22. Tersadar Di Tempat Yang Mencekam

1414 Kata
Terdengar geraman rendah meluncur dari kerongkongan Kim Soe Hyung. Lelaki itu membawa tangannya memijat kepala yang mendadak terasa nyeri. Ketika kesadaran mulai terkumpul, Kim Seo Hyung mendengar bunyi yang membuat telinganya pening. Lelaki itu terus menggeram sebab kepalanya terasa berat dan sulit membuka mata. Namun, otaknya bekerja dengan cepat mengumpulkan kepingan memori dan membuat Kim Seo Hyung mampu mengingat apa yang telah terjadi padanya. ‘Wah ... Anda baru pertama kali ini datang ke Jakarta, ya?’ ‘Yeah, this is my first time to visit your country.’ ‘Kalau begitu saya ucapkan selamat datang. Oh ya, maaf jika saya lancang. Apakah Anda datang ke tempat ini untuk liburan?’ ‘Ya’ ‘Kalau begitu semoga Anda betah. Oh ya, maaf lagi jika aku lancang, dari mana Anda datang?’ ‘Korea.’ ‘Eh ... maaf, apa Anda menjual airnya?’ ‘Oh, tidak, tidak. Itu gratis. Silakan kalau mau.’ “Sial!” Desisan itu keluar di antara mulut yang terkatup. Sambil menahan nyeri di kepala, Kim Seo Hyung berusaha untuk membuka kedua matanya. Namun, ketika melakukannya bayang di depan Seo Hyung sangat buram sehingga ia memutuskan untuk mengerjap beberapa kali, tapi sangat sulit melihat apa yang ada di depannya. Rungu Seo Hyung menangkap bunyi-bunyi asing yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Dalam kegelapan, Kim Soe Hyung merasakan suasana di sekelilingnya begitu mencekam. Seketika membuat bulu romanya berdiri di seantero tubuh. Dengan sekuat tenaga, Kim Soe Hyung mencoba untuk kembali membuka kedua mata dan betapa sangat terkejutnya lelaki itu ketika pemandangan di depannya menjadi sangat jelas. Refleks, Kim Seo Hyung pun menarik punggung hingga tubuhnya terduduk. Segera lelaki itu memutar pandangannya. Yang pertama kali ia lihat adalah danau serta bau tak sedap langsung merusuh penciumannya, membuat Kim Seo Hyung langsung menutup hidungnya. “Aish!” desis lelaki itu. Kepalanya masih agak pusing, tetapi Kim Soe Hyung berusaha menggerakkan kedua kaki dan anggota tubuhnya yang lain untuk bisa berdiri dari tempat ini. Namun, ketika kedua lutut telah menegak, tiba-tiba kepala Seo Hyung memberat dan tubuhnya pun terseok. Bersyukur tangannya dengan refleks bergerak dan mampu menjangkau sesuatu hingga tubuhnya tak sampai tersungkur di tanah. Mulut Seo Hyung terbuka melepaskan napas yang telah menyesak di d**a. Jantungnya berkedut nyeri hingga membuat Kim Seo Hyung perlu mengusap dadanya dengan tangan. Lelaki itu menelan saliva sambil menutup kedua mata. ‘Sial! Sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku,’ batin Soe Hyung. Sungguh, lelaki itu berharap jika ia sedang bermimpi dan suara Song Tae Eul akan membangunkannya dari mimpi buruk ini. Namun, ketika Seo Hyung merasakan detak jantung yang memukul telapak tangannya, Kim Soe Hyung menjadi yakin jika semua ini bukan sekadar mimpi. Bola mata Kim Seo Hyung kemudian terbelalak. Alam bawah sadar mendorong kesadaran penuh dan membuat Kim Soe Hyung langsung bergerak. Dia menunduk lalu kedua tangannya meraba d**a. “Tasku,” gumam Seo Hyung. Kelopak mata Seo Hyung melebar dan jantungnya semakin bertalu dengan kencang. Ia meraba-raba di saku celana, berharap bisa menemukan ponselnya. Kim Soe Hyung semakin panik ketika tak menemukan apa pun di tubuhnya termasuk jam tangan mahal miliknya. Kedua tangannya berhenti bergerak menjajal tubuhnya dan seketika Kim Soe Hyung terdiam dengan mata nyalang. ‘Kau pikir kau bisa apa tanpa diriku, hah? Cih! Selama aku masih hidup dan selama aku masih bernapas, itu artinya, kau masih tetap akan menuruti perintahku. Camkan itu!’ Entah mengapa, suara Kim Soe Dam tiba-tiba saja menggema di dalam kepalanya dan seakan Kim Soe Hyung melihat raut wajah sang ayah yang sedang menertawai kondisinya. Seakan-akan ingin mengatakan, ‘Kau sudah lihat dunia yang sesungguhnya?’ “Arrgh!” Mulut Seo Hyung megap-megap. Dadanya naik turun dan ada sesuatu yang seperti membakarnya dari dalam. Sesaat napasnya hilang. Kim Soe Hyung setengah mati mengirim udara ke paru-paru. Demi Tuhan, entah apa yang diberikan pria tadi kepadanya. Lelaki muda Kim itu berusaha keras untuk bertahan. Dia hanya perlu keluar dari hutan ini dan pergi menemui Sejin. Ya. Kim Soe Hyung tak perlu menghawatirkan apa pun untuk saat ini. Sekarang yang penting dia harus keluar dari tempat menyeramkan ini. Dengan sisa-sisa tenaga di tubuhnya, Kim Soe Hyung memaksa menggerakkan kedua kaki. Melangkah, setapak demi setapak. Berpegangan dari satu pohon ke pohon di depan. Lelaki itu menelan saliva dan mengembuskan napasnya sambil menutup mata. Masih ada rasa seperti terbakar dan membuat dadanya sesak dan mungkin semua itu yang membuat tenggorokan Soe Hyung terasa kering. Dengan sekuat tenaga Seo Hyung berjalan. Sesekali ia terseok dan bahkan tersungkur di tanah, tapi ia tidak menyerah. Menyerah tak ada di kamus Kim Seo Hyung saat ini. Jika ada yang bisa menolong Kim Soe Hyung itu adalah dirinya sendiri. Dirasakan Seo Hyung bagaimana seluruh selnya menggelegak dan pembuluh daranya seperti ditarik dengan kuat. Kim Soe Hyung mulai menyeret kaki kanan untuk menumpu tubuhnya dengan lutut. Wajah lelaki itu memerah dan bergetar. Kim Soe Hyung menarik napas panjang lalu mengeluarkannya dengan erangan, “A ... argh ...!” Pemuda Kim itu berhasil membawa tubuhnya berdiri. Napasnya berembus dengan kasar dan ia bangkit untuk kesekian kalinya. ‘Tidak ada yang bisa membunuhku, sekalipun aku berada di tempat asing,’ batin Seo Hyung. Mendadak adrenalin mendorong kekuatan untuk Soe Hyung dan membuatnya bergegas pergi dari tempat terkutuk ini. “TOLONG ....” Di saat Kim Seo Hyung hampir bisa keluar dari hutan, tiba-tiba ia mendengar teriakan seorang wanita. Awalnya Kim Soe Hyung mengabaikannya karena ia juga tak mengerti apa yang sedang diteriakkan oleh wanita tersebut. “TOLONG ... ARGH! LEPASIN GUE! ANJING LO!” Suara itu masih terdengar, sementara Kim Soe Hyung masih berusaha menyeret kakinya dari tempat itu. “TOLONG!” Langkah Kim Soe Hyung terhenti ketika mendengar suara tamparan yang seakan memekakkan telinga Seo Hyung. Ya. Dia begitu peka dengan suara itu, dan entah mengapa pipinya berkedut. Seperti tamparan itu memberikan efek hingga ke pipi Seo Hyung. “Aarrgh! Gak usah banyak bacot, lu! Malam ini, lu habis.” Walaupun Kim Soe Hyung sama sekali tidak mengerti dengan bahasa yang diucapkan oleh suara tersebut, namun dari intonasi bicaranya Kim Soe Hyung bisa menangkap nada ancaman di sana. “Lepasin gue!” “Arrggh! Banyak bacot!” Kali ini suara tamparan itu lebih keras dari sebelumnya. Walaupun instingnya bersikeras menyuruh Kim Soe Hyung untuk lari dari tempat itu dan menyelamatkan dirinya, akan tetapi naluri lelaki itu memerintah tubuhnya. Kim Seo Hyung langsung memutar lutut. Sempat meringis karena rasa nyeri di tungkai kakinya, tapi semua itu tidak membuat Kim Soe Hyung mengubah keputusannya. Entah apa yang sedang terjadi di tempat itu, Kim Seo Hyung pun tak mengerti. Lelaki itu hanya bertindak mengikuti insitingnya. “TOLONG ... SIAPA PUN DI SANA, TOLONGIN GUE!” Suara wanita itu masih terdengar. Sarat mengirimkan permintaan tolong sekalipun Kim Soe Hyung tak mengerti dengan bahasanya. “b*****t! MENYINGKIR LO SETAN!” “ARGH! GAK USAH BERLAGA. HAH! MALAM INI. LO BAKALAN MUNCRAT DI ATAS KAP MOBIL INI.” “k*****t! GAK AKAN GUE BIARIN. TOLONG ....” Dilihat Seo Hyung ada seorang wanita yang tengah disandarkan di atas kap mobil. Seketika matanya terbelalak ketika melihat kondisi wanita itu. Tangannya di satukan di depan punggungnya, sementara si lelaki yang menindih tubuh wanita itu dari belakang sedang berusaha melucuti sesuatu di balik rok ketat milik si wanita. Samar terdengar tangisan wanita itu. “Argh, anjing!” Ia berusaha meliuk-liukkan tubuh untuk melepaskan cengkeraman lelaki itu. Namun, tenaganya tak sanggup mengalahkan tenaga dari pria bertubuh kekar itu. “MENYINGKIR LO, b*****t!” “Arrrgghhh ... rasain ni! Heh!” BUK Si lelaki bertubuh kekar itu mengernyit ketika merasakan hantaman kuat di belakang kepalanya. Ia mendongak sambil menutup matanya. Tangan kekar lelaki itu merayap hingga ke tengkuknya, tapi di saat yang sama ia pun memutar tubuh. “Bang ... sat!” BUK Kim Seo Hyung tak memerlukan izin untuk sekali lagi menghantam pelipis lelaki itu dengan batu yang ia pungut dari tanah. Kim Soe Hyung bukan tipe pria pengecut. Ia bisa melakukan bela diri, tapi kondisi fisiknya tak mendukung Seo Hyung untuk melayangkan pukulan mematikan lewat kaki. Namun, tindakan Kim Soe Hyung tadi sanggup menjatuhkan si lelaki bertubuh kekar itu. Tampak bola mata Seo Hyung melebar, menatap tubuh lelaki itu yang kini tersungkur dengan kepala yang bersimbah. “A- a- a!” Baik Seo Hyung maupun wanita asing yang sedang berdiri itu, keduanya sama-sama terbelalak melihat lelaki yang kini terbujur kaku di atas tanah. Bibir Seo Hyung bergetar mengikuti irama jantung yang berdetak dengan tekanan kuat. “Si-sial!” desis Seo Hyung dengan bahasanya. Wanita yang hampir menjadi korban p*********n itu lalu memutar wajah. Ia menatap tampilan si lelaki yang baru saja menyelamatkan dirinya dan seketika ia menjadi sangat terkejut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN