. Menggelengkan kepala, Mita berusaha untuk menepis pikirannya. Tidak dia tidak boleh terlena dengan ketampanan. Mita tidak mau jatuh hati dan kembali seperti sebelumnya. Mencintai lalu disakiti. Meski bukan trauma, tapi kejadian antara dirinya dan Leo membuat Wanita itu cukup kapok. "Baiklah Kita bisa minum kopi bersama setelah ini, tapi minumlah susunya. Bukan untukmu--" Regan mengulurkan telapak tangannya kemudian mengusap perut Mita tanpa izin. Mita tersentak kaget, tapi tak bisa berbuat banyak. "Tapi bayi Kita," lanjut Regan membuat Mita meneguk ludahnya kasar. Wanita itu tak berani menolak, dan meraih gelasnya. Kemudian meminum susunya dengan sedikit tambahan paksaan dari Regan agar Mita menghabiskannya. "Bibi!" panggil Regan. Membuat sosok wanita tua yang berprofesi sebagai asisten rumah tangganya, segera datang dan menghampiri mereka. "Buatkan dua gelas kopi dan bawakan ke ruang kerjaku!" ujar Regan memerintah. Namun sering dengan asisten rumah tangga yang berlalu untuk segera membuat kopi, Regan pun berdiri. Mengisi gelas kosong Mita dengan air putih dan menyerahkannya pada Mita. "Minum lagi?" tanya Mita hampir tak percaya dan melotot. "Ini tidak penuh, Mita. Jangan membantah," ujar Regan. Sialnya, air minum yang sedikit itu justru berhasil membuat Mita kenyang. Dia tak berselera dengan ayam pedasnya ataupun kopinya. Wanita itu akhirnya sadar sudah diketahui oleh suaminya sendiri. "Bi, tolong bawa ayamnya juga ke ruang kerjaku!" ujar Regan tanpa ekspresi. Membuat Mita yang kesal bingung harus bereaksi apa. Namun, karena perutnya sudah kenyang, Mita tidak mungkin memakannya lagi. "Tidak perlu, Aku sudah kenyang dan Bibi tidak usah membuat dua gelas kopi. Aku mau tidur saja," jelas Mita. "Tidak mau menemaniku lembur Mit? Kamu bisa sambil ngemil makan ayam pedasnya dan minum kopi?" Mita segera meremas telapak tangannya sendiri. Tawaran itu mungkin menggiurkan, tapi rasanya justru seperti jebakan. Regan sejak awal tidak membiarkannya makan ayam pedasnya ataupun minum kopinya. "Aku sangat capek hari ini, adik dan ibu tirimu sangat membuatku pusing. Lebih baik, Aku istirahat sekarang," jelas Mita sambil berlalu. Tepat saat itu Bibi berbalik dan menatap Regan. "Apa kopinya hanya satu gelas saja, Tuan?" "Tidak. Aku harus lembur, Bi. Tetap buatkan dua," jelas Regan yang masih terdengar Mita. 'Sudah Aku duga dia tidak niat!' batin Mita. ***** Keesokan harinya Mita pergi kuliah, setelah mengantar Alana ke sekolah. Hubungan mereka belum terlalu dekat. Anak itu masih menutup diri, dan Mita tak bisa terlalu dekat, sebab mempunyai rutinitas yang lumayan padat. "Aku harus cari kerja secepatnya, atau uang di dalam dompetku akan beneran hilang semua!" gerutu Mita sepanjang jalan. "Mita!" panggil seseorang dari arah belakangnya. Membuat Mita berhenti dan menoleh, menemukan Leo ada di sana. Dalam sekejab wajah Mita berubah, memperlihatkan reaksi yang tidak suka. "Apalagi yang Kau mau, masih belum puas menghinaku, hah?!" geram Mita dengan gusar. Teringat kejadian dua hari lalu saat dirinya dipecat karena ulah Leo dan kekasih barunya. Darah Mita mendidih dan ingin meledak. "Kita harus bicara!" ujar Leo sambil berusaha meraih tangan Mita, tapi wanita itu langsung menepisnya. "Tidak ada yang perlu dibicarakan dan tolong menjaga jarak denganku!" peringat Mita dengan tegas. "Apa karena kak Regan? Jadi Kalian benar-benar bersama?!" tanya Leo menuntut. Mita sedikit menyeringai dan tersenyum aneh. "Kenapa? Kau tidak percaya kalau wanita sok suci dan miskin tidak bisa mendapatkan kakakmu yang tampan itu?!" Leo memanas mendengarnya, tak suka dengan jawaban Mita terutama bagian yang memuji Regan. "Mita apa yang terjadi diantara Kita tidak seperti yang Kau pikirkan. Aku bisa jelaskan, ikut Aku--" Leo kembali meraih pergelangan tangan Mita, tapi kemudian wanita itu menepisnya lagi. "Tidak seperti yang Aku pikirkan dan penjelasan yang bagaimana?" Mita mengerutkan dahinya kemudian tersenyum hambar. "Oh, Aku tahu. Mungkin harusnya Kita putus bukan dengan alasan bosan, tapi Kamu yang Aku pergoki tidur dengan wanita barumu dengan sangat erotis. Supaya Kalian bisa pamer kemampuan pada gadis sok suci sepertiku? Ah, benar begitu ...." Leo seperti dipukul, tubuhnya mendadak lemas. Pria itu membuang nafasnya kasar, tapi sebelum menjawab, Mita sudah berlalu begitu saja dari hadapannya. "Argghhh! Bagaimana jadi seperti ini. Aku sangat menyayangimu, melakukan semuanya agar Bajing*n itu tidak macam-macam padamu, tapi kenapa Kamu malah bersama bajing*n itu?!" ungkap Leo putus asa sambil melihat kepergian Mita. Beberapa tahun lalu dia sudah merasakan luka kehilangan. Regan berhasil merusak hubungannya dengan kekasihnya sebelum Mita. Cinta pertamanya. Bukan hanya hancur, tapi Leo banyak menelan pil pahit. Wanita itu hamil anak pria lain, putus dengannya dan menikah dengan orang yang menghamilinya. Namun bagian buruknya bukanlah itu. Leo yang kecewa saat itu, selalu menyalahkan kekasihnya, tidak percaya dan mengutuknya. Begitu sudah berlalu terlalu jauh, di saat wanitanya sudah tidak bisa kembali, Leo baru menyadari. Apa yang terjadi hanyalah rekayasa Regan untuk menghancurkan hidupnya. Sosok kakak baik hati, tapi hanya alibi untuk membuat rencananya mulus. Awalnya Leo tak percaya, tapi itulah kebenarannya. Regan membencinya, kerena perbuatan ibu Leo yang hadir dalam keluarga Regan. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN