18. Hilangnya Kim Seo Hyung

1174 Kata
Terlihat Jerome menarik napas lalu mengembuskannya dari mulut dengan desahan panjang. Lelaki itu menarik jas bagian lengan agar dia bisa melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kanannya. “Ck!” Jerome berdecak bibir. Ini sudah lebih dari lima belas menit dan Kim Soe Hyung belum juga keluar dari dalam toilet. “Sedang apa dia!” desis Jerome. Lelaki itu kemudian memutar tubuh dan memutuskan untuk masuk ke dalam toilet. Berharap akan menemukan Kim Soe Hyung pada salah satu bilik di dalam sini. Mungkin saja tuannya itu sedang termenung di dalam salah satu bilik dan Jerome pun mulai membuka satu per satu pintu bilik, akan tetapi ia tak menemukan Kim Seo Hyung bahkan ketika ia membuka pintu ke lima. Tidak ada siapa-siapa di sini. Seketika Jerome mendengkus dan ia menjadi panik. Namun, di sisi lain dia juga bingung. Tidak mungkin Kim Seo Hyung melarikan diri. Jerome bahkan tak pernah beranjak dari depan toilet. Bagaimana bisa ia tak melihat kepergian Kim Seo Hyung. Jantung Jerome mulai berdetak meningkat, lantas lelaki itu melesat keluar dari toilet dan berlari menuju ruang tunggu. Jerome memicingkan mata sambil mengitari tempat ini dengan pandangan teliti. “Di mana kau,” desis Jerome. Ini sungguh aneh. Benar-benar aneh. Bagaimana bisa Kim Soe Hyung tak berada di dalam toilet. Jerome jelas-jelas melihat Kim Soe Hyung masuk dan dia tidak beranjak sama sekali. Tidak, selain memungut barang-barang seorang gadis yang tak sengaja ditabraknya. DEG Jerome terbelalak dan jantungnya berhenti selama beberapa detik. Memori dengan cepat menerbangkannya pada kejadian di toilet. ‘Hey! Paman! Kau ini punya mata atau tidak, hah?!’ ‘Maaf!’ ‘Maaf?! Kau baru saja menabrakku dan membuat barang-barangku berserakan di lantai. Kau tidak tahu betapa mahalnya barang-barang ini dan kau hanya minta maaf? Maaf saja tidak akan dapat menyelesaikan masalah! Shibal!’ ‘Kau tidak perlu berteriak. Aku akan membantumu mengemasi barang-barangmu.’ ‘Memang semestinya harus begitu, kan?’ “Sial!” Jerome kembali mendesis. Seketika kedua rahangnya mengencang. Sekencang kepalan tangan pada kedua sisi tubuhnya. Ya. Sekarang Jerome mengingat jika ia sempat terkecoh oleh seorang gadis. Sialan karena Jerome membantunya. Mungkin saat itulah Kim Soe Hyung melarikan diri. Lantas lelaki itu mengeluarkan ponsel dari dalam saku jasnya. Tak sampai tiga detik, langsung terdengar suara dari seberang sambungan telepon, “Ya, Bos?” Jerome berdecak kesal sebelum berucap, “Tuan muda menghilang.” “Apa!” pekik anak buah Jerome yang langsung membuat lelaki itu mendengkus. “Kerahkan semua anggota untuk menyisir area bandara. Aku yakin dia masih berada di sekitar sini!” desis lelaki itu sambil memerhatikan keadaan di sekelilingnya. “Baik, bos!” jawab anak buah Jerome dan lelaki itu langsung mematikan sambungan telepon. Jerome menggeram. Kakinya langsung melesat menyisir area ruang tunggu. Lelaki itu berlari dari ujung ke ujung sambil memerhatikan semua penumpang yang berada di holdroom termasuk tempat-tempat souvenir yang secara harfiah tak mungkin dikunjungi oleh Kim Soe Hyung. Seketika lelaki itu menjadi panik. Jantungnya mengetuk dengan irama cepat dan ia memaksa pandangannya untuk jelih. Ini benar-benar tidak masuk akal bagi seorang Jerome. Bagaimana Kim Seo Hyung bisa mengelabuinya dan apa yang sedang direncanakan oleh Kim Soe Hyung. Sejauh matanya memantau, tidak ada kegiatan mencurigakan yang dilakukan oleh Kim Soe Hyung selain berbincang dengan temannya. Itu pun dilakukan Seo Hyung tidak lama. Jerome mengingatnya dengan jelas. Kim Seo Hyung hanya berbincang selama lima menit lalu kembali ke tempat duduk dan setelah itu, dia langsung pamit menuju ke toilet. Jadi jika tiba-tiba saja Kim Soe Hyung menghilang maka mungkin saja ia telah melarikan diri keluar bandara. Namun, lelaki itu juga sudah menaruh dua puluh anak buahnya untuk berjaga di lobi bandara. Serasa mustahil dan tidak mungkin Kim Seo Hyung keluar tanpa dilihat oleh anak buah Jerome. “Bos!” Suara itu membuat Jerome memutar tubuh. Salah seorang anak buah berjalan menghampiri dirinya. Ia tampak terengah-engah. “Kalian menemukannya?” tanya Jerome. Lelaki yang baru saja tiba itu tak langsung menjawab. Ia menunggu beberapa saat untuk memperbaiki napasnya. Tidak muda berlari dari lobi menuju ruang ke tempat ini. Setelah menelan saliva, lelaki itu menggelengkan kepala. “Belum,” katanya singkat. Jerome berdecak kesal lalu memutar tubuh. Ia membawa kepalan tangannya menonjok mulutnya dengan pelan. “Tapi kami sudah meminta bantuan petugas keamanan di bandara untuk ikut mencari.” Dengan dahi terlipat, Jerome memutar pandangan dan menatap anak buahnya. “Bagaimana bisa. Mereka bahkan tidak mengenali tuan muda.” Lelaki di depan Jerome menggelengkan kepalanya. “Tidak,” katanya. “kami menunjukkan foto tuan muda dan mengirimkannya pada mereka.” Lanjut lelaki itu menerangkan. Jerome tiada henti berdecak kesal. Ia sungguh tak menyangka jika akan dibuat terkecoh oleh tuannya sendiri. “Bos, apa dia kembali ke rumahnya?” Kening Jerome mengerut. Sekali lagi menatap anak buahnya. Ya. Pemikiran seperti itu juga sempat terlintas di kepala Jerome semenit yang lalu. Namun, Jerome masih berharap akan segera menemukan Kim Seo Hyung. “Jika sudah seperti ini maka sepertinya tak ada pilihan lain,” gumam Jerome. Segera lelaki itu membuka ponselnya dan mencari salah satu kontak dari pegawai di rumah besar milik keluarga Kim. Bunyi nada sambung yang menggema dari seberang sambungan telepon membuat Jerome semakin gelisah. Semakin takut. Jika pun Kim Seo Hyung kembali ke rumah itu bukan pilihan yang baik bagi Jerome karena ia tahu persis bahwa Kim Seo Dam akan mengadilinya. Sambil menahan ponselnya menempel dengan telinga, Jerome memanjangkan leher dan masih berusaha mencari Kim Seo Hyung dan berharap lelaki itu masih berada di bandara. “Selamat malam, Tuan Jerome?” Suara dari seorang wanita membuat Jerome bergeming. “Nona Nam, apakah Tuan muda berada di sana?” tanya Jerome dengan panik. “Tuan muda?” Mendengar nada balasan dari wanita di seberang sambungan telepon, membuat Jerome berdecak bibir. Dari suaranya tidak ada tanda-tanda jika Kim Seo Hyung ada di sana. “Maaf, sepertinya aku salah. Tolong rahasiakan ini dari tuan besar,” kata Jerome. “Baik, Tuan Jerome. Namun, jika saya diizinkan bertanya, saya ingin tahu apa yang sedang terjadi pada tuan muda.” “Ck! Ceritanya panjang. Nanti saja kuceritakan. Aku hanya ingin memohon bantuanmu, tolong pergi dan cek apakah dia berada di sana. Mungkin di kamarnya.” Terdengar suara berat seperti terkekeh lalu gadis bernama Nam itu menjawab, “Maaf, Tuan Jerome, saya baru selesai mengemasi barang-barang tuan muda di kamarnya dan aku sedang memegang kunci kamar beliau jadi menurutku sangat mustahil dia berada di sini. Lagi pula ada penjaga di gerbang dan di beranda rumah. Apabila tuan muda memang telah kembali, tak mungkin suasana di rumah ini setenang sekarang.” Seketika Jerome mendesah. Ia menjatuhkan tatapannya ke bawah. “Benar juga,” gumam Jerome. “Ya sudah. Kalau begitu aku tutup dulu. Kumohon untuk tetap merahasiakan semua ini, Nona Nam.” “Hem. Baiklah, Tuan Jerome, sepertinya saya juga sudah mengerti apa yang sedang terjadi. Saya berharap Anda segera menemukannya.” “Hem, terima kasih. Saya tutup dulu teleponnya.” “Baiklah.” Jerome mendengkus dan kembali menatap anak buahnya. “Ayo cari dia!” titah Jerome dengan tatapan tegas. Lelaki di depannya mengangguk dan keduanya memutuskan untuk menyisir bandara dan berharap dapat menemukan Kim Seo Hyung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN